mengikuti perjalanan Kaelan, seorang remaja yang terjebak dalam rutinitas membosankan kehidupan sehari-hari. Dikelilingi oleh teman-teman yang tidak memahami hasratnya akan petualangan, Kaelan merasa hampa dan terasing. Dia menghabiskan waktu membayangkan dunia yang penuh dengan tantangan dan kekacauan dunia di mana dia bisa menjadi sosok yang lebih dari sekadar remaja biasa.
Kehidupan Kaelan berakhir tragis setelah tersambar petir misterius saat dia mencoba menyelamatkan seseorang. Namun, kematiannya justru membawanya ke dalam tubuh baru yang memiliki kekuatan luar biasa. Kini, dia terbangun di dunia yang gelap dan misterius, dipenuhi makhluk aneh dan kekuatan yang tak terbayangkan.
Diberkahi dengan kemampuan mengendalikan petir dan regenerasi yang luar biasa, Kaelan menemukan dirinya terjebak dalam konflik antara kebaikan dan kejahatan, bertempur melawan makhluk-makhluk menakutkan dari dimensi lain. Setiap pertarungan mempertemukan dirinya dengan tantangan yang mengerikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raven Blackwood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan dengan Petualang
Pagi itu, langkahku masih terasa ringan meski ada sedikit rasa haru dari perpisahan dengan Takashi. Di genggaman tanganku, pedang pemberiannya terbungkus rapi, dan di benakku masih terngiang-ngiang kata-kata terakhirnya. Takashi memang bukan sosok yang banyak bicara, namun setiap perkataannya selalu mengandung makna dalam.
Aku berjalan menyusuri jalur hutan yang ditunjukkan oleh Takashi menuju ibu kota. Suara dedaunan kering yang kusapu dengan langkahku terdengar samar di antara angin pagi yang dingin. Saat itu musim gugur mulai menjelang, menandai transisi menuju musim dingin yang akan datang. Udara semakin dingin, namun tubuhku tidak terpengaruh sedikit pun, terima kasih pada regenerasi super yang selalu menjaga kondisiku tetap prima meski dalam kondisi cuaca ekstrem.
Tiba-tiba, suara-suara terdengar di kejauhan. Samar-samar, terdengar suara benturan logam, disertai teriakan panik. Instingku langsung menegang, dan aku mempercepat langkah menuju arah suara tersebut.
Saat aku mendekati lokasi, tampak sekelompok orang yang sedang bertarung melawan makhluk besar sejenis ogre, dengan kulit hijau tebal dan tinggi lebih dari dua meter. Di hadapannya, lima orang petualang terlihat kewalahan. Salah satu dari mereka, seorang wanita dengan rambut cokelat panjang, terlempar keras ke tanah setelah serangannya dihentikan oleh gada besar milik ogre itu. Laki-laki lain yang mengenakan armor ringan berusaha mendekat dari samping, tapi setiap gerakannya tampak ragu-ragu, seolah ia tahu kekuatannya tidak cukup untuk menandingi monster itu.
Tanpa ragu, aku melompat masuk ke dalam pertarungan.
“Wuussh!” Angin berdesir di sekitar tubuhku saat aku melesat cepat, pedang Takashi terhunus di tanganku. Dengan satu gerakan, aku memotong udara di depan ogre itu dan menyerangnya dengan presisi. Bilah pedangku mengenai lengan kanan si ogre, membuatnya menggeram kesakitan. Tidak berhenti sampai di sana, aku memutar tubuh dan menargetkan pergelangan kaki makhluk itu. “Crak!” Suara keras terdengar ketika pedangku menghantam tulang keras di kakinya.
Ogre itu terhuyung-huyung, kehilangan keseimbangan. Matanya yang besar dan merah menatapku dengan amarah, mengayunkan gadanya ke arahku dengan cepat. Namun, berkat kecepatan kilat yang kumiliki, aku dengan mudah menghindari setiap serangannya. Setiap gerakanku seperti tarian di medan pertempuran, langkah-langkah cepat yang tak terbaca oleh monster itu.
Tanpa memberikan ogre itu waktu untuk memulihkan diri, aku beralih menggunakan kekuatan petir yang mengalir dalam tubuhku. Ctarrrr! Petir menyambar dari tanganku, menghantam tubuh ogre itu langsung di dada. Kilatan listrik membuat makhluk itu tersentak keras, tubuh besarnya terhempas ke belakang dan terkapar di tanah, tak lagi bergerak.
“Ini terlalu mudah,” gumamku sambil menyarungkan kembali pedangku.
Kelima petualang yang tadi tampak kewalahan kini menatapku dengan penuh keterkejutan. Wanita berambut cokelat yang sebelumnya terlempar ke tanah berdiri perlahan, memegangi lengannya yang sedikit terluka. Dia menatapku, matanya berbinar penuh rasa tak percaya.
“Siapa kau?” tanyanya, suaranya sedikit bergetar, campuran antara rasa kagum dan kebingungan. “Kekuatanmu... luar biasa. Mengapa aku tidak pernah mendengar nama sekuat dirimu sebelumnya?”
Aku mengangkat bahu, sedikit tersenyum. “Aku hanya seorang pengembara.”
Salah satu pria dari kelompok itu, yang tampak lebih tua dengan janggut abu-abu, mendekatiku dengan wajah serius. “Kami tidak bisa mengalahkan ogre itu bahkan dengan kekuatan gabungan kami. Tapi kau... kau melakukannya sendirian, dengan mudah pula. Terima kasih.”
Aku hanya mengangguk kecil, mengabaikan pujian mereka. “Tidak masalah. Apa yang kalian lakukan di sini?”
“Kami sedang dalam perjalanan menuju ibu kota,” jawab wanita tadi. “Kami rombongan kecil, terdiri dari petualang dan beberapa pedagang. Tapi perjalanan ini tidak semudah yang kami bayangkan. Monster-monster seperti ogre tadi kerap kali menyerang di jalur ini.”
Aku mengangguk sambil memandang sekeliling. Hutan ini memang lebat dan penuh dengan bahaya, tidak heran banyak yang kesulitan melaluinya. Namun bagiku, ini hanya gangguan kecil.
“Ke ibu kota?” tanyaku kemudian, mencoba mengonfirmasi. “Kebetulan aku juga menuju ke sana.”
Mata wanita itu berbinar. “Benarkah? Kalau begitu, mengapa tidak bergabung dengan kami? Kami bisa saling menjaga di jalan. Lagipula, di ibu kota akan ada sesuatu yang menarik.”
Aku mengangkat alis, penasaran. “Sesuatu yang menarik?”
“Turnamen kualifikasi,” jawab salah satu pria lainnya yang mengenakan pakaian petualang, dengan sebuah pedang pendek di pinggangnya. “Ini kesempatan bagi siapa saja yang kuat untuk mendapatkan token peringkat. Jika kau bisa memenangkan turnamen, kau bisa mendapatkan tempat di jajaran 100 orang terkuat di dunia.”
Aku menatap mereka dengan minat yang mulai tumbuh. “100 orang terkuat?”
Pria itu mengangguk. “Setiap tiga tahun sekali, turnamen ini diadakan untuk menentukan siapa yang layak menggantikan posisi di 100 besar. Jika ada yang mati, menghilang, atau pensiun dari jajaran itu, token peringkatnya akan diperebutkan di turnamen ini. Dan tahun ini, ada lima token yang diperebutkan.”
Aku terdiam sejenak, mencerna informasi ini. Jajaran 100 orang terkuat di dunia... Aku tidak pernah mendengar tentang hal ini sebelumnya. Tiga tahun bersama Takashi membuatku terisolasi dari berita dunia luar. Namun, gagasan tentang sebuah turnamen yang mempertaruhkan kekuatan ini menarik perhatianku. Mungkin ini adalah tantangan baru yang kucari.
“Dan kau,” lanjut pria itu sambil menatapku dengan heran, “dengan kekuatan seperti itu, aku yakin kau bisa dengan mudah mendapatkan salah satu token tersebut. Mengapa namamu tidak pernah terdengar sebelumnya?”
Aku tersenyum tipis, memandang mereka dengan pandangan datar. “Seperti yang kukatakan, aku hanya seorang pengembara. Aku tidak terlalu peduli pada hal-hal seperti itu.”
Namun, di dalam hati, benih ketertarikan mulai tumbuh. Turnamen ini mungkin bisa menjadi langkah pertamaku untuk menunjukkan kekuatan yang kumiliki kepada dunia. Lagipula, dunia ini terlalu membosankan jika aku hanya berpetualang tanpa tujuan. Mungkin masuk ke jajaran 100 orang terkuat akan memberiku pengalaman baru yang menantang.
“Kalau begitu, bagaimana kalau kita melanjutkan perjalanan bersama?” tawarku akhirnya.
Wanita itu mengangguk dengan semangat. “Tentu! Lagi pula, dengan kekuatanmu, kami merasa jauh lebih aman.”
Kami pun melanjutkan perjalanan bersama-sama, meninggalkan hutan dan ogre yang terkapar di belakang. Saat kami berjalan, percakapan berlanjut tentang turnamen itu. Mereka menjelaskan lebih banyak detail, seperti bagaimana token peringkat hanya diberikan kepada mereka yang benar-benar layak. Turnamen ini tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik, tapi juga kecerdikan, strategi, dan kemampuan bertahan hidup.
Aku mulai memikirkan bagaimana turnamen ini bisa menjadi panggung untuk menunjukkan apa yang telah kupelajari selama ini. Dengan kekuatan petir dan regenerasiku, aku yakin bisa mengalahkan siapa pun yang menghadangku.
Namun, perjalanan ini belum berakhir. Di depan sana, ibu kota menanti, bersama dengan tantangan-tantangan baru yang mungkin akan menguji semua yang telah kudapatkan selama tiga tahun ini.
coba cari novel lain trus cek buat nambah referensi 🙏