Nadia, memergoki sang suami sedang bercinta dengan sekretarisnya sendiri, di ruangan khusus kantor pria itu.
Nadia, yang ingin memberi kabar kehamilannya kepada Dygta, justru di kejutkan dengan kenyataan yang menghancurkan hatinya berkeping-keping.
Nadia berlari tanpa memperdulikan klakson kendaraan, hingga sebuah sedan menabraknya.
Nadia terbangun di rumah sakit dan kehilangan janinnya.
Buruknya lagi, Dygta langsung menceraikannya saat itu juga.
Merasa tak ada pegangan dan kalut, Nadia mencoba bunuh diri dengan melompat dari jembatan layang.
Beruntung, seorang pria pemilik perusahaan yang juga seorang ketua mafia menyelamatkannya.
"Hargai hidupmu. Hiduplah untuk membalas mereka yang telah menyakitimu!" ucap Leonardo De Xarberg.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab#22. KIYD.
"Akan tetapi, masa kritisnya telah berhasil di lalui. Keadaannya kini sudah lebih baik, meski lukanya cukup dalam. Sebentar lagi, Nona cantik anda akan dipindahkan ke ruang perawatan," jelas Dokter wanita itu.
Black menunduk dan mohon pamit untuk mengunjungi tuannya kali ini.
Keadaan Nadia saat ini sudah di ketahui telah berada di titik aman.
Beberapa jam kemudian, Nadia telah di pindahkan ke ruang perawatan.
Leo dengan lengan yang di perban berniat mengunjungi Nadia.
Kedua penjaga berbadan tegap itu, menunduk ketika Leo telah sampai depan pintu ruangan perawatan.
Black sengaja menempatkan penjaga.
Inilah yang Leo suka darinya. Inisiatifnya patut diacungi jempol.
"Kenapa kau ikut masuk?" tanya Leo heran pada Black yang ikut melangkah ke dalam.
"Saya juga mau melihat, Nona," jawab Black polos.
Leo seketika mengeratkan giginya gemas dengan sorot mata tajam, yang ia arahkan kepada asistennya ini.
"Ah, Maaf Tuan. Saya akan menunggu di luar saja," ucap Black selanjutnya.
"Kau boleh tetap di sini, sebelum aku mengusirmu pergi," ucap Leo mengijinkan Black masuk.
Leo mendekati hospital bed dimana Nadia terbaring dengan keadaan menutup matanya.
Pakaiannya telah berganti, seragam pasien rumah sakit berwarna hijau Sage.
"Nadia, apa kau tertidur?" Leo bertanya seraya menyentuh punggung tangan Nadia yang tertancap selang infus.
"Sepertinya, Nona masih belum sadar," jelas Black.
"Aku akan menemaninya, Black. Tolong mintakan satu selimut untukku pada pihak rumah sakit." titah Leo pelan.
Black pun mengangguk patuh.
"Segera cari tau siapa yang berada di balik penyerangan itu, Black," titah Leo.
"Baik Tuan." Setelahnya Black pun mengundurkan diri. Pria itu keluar untuk membereskan apa yang seharusnya dibereskan.
"Ugh ...," terdengar lenguhan pelan dari bibir Nadia yang pucat dan kering.
"Nadia ... kau sudah bangun?" tanya Leo, seraya mendekat.
"A–ir," ucapnya parau.
Leo kemudian memencet tombol merah untuk memanggil tim medis karena Nadia sudah siuman.
"Sebentar ya. Kau baru saja menjalani operasi besar. Aku tidak tau kau sudah boleh minum apa belum. Bersabarlah sebentar lagi, Nadia," jelas Leo dengan tatapan tak tega.
"Engh." Nadia terdengar mengerang kecil seraya memegangi pinggangnya.
"Nad, apanya yang sakit?"
" Biar aku panggilkan Dokter." Leo hendak berlalu pergi namun, tangan Nadia mencekalnya.
"Aku takut. Jangan tinggalkan aku sendirian. Tempat ini dingin dan sepi," ucap Nadia lirih, berusaha menahan Leo, dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Tapi tadi kau terlihat kesakitan, bagaimana kalau itu berbahaya. Tunggulah sebentar saja," ucap Leo berupaya membujuk Nadia.
"Aku hanya butuh kau ... di sini." Nadia tiba-tiba saja menangis. Cekalannya semakin kuat pada pergelangan tangan Leo.
Leo pun membalas tatapan itu, entah kenapa hatinya bergetar. Ia merasakan perasaan yang kuat dan dalam dari wanita yang terbaring dengan raut ketakutan itu.
"Baiklah, aku janji tidak akan kemana-mana. Tapi, tanganmu ini jangan banyak bergerak ... nanti infusannya macet." Leo pun melepas perlahan cengkeraman tangan Nadia.
"Maaf. Seharusnya aku mati saja agar tidak menyusahkan siapapun. Kau pasti akan membayar mahal untuk biaya operasi dan perawatanku ini," ucap Nadia lirih.
"Hentikan omong kosongmu itu!" teriak Leo, di susul dengan kedatangan tim dokter yang akan memeriksa pasien.
Nadia kaget dan mendongak seketika, hingga mata berairnya beradu pandang dengan iris pekat milik Leo.
Pria itu tak banyak bicara lagi dan memilih minggir untuk membiarkan para dokter memeriksa keadaan Nadia.
"Nona sudah boleh minum, tetapi sedikit dulu ya," ucap dokter dan tak lama mereka kembali keluar. Membuat keduanya melanjutkan kejadian yang tadi.
"Minumlah," Leo menyodorkan sebotol air mineral dengan sedotan di depan bibir Nadia yang kering.
"Tidak ada satupun manusia yang dapat menentukan akhir hidupnya." Leo berkata dengan wajah yang keras karena tak suka dengan ucapan Nadia. Pandangannya tak terlepas sedikitpun dari wajah cantik yang mendung itu.
"Apa kau lupa janji mu?" tanya Leo, dengan aura dingin dan datarnya.
"J–janji apa?" tanya Nadia, sambil sesekali menyeka pipinya yang basah.
"Jangan pernah membicarakan pasal kematian lagi di hadapanku. Kau sudah berjanji untuk tetap hidup, dan membalaskan semua dendammu. Jadi, jangan menangis lagi dihadapanku ataupun dibelakangku. Kejadian ini kuharap takkan terulang lagi. Kau ... tak perlu mengorbankan dirimu," ucap Leo.
Bibirnya berbicara begitu dekat dengan telinga Nadia. Embusan hangat dari napas pria itu, membuat hati Nadia berdesir aneh. Karena kini posisi pria itu yang condong dan sedikit maju.
Sehingga bibir Leo pun menempel di telinga Nadia, lalu pria itu mengecupnya lembut.
Membuat Nadia kaget, membulatkan kedua matanya.
"Leo, kau selalu saja mengambil kesempatan dalam kesempitan," ucap Nadia pelan, yang mana hal itu membuat Leo tersenyum.
"Kau itu telah membuatku khawatir setengah mati. Jika sesuatu terjadi padamu maka aku tidak akan pernah memaafkan diriku selamanya," bisik Leo lagi.
Pria itu masih belum mengubah posisinya yang nampak memeluk tubuh Nadia.
"Aku ini gak jadi mati, jadi tidak perlu ada yang kau khawatirkan," sahut Nadia.
"Baiklah ... terserah kau saja."
Leo mengangkat wajahnya lalu menghela nafas, membuang rasa bersalah yang mengerubunginya.
"Terimakasih, karena sudah berkorban untukku ...." Leo berkata seraya menatap kedua manik mata Nadia lekat, begitu pun sebaliknya.
Leo perlahan mengikis jarak diantara mereka, kedua tangannya berada di pipi Nadia.
Leo semakin mendekatkan wajahnya, memiringkannya sedikit. Hingga, hidung mancung mereka tidak perlu saling beradu.
CUP ...
Bibir Leo menyentuh bibir Nadia yang masih pucat itu dengan lembut, mengecupnya sebentar lalu memberi sesapan perlahan.
_________
"Tuan kami sudah menemukan siapa dalang di balik penyerangan itu. Targetnya adalah anda, sementara Nona hanya akan di culik.
"Kerja bagus, berikan aku data-datanya," ucap Leo di balik telepon. Sementara Nadia baru saja minum obat dan kembali tertidur. Leo sungguh tidak tega ketika melihat wanita itu meringis merasakan sakit.
"Aku akan memberikan balasan sepuluh kali lipat kepada mereka." Batin Leo.
_________
"Kenapa kau begitu nekat!" Dygta menggebrak meja di ruang tamu apartemennya. Hingga kaca pelapis meja tersebut pecah berkeping-keping.
"Kenapa kau berani bertindak tanpa persetujuan dariku!" Dygta menggeram, kedua tangannya meremas rambut frustasi.
"Aku sangat benci pada wanita itu! Bukankah bagus jika dia mati!" Clara, menjatuhkan tubuhnya dengan kasar di atas sofa. Tak peduli dengan pecahan kaca kristal yang ia injak dengan sepatu high heels miliknya.
"Bukan hanya kau yang akan mendapat masalah besar, tapi juga aku dan perusahaan!" Dygta mendekat pada Clara dan menyambar leher wanita itu kemudian mencengkeramnya erat.
"Ekh, lepaskan aku Dygta!" Clara terlihat berusaha melepaskan tangan Dygta dari batang lehernya dengan memukul-mukul, lengan pria itu.
"Kalau tak ingat kau sedang hamil anakku. Mungkin saat ini aku sudah membunuhmu!!"
Dygta pun menyambar kunci mobilnya. Mengabaikan panggilan dan teriakan dari wanita yang selama ini menjadi partner panas di peraduannya.
"Nadia. Ku harap kau tidak mati. Aku belum lagi menikmati tubuhmu yang ku yakin semakin indah itu," gumam Dygta di depan kemudi kendaraannya yang melaju dengan cepat.
Pria itu menyeringai laksana devil.
...Bersambung...
sok suka sendiri klo keluar .. ntar yang salah black pula ...
mantan lakinya jg .. masih aja sok dekat .. otaknya sudah rusak
di pantai saat penyerangan aja waktu itu gak bisa ngapa-ngapain..
skrg kebanyakan gaya mau keluar ..
Guys sekalian aku mau promosi karya ku yah hehe JUDULNYA Burning love (Candra & Ayana)