Danisha Putri atau yang akrab di sapa Anis, tidak menyangka niatnya ingin menolong persalinan seorang wanita yang menderita keracunan kehamilan justru berujung menjadi sasaran balas dendam dari seorang pria yang merupakan suami dari wanita tersebut, di kala mengetahui istrinya meregang nyawa beberapa saat setelah mendapat tindakan operasi Caesar, yang di kerjakan Anis.
Tidak memiliki bukti yang cukup untuk membawa kasus yang menimpa mendiang istrinya ke jalur hukum, Arsenio Wiratama memilih jalannya sendiri untuk membalas dendam akan kematian istrinya terhadap Anis. menikahi gadis berprofesi sebagai dokter SP. OG tersebut adalah jalan yang diambil Arsenio untuk melampiaskan dendamnya. menurutnya, jika hukum negara tak Mampu menjerat Anis, maka dengan membuat kehidupan Anis layaknya di neraka adalah tujuan utama Arsenio menikahi Anis.
Mampukah Anis menjalani kehidupan rumah tangga bersama dengan Arsenio, yang notabenenya sangat membenci dirinya???.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diary milik mendiang Ananda.
"Baik, akan saya buatkan secangkir kopi untuk anda, tuan." tutur Anis sebelum kemudian beranjak keluar dari ruangan Ansenio, tanpa bertanya lebih dulu di mana letak pantry. menurut Anis ia bisa menanyakan keberadaan pantry pada salah seorang pegawai di sana.
"Permisi Nona, apa anda tahu letak pantry??." tanya Anis pada seorang wanita yang meja kerjanya berada di depan ruangan Ansenio.
"Tentu saja nona, anda tinggal lurus saja lalu belok kiri !!." jawab seorang wanita yang merupakan sekretaris Ansenio.
"Baik terima kasih, Nona." tutur Anis sebelum kemudian kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang yang tadi di jelaskan oleh wanita itu.
"Siapa wanita itu?? Tumben tuan Ansenio mengajak seorang wanita selain Nona Ananda ke perusahaan???." dalam hati wanita itu bertanya tanya, saat menatap punggung Anis yang kini berlalu meninggalkan dirinya.
Tidak ingin terlalu ikut campur dalam urusan pribadi bosnya, wanita itu kembali memfokuskan diri pada berkas dihadapannya.
Tak berselang lama Anis kembali ke ruangan Ansenio dengan secangkir kopi di tangannya.
"Ini kopinya, tuan." kata Anis seraya meletakkan secangkir kopi di atas meja kerja Ansenio.
"Hemt."
Tidak ingin mengganggu fokus Ansenio yang kini tengah sibuk dengan beberapa berkas dihadapan, Anis memilih beranjak duduk di sofa.
Tok
Tok
Setelah mendapat sahutan dari dalam, Jasen lantas masuk ke dalam ruangan Ansenio. Pria itu datang untuk menyampaikan pada bosnya itu jika meeting akan segera di mulai lima belas menit lagi.
Ansenio lantas berdiri dari duduknya setelah mendengar penyampaian dari Jasen. Tanpa berpamitan pada Anis, Ansenio pergi begitu saja meninggalkan ruangannya menuju meeting room, sehingga membuat Anis menghela napas berat melihat sikap Ansenio.
"Jika hanya membuatku menunggu seperti orang bodoh di ruangan ini, lalu mengapa mengajakku kesini?? kenapa tidak membiarkan aku di rumah saja tadi." keluh Anis.
Sudah beberapa jam berlalu namun Ansenio belum juga kembali, Anis yang tengah duduk di sofa sejak tadi secara tidak sengaja memandang ke arah sebuah buku diary yang terletak di atas meja kerja Ansenio. Dari warna buku diary tersebut Anis bisa menebak jika buku diary itu merupakan milik seorang wanita.
Kini rasa penasaran sekaligus takut bersarang di benak Anis. Penasaran dengan isi diary yang ia duga merupakan milik dari mendiang Ananda namun ia juga merasa takut jika sampai ketahuan oleh Ansenio membuka isi dari diary tersebut.
Tapi sepertinya rasa penasaran di hati Anis lebih dominan di banding rasa takutnya, sehingga kini ia mulai mengayunkan langkahnya mendekati meja kerja Ansenio.
Sejenak Anis menatap ke arah pintu sebelum kemudian memberanikan diri untuk meraih buku diary tersebut.
Dengan tangan yang sedikit bergetar menahan rasa takut Anis mulai membuka lembaran buku diary itu.
Ternyata benar buku diary tersebut merupakan milik mendiang Ananda, terbukti dari nama yang tertera pada halaman pertama.
Perlahan Anis kembali membuka halaman kedua dan ketiga serta halaman selanjutnya.
"Aku sangat mencintaimu Ansenio, aku takut kehilanganmu. Jika tuhan masih memberikan kesempatan untuk aku hidup bersamamu, aku akan melakukan apapun untuk bisa menjagamu wahai kekasih pujaan hatiku."
Anis cukup tertegun saat membaca lembaran terakhir dari isi diary tersebut, namun sepersekian detik kemudian Anis baru menyadari ada seseorang yang hendak memutar handle pintu ruangan tersebut.
Karena keterkejutannya, Anis sampai dibuat gelagapan hingga secara tidak sengaja menyenggol pigura milik ananda dengan sikunya ketika hendak meletakkan buku diary tersebut ke tempat semula.
Prang.
Suara yang berasal dari pigura milik ananda yang kini telah jatuh ke lantai hingga pecah, membuat Ansenio yang baru saja memutar handle pintu ruangannya menatap tajam ke arah Anis.
"Maaf tuan..... sungguh, saya tidak sengaja." kata Anis dengan tubuhnya yang mulai bergetar menahan rasa takutnya.
Dengan tatapan tajam Ansenio melangkah mendekati Anis.
"Ternyata kau benar benar wanita tidak tahu diri. setelah menghilangkan nyawa istriku, kini kau merusak pigura milik istriku." suara Ansenio masih terdengar datar namun sangat menakutkan di telinga Anis.
"Sungguh tuan, saya benar benar tidak sengaja." Anis mengatupkan kedua tangannya di dada berharap Ansenio tidak akan murka atas ketidaksengajaan nya itu.
"Pergi dari sini!!." mendengar bentakan Ansenio membuat jantung Anis hampir saja copot dari rongganya. Namun begitu ia masih saja berdiri di tempatnya, seakan ingin mempertanggungjawabkan perbuatannya itu di hadapan Ansenio. Namun hal itu justru membuat Ansenio semakin murka padanya.
Dengan sekali hentakan, kini tubuh Anis telah terhuyung ke belakang hingga membentur tembok pembatas ruangan.
"Arg..." ringis Anis ketika merasakan sakit pada punggungnya, sebelum kemudian ia berusaha sekuat tenaga untuk kembali menegakkan tubuhnya, kemudian beranjak meninggalkan ruangan Ansenio.
Tidak bisa di pungkiri Jasen yang saat itu Turut meyaksikan tindakan Ansenio tersebut merasa iba pada Anis, namun begitu ia tak dapat berbuat apa apa untuk membantu Anis.
Setelah kepergian Anis, Ansenio menatap serpihan pigura milik istrinya dengan tatapan sendu, seraya memunguti puing puing pigura milik istrinya tersebut.
**
Di lobby gedung perusahaan Wiratama Group, Anis kembali teringat akan kalimat yang tertulis di halaman terakhir pada diary milik mendiang Ananda.
"Demi tuhan, saya tidak pernah berniat memisahkan kalian. Sebagai seorang dokter saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan nyawa anda Nona Ananda, tetapi sepertinya takdir berkata lain. Tapi saya tidak pernah menyesalinya, saya justru senang pernah mengenal anda walaupun hanya sekejap." lirih Anis dalam hati.
Kini Anis telah berada di depan gedung Hendak memesan ojek online, namun saat mengeluarkan ponselnya dari dalam tas selempangnya ternyata saat ini ponselnya dalam kondisi kehabisan daya.
"CK..." Anis terdengar mendecakkan lidahnya ketika melihat ponselnya yang kehabisan daya.
"Jika sudah begini, bagaimana aku bisa memesan ojek online???." rutuk Anis. Dan kini mau tak mau Anis harus menggunakan bus dan jarak dari perusahaan Wiratama Group menuju halte bus di area tersebut cukup jauh.
Kini mau tak mau Anis harus berjalan kaki menuju halte bus.
"Hai Nona." ketika hendak meninggalkan kawasan gedung, seorang pria nampak menyapa Anis dari dalam mobilnya. Pria itu bahkan sengaja memelankan laju mobilnya saat menyapa Anis.
Bukannya menjawab sapaan dari pria itu, Anis justru melayangkan tatapan tak bersahabat pada pria itu. Akan tetapi bukannya merasa tak suka apalagi sampai kesal, pria itu justru semakin tertarik dengan karakter Anis.
"Menarik." gumam pria itu seraya menyaksikan langkah Anis melalui pantulan spion mobilnya.
"Apa gadis itu pegawai baru????." tebak pria itu sebelum kemudian kembali melajukan mobilnya menuju area basemen gedung perusahaan Wiratama Group.
Untuk mendukung karya recehku jangan lupa like, koment, vote, give and subscribe ya sayang sayangku..... setelah komentar yang kalian tinggalkan menjadi penyemangat tersendiri buat aku. 😊😊😊😊😘😘😘😘😘🙏🙏🙏🙏🙏🙏
harusnya nggak usah ziarah.
nanti ada waktunya.