Lin Lianwei, seorang perampok dan ketua bandit dari kota X, tiba-tiba mendapati dirinya terjebak dalam tubuh seorang gadis desa bernama Lin Yuelan, gadis yang lemah dan malang, yang baru saja mengalami pelecehan oleh seorang pria tak dikenal.
Dalam kesakitan dan keputusasaan yang mendalam, Yuelan memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat ke sungai. Namun, alih-alih kematian, justru jiwa Lin Lianwei yang masuk ke dalam tubuh Yuelan pada saat genting itu.
Selama tiga bulan pertama, Lianwei mencoba memahami kehidupan barunya sebagai Lin Yuelan. Ia berusaha untuk bangkit dari tragedi yang dialami dan menjalani kehidupan baru ini dengan penuh kehati-hatian. Tetapi, sesuatu mulai terasa aneh. Tubuh barunya menunjukkan gejala-gejala yang membuatnya khawatir. Setelah mencari tahu, Lianwei pun terkejut mengetahui bahwa dirinya hamil.
Dengan ketidakpastian tentang siapa ayah dari anak yang dikandungnya, Lianwei merasa sangat kebingungan. Mampukah dia melewati situasi yang rumit ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PENGINTAI
Setelah selesai makan, semua orang kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Lin Bo Cheng dan Lin Zhaoyang menempati kamar depan dan Lin Yuelan di kamar tengah.
Srak...
Terdengar suara ranting yang terinjak, membuat telinga semua orang langsung bergerak. Lin Yuelan melangkah perlahan, dia memindahkan tubuh Lin Zhaoyang dan Lin Bo Cheng yang sudah tertidur ke kamarnya.
Dia melepaskan kesadaran ilahi nya hingga jangkauan maksimal, dan berhasil mendeteksi adanya puluhan sosok berpakaian hitam yang mulai mendekati desa. Sepertinya mereka masih belum menyerah untuk menemukan Lin Bo Cheng dan bawahannya.
Lin Yuelan memasuki mansion modern, kemudian mengambil sesuatu yang mirip dengan kulit manusia. Dia segera menerapkannya pada wajah Lin Bo Cheng, seketika bocah itu berubah menjadi orang lain.
"Hati-hati! Jangan sampai membangunkan warga desa!"
Terdengar suara yang samar-samar dan sangat perlahan dari kejauhan, namun masih tertangkap oleh ketajaman indera pendengaran Lin Yuelan. Dengan tenang, Lin Yuelan melangkah ke kamar yang ada di sayap barat, kemudian memberikan tiga benda di tangannya pada bawahan Lin Bo Cheng.
"Nyonya kelima?" ketiga orang itu membeku di tempatnya, mereka tak menyangka jika Lin Yuelan akan datang kesana.
"Gunakan ini! Untuk sementara waktu, kalian harus menutupi jati diri kalian sendiri!" ucapnya.
Ketiga orang itu terlihat saling berpandangan, namun mereka tetap menerima topeng kulit tipis yang diberikan oleh Lin Yuelan.
"Pasang dengan baik, jangan sampai mereka tahu kalian sedang menyamar!" ucap Lin Yuelan sambil berbalik.
"Terima kasih nyonya kelima!" ucap mereka setengah berbisik.
Ketiganya menatap topeng kulit itu dengan rumit, namun tetap menerapkannya di wajah dan pada akhirnya mereka tahu, bahwa itu berhasil merubah penampilannya hingga 180°.
"Sepertinya nyonya kelima juga tidak sederhana!" ucap salah seorang pria sambil melirik kedua orang rekannya.
"Apakah menurutmu menantu dari keluarga Xuanyuan ada yang sederhana?" tanya pelayan wanita di depannya.
"Entah kenapa, aku merasa aura tubuhku juga berubah, setelah topeng ini menempel di wajah." ucap pria satunya lagi, sambil menyentuh kulit palsu yang saat ini menutupi wajahnya.
"Kau benar, tapi sepertinya aku benar-benar sangat sial, topeng ini tidak hanya merubah penampilan, tapi juga memiliki tompel di wajah. Sangat buruk!" ucapnya sambil menghela nafas panjang.
Kedua rekannya terkikik.
"Setidaknya kita selamat malam ini, tidak perlu bertempur dengan pihak lain. Kembali ke kamar dan tidurlah! Ini sudah sangat larut." ucap pelayan wanita itu mengingatkan kedua orang rekan prianya.
"Kau benar, baiklah! Jika ada apa-apa, segera buat kode!" ucap salah seorang pria itu sambil membuka pintu dan memasuki kamar sebelah di susul oleh rekannya.
"Aku mengerti!" jawab pelayan wanita sambil mengangguk.
'Sepertinya mengikuti nyonya kelima bukan keputusan yang salah, aku merasakan perlindungan dari wanita itu. Haruskah kami melaporkan masalah ini pada nyonya besar? Atau berpura-pura saja, agar tidak ada yang mencurigai identitas kami sebenarnya?'
Wanita itu terus berpikir, sambil menutupi tubuhnya dengan selimut. Sementara beberapa sosok mulai berdatangan di atap, mereka menempelkan telinganya untuk mencari tahu. Sayang mereka tidak bisa mendapatkan bukti apapun, hanya deru nafas tenang yang terdengar, menandakan semua orang yang tinggal di rumah itu telah tertidur, bahkan tidak ada tanda-tanda satu orang pun yang bangun.
"Sepertinya mereka tidak tinggal di rumah ini, cari di rumah yang lain!" ucap salah seorang pria, suaranya tidak terlalu rendah, namun juga tidak tinggi.
"Baik ketua!" jawab orang-orang itu dengan serempak.
"Tunggu! Jangan lupa untuk memeriksa setiap ladang ataupun kandang, pastikan mereka tidak bisa lagi melarikan diri dari kita. Jika sampai yang mulia tahu masih ada keturunan Xuanyuan lain yang masih hidup, kemungkinan besar dia akan marah dan menjatuhkan hukuman berat." ucap pria itu lagi.
"Ya!" jawab mereka, dalam sekejap, atap rumah Lin Yuelan kembali aman, tidak ada satu orang pun yang mengintai.
Lin Yuelan menatap bocah tampan yang tidur di sampingnya sambil mendecakkan lidah, "Pantas saja ibu menolak tegas anak yang ku kandung, ternyata masalahnya serumit ini. Jika mereka mengetahui bahwa aku mengandung keturunan keluarga Xuanyuan, kemungkinan besar hidupku juga berada dalam bahaya."
Keesokan paginya semua orang bangun, dua orang pria pergi ke gunung untuk mencari kayu bakar, dua orang lagi pergi untuk berburu, sementara pelayan wanita membersihkan kediaman.
"Paman Jun! Dimana ibu?" tanya Lin Zhaoyang sambil menatap Jun Hui yang terlihat sibuk membuat kandang di belakang rumah.
Jun Hui berbalik, dia menatap 2 bocah di depannya tanpa ekspresi. "Sepertinya pergi ke kota, tetaplah di rumah, situasi masih belum aman."
"Ya paman," jawab kedua bocah itu dengan patuh, keduanya menyadari bahwa saat ini semua orang telah merubah wajahnya, menjadi sangat biasa-biasa saja.
Lin Bo Cheng menatap anak laki-laki botak di sampingnya, "Apa kau takut?"
Lin Zhaoyang menggelengkan kepala. "Tidak! Aku memiliki keluarga yang akan melindungiku. Apa kau bisa beladiri? Tapi tanganmu terlalu halus, sepertinya kau memegang pena setiap hari."
Lin Bo Cheng melotot, "Aku juga berlatih dengan pengasuh dan penjagaku. Tapi mereka mengatakan untuk tidak memperlihatkannya pada orang lain."
"Itu bagus!" ucap Lin Zhaoyang sambil melompat ke halaman, dia memegang bambu di tangannya dan mulai berlatih.
Mata Lin Bo Cheng berkedip, dia segera mengambil pedang kayu miliknya, kemudian memamerkan keahliannya di depan Lin Zhaoyang.
Pada saat keempat pria kuat turun dari gunung, beberapa orang warga desa mengikutinya. Mereka terlihat sangat penasaran dengan identitas keempat orang tersebut.
"Siapa mereka? Aku tidak pernah melihatnya di desa kita!" ucap salah seorang wanita berusia 40 tahun sambil mengerutkan dahinya.
Tetangga di sebelahnya menggelengkan kepala, "Aku juga baru melihat mereka hari ini, mungkin saja tamu yang menginap di rumah Lizeng."
"Benarkah? Setahuku Lizeng pergi ke kota kemarin. Nyonya Yun tidak mungkin mengizinkan mereka untuk tinggal di desa kita."
"Aaah... Jadi mereka tidak tinggal di rumah Lizeng?"
"Ayo ikuti, aku juga sangat penasaran!"
"Hei! Apa yang kalian lakukan? Kenapa mengendap-endap seperti itu?"
"Jangan banyak bicara, lihatlah keempat orang pria itu. Mereka sangat mencurigakan!"
"Astaga! Bukankah itu rumah nona Lin?"
"Aaah... Rumah warga baru itu? Tidak di sangka gadis secantik dia akan membesarkan 4 orang pria kuat di rumah."
"Benar-benar cabul! Sepertinya gadis itu hanyalah anak liar, jika dia benar-benar seorang nona muda dari keluarga besar, mungkinkah keluarganya akan mengizinkan dia untuk menghidupi begitu banyak laki-laki?"
"Tidak hanya mereka, lihat itu! Dia juga membesarkan 2 anak laki-laki di dalam rumah."
Wajah warga desa seketika menjadi sangat gelap, "Aku akan melaporkannya pada Lizeng! Gadis itu harus segera di usir dari desa, dia akan membawa kutukan kesialan pada kita!"
"Kau benar, ayo pergi!"
Saat Lin Yuelan kembali, dia melihat semua orang berjongkok di tanah sambil memakan ubi panggang.
"1, 2, 3, 4, ada 8 tupai yang menggerogoti ubi!"
👍💪