Hanita Ralingga Ayu Mahendra dan Satya Prawira Arya Dewantara, keduanya menikah karena saling mencintai setelah mereka menghabiskan waktu selama 10 tahun pacaran. Keduanya adalah cinta pertama untuk satu sama lain. Mereka sama-sama berasal dari kalangan atas, Hanita adalah seorang Psikiater terkenal sedangkan Satya pewaris dari perusahaan keluarganya
Tapi setelah menikah, cinta mereka justru berubah. Hubungan keduanya yang semula hangat menjadi sangat dingin. Hanita dan Satya sama-sama tidak dapat menemukan kecocokan meski 2 orang anak telah hadir diantara mereka. Kesalahpahaman mengelilingi keduanya
Hingga suatu ketika, Satya harus mengalami sebuah kondisi yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Akankah kondisi baru Satya akan membuat Hanita luluh dan memperbaiki hubungan mereka? Atau justru akan meninggalkan Satya yang tak lagi sama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PRINCESSNOVITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satya vs Hanita
***
Singkat cerita, Satya kini sudah tiba dimansion. Tanpa perlu bertanya lagi, dia sudah tahu dimana Hanita berada sekarang.
BRAK! Satya membuka pintu ruangan pribadi Hanita dengan kasar, lelaki itu melangkah mendekati sang istri
Hanita santai saja, wanita itu justru menghisap wine favoritnya dengan sangat nikmat.
"Sudah pulang? Kupikir kamu akan menginap dirumah sakit malam ini. Menunggui wanita itu" sapa Hanita
Satya mendesis sinis, "Ternyata kamu memang sudah tahu semuanya. Aku tidak menyangka."
"Tidak ada kejahatan yang abadi. Kamu tidak akan bisa menutupi bangkai selamanya." Hanita meletakkan gelas wine ke atas meja, berdiri dan memutar tubuhnya ke arah Satya. Tidak ada rasa gentar atau takut yang Hanita rasakan sekarang. Dia menggunakan dress berwarna maroon, serta bibirnya yang juga dia balut menggunakan lipstik dengan warna senada
"Kamu menipuku selama ini,Hanita. Kamu membodohiku aku, berpura-pura baik tapi ternyata? Kamu menyembunyikan senjata dibelakangku" kata Satya
Hanita tersenyum remeh mendengarnya, bertepuk tangan pelan. "Siapa yang tipu siapa disini,Satya? Siapa yang membodohi siapa?" Hanita melangkah maju, kini dia dan Satya berhadapan
Keduanya saling menghunuskan tatapan tajam satu sama lain. Deru nafas keduanya bahkan terdengar berat dan saling bersahut
"Kamu yang menipuku,Satya. Kamu bermain api di belakangku. Kamu menemui wanita yang sudah kutolong, kamu bahkan mencari kehangatan darinya. Setelah semua itu, kamu masih berani dan tidak tahu diri pulang ke mansion ini. Kamu bahkan masih berani menikmati tubuhku, setelah membiarkan tubuhmu dinikmati oleh wanita lain." Ujar Hanita
Sudut bibir Satya terangkat ke atas, membentuk seringai kecil. "Semua itu tidak akan terjadi seandainya kamu mau mendengarkanku,Hanita. Menjadi istri dan Ibu rumah tangga utuh."
''Tapi apa yang kamu lakukan? Kamu membantahku, menolak apapun yang kuminta darimu. Kamu membuatku muak. MUAK!" Balas Satya
Berdesir hati dan perasaan Hanita menerima perkataan ini dari sang suami. Tapi tetap, Hanita menunjukkan sisi tangguhnya di hadapan Satya.
''Sejak awal kita memutuskan untuk menikah, bukankah kamu sudah tahu? Aku akan tetap melanjutkan karirku, lalu kenapa sekarang dan kemarin semua itu seolah kamu jadikan alasan untuk menyudutkanku? Kamu aneh sekali" sahut Hanita
Satya mencengkram kedua bahu Hanita, memaksa sang istri untuk menatapnya. "Hanita, kamu tahu? Aku sangat menyesal karena aku menikahimu. Andai kutahu semua akan seberantakan ini, maka aku tidak akan pernah menikahi wanita jahat sepertimu!"
"Kamu pembunuh,Hanita! Kamu membunuh Kenzie, bahkan sejak anakku baru dilahirkan. Dia sudah menderita karenamu! Dan kini, kamu juga yang membunuh dia! Kamu bukan manusia,Hanita! Kamu iblis yang membunuh darah dagingmu sendiri!"
"Lalu seolah tidak cukup! Kamu juga membunuh bayi tidak berdosa yang bahkan belum lahir kedunia ini! Kamu jahat,Hanita!" Teriak Satya tepat didepan wajah Hanita
Tubuh Hanita bergetar hebat saking marahnya dia sekarang. Wanita ita mengangkat tangannya, mendorong kasar tubuh Satya darinya
PLAK!!! Tamparan keras bersarang ke atas wajah Satya bahkan meninggalkan jejak kemerahan disana.
Hanita yang melakukan itu, tatapan tajam dan dinginnya terkunci pada sang suami.
Satya memegangi pipinya yang terasa panas, menoleh dan melemparkan tatapan penuh amarah pada Hanita
"Kamu menamparku?"
"Ya! Aku menamparmu! Kenapa?! Kamu tidak terima?! Apa itu sakit?! Lebih sakit mana dibanding aku yang harus mendengarkan seluruh makian menyakitkan itu darim?! Kamu yang suamiku, bisa-bisanya kamu mengatakan itu padaku?!" Teriak Hanita dengan nada parau
Hanita mengusap kasar setetes air mata yang terjatuh diatas pipinya. "Kamu selalu menyalahkan aku atas semuanya. Tapi pernahkah kamu memikirkan perasaanku? Atau sekedar peduli padaku? Tidak pernah sama sekali!"
"Kamu selalu menyalahkanku atas apa yang menimpa Kenzie, berpikir kalau aku tidak peduli. Tapi pernahkah kamu berpikir? Siapa yang merasa paling hancur atas apa yang dialami Kenzie sejak dia kulahirkan? Itu adalah aku! Aku yang paling menyesal, tapi kamu tidak pernah peduli!"
"Kamu bersikap seolah aku yang jahat! Padahal kamu yang tidak mau memahami aku walau hanya sedikit! Kamu bahkan tidak mau tahu apa yang diperbuat Mama mu padaku! Kamu justru menyalahkanku dan menyebutku sebagai menantu durhaka!"
Hanita berteriak, meluapkan seluruh isi hatinya yang selama dia pendam sendirian sembari menunjuk-nunjuk dadanya sendiri.
"Mama mu...dia selalu terang-terangan menghinaku karena melahirkan anak yang penyakitan didepan semua orang! Bahkan dengan tegas menyebutku sebagai Ibu yang tidak berguna! Tak sampai disitu, Mama mu bahkan berulang kali memperlakukanku dengan buruk! Aku...selalu ingin menceritakan semua ini padamu! Karena kamu suamiku, dan hanya kamu tempatku berbagi didunia ini. Tapi apa yang kamu lakukan?"
"Kamu sama sekali tidak peduli! Yang kamu pedulikan hanyalah dirimu, perasaanmu dan orang tuamu. Lalu bagaimana dengan aku,Satya? Aku yang selalu kamu paksa mengalah dan memahami kamu!"
Hanita tersenyum kecut, menertawakan kebodohannya yang selama ini terlalu mencintai Satya, hingga selalu menutup mata dan tetap bertahan di dalam neraka pernikahan ini.
"Aku selalu membelamu di depan keluargaku,Satya. Aku tidak pernah sekalipun diam dan membiarkan Papi dan Mamiku setelah mereka menyudutkanmu! Jika kamu tanya, kenapa aku tidak melakukan itu didepanmu? Karena aku tahu, apapun yang kuperbuat akan selalu salah dimatamu!" Ungkap Hanita panjang lebar
Tubuh Hanita luruh ke atas sofa setelah dia mengatakan semua itu. Luapan seluruh amarah dan rasa sakitnya, Hanita menangis sejadi-jadinya
Satya? Lelaki itu mendengarkan semuanya dengan seksama. Meski begitu, dia tidak menunjukkan sedikitpun rasa simpati pada Hanita.
''Terlepas apapun yang kamu alami dan rasakan, semua itu tidak akan merubah fakta kalau Kenzie meninggal karenamu,Hanita. Juga tentang bayi dalam kandungan Shanum" balas Satya
Hanita menghentikan isakan tangisnya, tidak percaya kalau Satya baru saja mengatakan semua itu dengan ekspresi wajah yang sangat tenang. Hanita menyadari suatu hal, selama ini hanya dia yang mencintai Satya dengan sangat dalam tapi sepertinya lelaki itu tidak demikian. Satya tidak akan bersikap dan berkata seperti itu jika memang mencintai Hanita.
"Aku tidak akan meninggalkan mansion seandainya kamu tidak menemui wanita itu,Satya. Aku pergi untuk memastikan kalau suamiku bisa dipercaya. Tapi ternyata? Kamu memang seorang pengkhianat..."
"Aku memberimu satu kesempatan terakhir, tapi kamu kembali merusaknya."
"Selama belasan tahun kita bersama, tidak pernah sekalipun terlintas dalam benakku untuk menduakan cintamu,Satya. Aku selalu setia padamu, tapi balasan yang kamu berikan padaku adalah sebuah kekejaman seperti ini. Malangnya diriku..." gugu Hanita
Satya memutar kepala ke arah Hanita, "Kamu yang merubah cintaku menjadi benci,Hanita. Perselingkuhanku dengan Shanum, kamulah yang mengawali semuanya." Tegas Satya
"Benci? Kamu membenciku?" Bibir Hanita bergetar saat menanyakan itu
"Ya! Aku membencimu,Hanita! Aku benci dengan seluruh sikapmu! Bantahanmu padaku! Perlakuan keluargamu padaku! Pernikahan ini dan semua tentangmu! Aku membencinya!" Sungut Satya hingga nafasnya memburu
"Lalu apa maumu sekarang?" Tuntut Hanita
Satya diam sesaat, menarik nafas panjang lalu menghelanya dengan berat. "Aku ingin kita bercerai,Hanita. Lanjutkan hidup masing-masing."
"Aku akan mengambil hak asuh Kenan darimu. Hiduplah seperti apa yang kamu inginkan. Asal jangan bawa anakku." Sahut Satya tegas
Sekujur tubuh Hanita terasa sangat dingin, membeku dan seperti kehilangan daya. Lelaki yang sangat dia cintai baru saja berkata akan menceraikan dia. Pantaskah? Satya yang berkhianat tapi kenapa Hanita yang justru terlihat seperti penjahat disini?
"Lalu kamu akan melanjutkan hidupmu dengan Shanum? Kalian akan mengasuh anakku,begitu?"
Satya berdecak, emosinya sudah berada diatas ubun-ubun. Muak karena Hanita terus membawa nama Shanum disimi
"Berhenti menyeret nama Shanum! Ini adalah permasalahan kita bukan Shanum!" Sengit Satya
Hanita mendekati Satya, "Dan wanita itu adalah orang ketiga disini! Dalang dari segala permasalahan rumah tangga kita adalah Shanum!" Sahut Hanita tidak mau kalah
Satya tidak bisa lagi menahan amarahnya , tangan kanannya terangkat ke atas. Siap menampar Hanita sekarang juga
"Hanita!"
Tiba-tiba, Satya merasa kepalanya sangat sakit. Rasa sakit yang ribuan kali lipat lebih hebat dibanding sebelumnya. Tangan Satya yang sudah terangkat justru menjambak rambutnya sendiri
"Aaaaaakkhh!" Satya menjerit kesakitan
Tubuh tegapnya mulai kehilangan daya topang, Satya terduduk diatas lantai sembari menjambak rambut menggunakan kedua tangannya
"Satya" ujar Hanita panik
Satya mengangkat kepala keatas, menatap langit-langit dengan kedua bola mata yang memerah. Perlahan, tubuh lelaki itu mulai mengejang hingga akhirnya terbaring ke atas lantai
"Aaakh!" Jeritnya
Hanita ikut panik, dia mensejajarkan tubuh dengan Satya. Berusaha mengguncang tubuh suaminya itu
"Sat, jangan membuatku takut!"
Hingga akhirnya, kesadaran Satya mulai menghilang bersamaan dengan remasan tangannya yang mengendur dari kepalanya sendiri.
Satya pingsan diatas lantai, dalam keadaan mata yang masih terbuka. Kejangnya juga masih berlanjut dalam ritme pelan
"Satya! Bangun! Kamu tidak boleh mati sekarang!" Teriak Hanita yang kini memangku kepala Satya diatas pahanya
"Pelayan! Penjaga!"
Hanita panik dan histeris, meski dia dan Satya baru saja bertengkar hebat. Tapi dia tetap mengkhawatirkan lelaki itu, yang masih berstatus suaminya.
.
Komen yyuk
dulu Satya meminta hanita berhenti kerja dan mementingkan keluarga tapi hanita nggak mau dan malah sering mengabaikan keluarga, hinggga si bang sat selingkuh. bahkan untuk kedua kali nya selingkuh karena hasutan orang tua. sekarang hanita berhenti bekerja disaat semua udah hancur .. yang ada hanya balas dendam...
dari awal ini mereka kayak nya kurang komunikasi deh.. nggak saling ngomong keinginan masing-masing...
ya udah lah, udah hancur juga . nggak bisa di pertahanan lagi. yang ada hanya saling menyakiti... perpisahan lah yang terbaik...
kasian hanita dapet barang bekas shanum terus😅