"Puas lo udah ngehancurin hidup gue. Inikan yang lo mau? gue tahu lo bahagia sekarang?" Ucap Delmar setelah dia sah menjadi suami Killa.
"Kenapa aku yang disalahin? disini yang korban itu aku apa dia? Aku yang diperkosa, aku yang hamil, tapi kenapa aku yang salah?" Killa bertanya dalam hati.
Siapa sih yang gak mau nikah sama orang yang dicintai? Begitupun Killa. Dia pengagum Delmar sejak dulu. Tapi bukan berarti dia rela mahkotanya direnggut paksa oleh Delmar. Apalagi sampai hamil diusia 16th, ini bukanlah keinginannya.
Cerita ini sekuel dari novel Harga sebuah kehormatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERNIKAHAN YANG TAK DIINGINKAN
Rain, sekeluarga segera menuju ruang tamu saat keluarga mempelai wanita datang. Tak seperti pernikahan umumnya yang ramai pengantar, Killa hanya datang bersama ayah dan ibunya.
Killa tampak cantik dengan kebaya putih sederhana dan rambut disanggul modern. Make up flawless membuatnya tampilannya terkesan natural.
Akad nikah diadakan dirumah Delmar karena orang tua Killa tak mau sampai tetangga mereka tahu tentang Killa yang hamil diluar nikah.
Rain kembali menangis melihat gadis yang memakai kebaya putih itu. Hatinya terenyuh melihat Killa yang seharusnya menikmati masa remaja, harus hamil gara gara ulah putranya.
Del tetap terlihat sangat tampan dengan setelan jas berwarna abu abu meski tiada senyum diwajahnya. Raut wajahnya terlihat tertekan. Dia memang tak menginginkan pernikahan ini.
Del menatap Killa sekilas lalu membuang pandangannya ke arah lain. Marah, kesal, benci, itu yang dia rasakan sekarang. Dia merasa jika Killa sudah menghancurkan masa depannya. Dia masih muda, masih ingin bersenang senang. Apalagi dia memiliki gadis yang dia cintai, yaitu Laura.
Killa, jangan ditanya bagaimana perasaannya saat ini. Jika semua orang sedih dan terluka, dialah orang yang paling merasakan hal itu. Ingin menangis tapi sudah tak sanggup. Air matanya terasa sudah kering hingga dia hanya bisa merasakan sesak yang teramat sangat didadanya.
Killa duduk disamping Del dengan tubuh gemetaran. Jantungnya berdegup sangat kencang saat Delmar mengucap ikrar ijab qabul.
SAH
Ucap seluruh saksi yang ada disana.
Rain menghela nafas lega saat putranya berhasil mengikrarkan ijab qabul dalam satu nafas.
"Gue gak nyangka lo bakal jadi kakek Sean." Ledek Dino sahabat Sean sambil terkekeh.
"Sialan lo, gue masih muda, ogah dipanggil kakek." sunggut Sean.
"Lha terus lo mau dipanggil apa? Opa? atau mbah? hahaha." Dino makin gencar meledeknya.
"Gue gak pantes dipanggil semua itu. Gue ini masih muda, cakep, kaya, gak ada minusnya."
"Perasaan lo aja kali masih muda. Orang umur lo udah 46." Dino menyebikkan bibirkan.
"Lo tahu gak, pria seusia kita ini lagi puber kedua. Pria kayak gue ini lebih cocok jadi hot daddy daripada jadi kakek." Ucap Sean sambil melipat tangannya didepan dengan gaya sok cool.
"Hot daddy gimana sih? kurang paham gue."
"Ya hot daddy yang punya baby. Masak lo gak paham sih, gak usah sok polos, gak cocok sama muka lo yang mesum."
"Punya baby?" Dino mengernyit bingung. "Sugar baby maksud lo?" Dino membelalak tak percaya. "Elo punya sugar baby?" Pekiknya tertahan.
"Apa!" Rain yang tak sengaja mendengar langsung memelototi Sean sambil berkacak pinggang. "Kamu punya sugar baby pa?"
"Mati lo Sean." Lirih Dino sambil menahan tawanya.
"Kamu salah denger beb, bukan sugar baby, tapi baby. Aku pengen punya baby lagi." Sean melingkarkan tangannya di pinggang Rain. Mencoba merayu agar istrinya tidak ngambek.
"Bohong." Rain melepaskan tangan Sean dan langsung meninggalnya.
"Sialan lo Din, gara gara lo ngomong keras, Rain jadi denger kan?"
"Sorry gue gak tahu kalau ada Rain."
Sean ingin pergi menyusul istrinya tapi dicegah oleh Dino.
"Jelasin dulu, lo beneran punya sugar baby?" Dino tak ingin mati penasaran.
"Ya enggak lah. Mana berani gue. Ogah gue nyari masalah sama Rain." Sean segera menyusul istrinya.
"Sudah gue duga, bucin akut kayak lo mana berani macem macem. Lo itu suami takut istri, cemen. Tapi sama sih kayak gue." Dino bermonolog sambil senyum senyum sendiri.
...****...
Setelah semua proses selesai, ayah Killa segera memberikan 2 koper besar pada anaknya.
"Mulai sekarang kamu tinggal disini. Jangan pernah menginjakkan kaki dirumah sebelum kamu melahirkan. Ayah gak mau nama baik keluarga kita tercemar gara gara kamu." Tegas ayahnya.
Killa ingin sekali menangis mendengar ucapan pedas ayahnya. Seburuk itukah dirinya? Dia hanya korban, tapi kenapa semua semua ini seolah kesalahannya.
"Oh iya, jangan pernah meminta uang pada ayah. Kamu sudah bukan tanggung jawab ayah lagi. Dan untuk uang mahar, semua jadi milik ayah."
Ayah Killa meminta mahar 100 juta. Kalau keluarga Sean tak mau memberi, dia mengancam akan melaporkan Delmar ke polisi. Dia memang segila itu pada uang.
"Tapi yah." Killa sebenarnya tak rela jika ayahnya mengambil semua maharnya. Killa pikir dia bisa menyimpan uang itu untuk biayain kuliahnya nanti.
"Tak ada tapi tapian. Anggap saja itu balas budi karena kami sudah membesarkanmu. Kamu pikir biaya sekolahmu selama ini murah?"
Sungguh ayah yang tak beradap, bisa bisanya dia mengungkit soal biaya sekolah. Padahal semua itu sudah menjadi kewajibannya sebagai orang tua. Tanpa pamit, orang tua Killa meninggalkan rumah itu.
Killa bingung, dia tetap berdiri disamping kopernya. Sedangkan Delmar, dia sudah naik ke kamarnya tanpa mempedulikan Killa.
"Sayang, mana Del?" Tanya Rain yang datang menghampiri Killa.
"Gak tahu tante."
"Mulai sekarang jangan panggil tante, panggil mama kayak Del."
Killa mengangguk, dia bersyukur karena mertuanya terlihat begitu baik. Bahkan lebih baik dari orang tuanya.
"Dylan, bantu kak Killa bawa kopernya ya. Sekalian anter ke kamar kan Del." Rain memanggil Dylan yang tak sengaja lewat.
"Baik ma."
"Killa, ini Dylan, adiknya Del."
Killa hanya mengangguk sambil tersenyum pada Dylan.
"Ayo kak." Dylan segera menyeret koper Killa dan mengantarkannya ke kamar Delmar.
"Ini kamarnya kak. Ya udah aku pergi dulu ya."
Killa mengangguk lalu mengetuk pintu kamar Del.
Tok tok tok
Dengan langkah malas Del membukakan pintu.
"Ngapain lo kesini?" Tanya Del sambil bersedekap dan menatap sinis kearah Killa.
"Em.. Mama nyuruh Killa kesini kak." Jawab gadis itu dengan sedikit takut.
"Maksudnya?" Del mengernyit bingung. Dia lalu manatap dua koper besar yang ada disebelah Killa. "Lo disuruh mama tidur disini?"
Killa mengangguk pelan.
"Ya udah cepetan masuk." Dirumah ini, ucapan mamanya adalah perintah yang mutlak harus ditaati. Jangankan Del, papanya saja tak berani membantah.
Killa menarik dua kopernya masuk kedalam kamar Del. Kesan maskulin sangat nampak dikamar itu. Sangat luas, tapi sedikit barang, seperti itulah kamar Del. Del menginginkan kamar yang luas agar dia nyaman saat bermain game bersama teman temannya.
Killa membuka kopernya lalu mengambil pakaian ganti. Setelah berganti baju dan membersihkan make up di kamar mandi dia bingung harus ngapain. Berada dalam satu kamar bersama Delmar membuat hormon adrenalinnya naik. Jantungnya berdegup dua kali lebih cepat.
Killa duduk dikursi meja belajar Del sambil sesekali melirik ke arah Delmar yang tengah asik bermain ponsel.
"Ngapain lo lihat lihat?" Bentak Delmar.
"Eng, enggak kok kak."
Delmar bangkit lalu menghampiri Killa. Killa segera berdiri dan minggir, dia pikir Delmar ingin duduk di kursi meja belajarnya. Tapi ternyata dia salah, Delmar berdiri dihadapannya dengan sorot mata yang sangat tajam.
"Puas lo sekarang? Puas udah ngehancurin kehidupan gue? Seneng lo sekarang? Inikan yang lo mau?"
Disini sebenarnya siapa sih yang korban? Aku yang diperkosa, aku yang hamil. Tapi kenapa aku seolah olah yang jahat dan Kak Del adalah korban, batin Killa.
"Lo udah ngerencanain ini semua kan? Lo sengaja manfaatin keadaan saat gue mabuk? Cih, udah ketebak rencana busuk lo. Ngaku hamil anak gue, lalu minta tanggung jawab. Tapi ujung ujungnya apa? minta duitkan?"
Air mata Killa tak bisa ditahan mendengar semua tuduhan Delmar. Sungguh bukan seperti itu dirinya. Dan masalah uang mahar, semua tidak ada dalam pikirannya. Semua itu ulah ayahnya, tapi lagi lagi Killa yang jadi korban.
Tapi Killa hanya mampu diam, menyangkalpun tak ada gunanya. Toh yang semua orang lihat saat ini adalah dia dan keluarganya yang mata duitan.
.
**JANGAN LUPA LIKE, KOMEN DAN KASOH HADIAH BIAR AUTHOR MAKIN RAJIN UP.
TERIMAKASIH**
🥹😭😭dada aq Thor sesak juga baca chapter ini
belajar dri sikapnya Del yg terdahulu, awalnya manis berakhir dengan kata2 yg bener2 GK masuk di akal saking sakitnya.