NovelToon NovelToon
Pria Lugu Berkekuatan Super Power

Pria Lugu Berkekuatan Super Power

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Perperangan / Ahli Bela Diri Kuno / Ilmu Kanuragan
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Aang Albasia

Novel ini mengisahkan seorang pemuda lugu yang kekuatannya tertutup racun sejak kecil, dia bertemu dengan seorang kakek yang menolongnya dan memberinya kekuatan yang bisa mengalahkan para dewa.
Dia punya tubuh antik yang jarang dimiliki oleh banyak orang, tapi titik kekuatan yang dia punya hanya terbuka satu saja, padahal ada tiga titik kekuatan yang harus dibuka untuk setiap orang yang belajar beladiri.
Pemuda ini tidak tahu siapa kedua orang tuanya, dia berpetualang mengelilingi kerajaan-kerajaan hingga akhirnya dapat menemukan orang tuanya yang saat ini kekuatannya sudah hilang sama sekali karena titik kekuatannya sudah dihancurkan semua oleh seorang yang mempunyai kekuatan super power juga.
Orang yang mempunyai kekuatan super power itu ternyata adalah saudaranya sendiri yang menapaki jalan hitam dalam kehidupannya.
Dengan segenap keinginan dan semangat yang membara, tokoh utama dari novel ini mempelajari ilmu spiritual dan berusaha untuk membuka semua titik kekuatannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aang Albasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Musibah Besar Melanda Kerajaan Bumi Nata

“Suara apa itu?”. Tanya Rama yang langsung beranjak dari tempat duduknya dan melihat lava yang berterbangan kemana-mana dari sebuah gunung yang meletus.

“Ada gunung yang meletus!”. Teriak Rama

“Apa, gunung meletus biasanya menandakan akan ada bencana besar yang datang”. Jawab paman Benawa

“Lavanya begitu banyak dan mungkin rumah ini juga akan terkena dampak dari letusan gunung itu paman, Ki Buana, siapkan Elangmu, kita pergi ke padepokan Daivan Sejati sekarang”. Kata Rama dengan raut wajah yang cukup panik

“Baiklah tuan muda”.

Terbanglah mereka berlima menggunakan Elang besar menuju padepokan Daivan Sejati, sesampainya dipadepokan, terlihat banyak sekali murid padepokan yang sedang bertarung dengan siluman-siluman yang sangat banyak sekali yang berdatangan dari gunung yang meletus itu.

Purwati langsung mengaktifkan sebuah perisai untuk menjaga padepokan Daivan sejati agar tidak lagi diserang oleh para siluman.

“Guruuuu, Guruuuu, dimana kau Guruuuuu”. Teriak Rama mencari ki Ageng Aksatriya yang ternyata sedang bertarung melawan para siluman itu.

“Rama?, kapan kau datang!?”. Tanya ki Ageng sambil mengarahkan serangannya ke siluman-siluman yang berada didepannya.

Melihat teman-teman seperguruannya banyak yang tewas didepan mata rama, membuat Rama menjadi sangat marah

“HOAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH!!!!!!”. Teriak Rama yang mengeluarkan aura yang benar-benar sangat mengerikan dari tubuhnya dan langsung membakar habis semua Siluman yang berada di padepokan itu.

“Beginikah kekuatan tuan muda saat marah?, sungguh benar-benar mengerikan”. Guman ki Buana Abadi

Rama keluar dari padepokan dan membantai semua siluman yang ada didepannya dengan sangat ganas, sampai tidak tersisa satupun siluman yang masih terlihat bernyawa disana.

Sementara banyak Lava yang berterbangan diatas kerajaan Bumi Nata dan membakar rumah-rumah warga yang ada disana.

Rama mengeluarkan kekuatannya kembali untuk memindahkan lava-lava yang masih berterbangan diatasnya

“Hyaaaaat, Hyaaaat, Hyaaaaat”. Teriak rama sambil mengatur seluru auranya untuk memindahkan lava-lava itu, sayangnya, lava yang jatuh seakan tidak ada habisnya membuat tenaga rama menjadi lemas danhanya bisa terduduk ditanah.

“Bagaimana mungkin ini terjadi?, apa yang purwati katakana benar-benar menjadi kenyataan”. Kata Rama lirih sambil terduduk lemas memandangi banyak sekali rumah dan lahan pertanian yang hangus terbakar lava.

Ki Ageng Aksatriya terilhat kaget saat melihat paman Benawa yang bersama dengan Rama,

“Ternyata kamu masih hidup Benawa”. Kata ki Ageng Aksatriya kepada paman benawa

“Iya, aku mengungsi dibawah gunung itu selama ini Ageng”. Jawab paman Benawa

“Apa kau sudah tahu siapa Rama itu?”. Tanya ki Aksatriya

“Apakah dia anakku?”. Tanya paman Benawa kembali

“Benar, dia adalah anakmu yang kau titipkan dulu, saat kau akan meninggalkan desa ini”. Jawab Ki Ageng Aksatriya

“Apa!?, Bagaimana mungkin ini terjadi, anakku yang titik kekuatannya sudah tidak mungkin dapat terbuka bisa mempunyai kekuatan yang sangat dahsyat seperti itu?”. Tanya paman Benawa yang ternyata adalah ayah dari Rama dan Rama memang benar-benar kakak kandung dari Purwati.

“Dimana anakku, dimana dia? Apakah dia baik-baik saja? Aku ayah yang sangat tak berguna, tak mampu melindungi akan kandung sendiri”. Lanjut paman Benawa sambil mencari keberadaan Rama.

Purwati juga terlihat kaget setelah mengetahui bahwa Rama adalah kakak kandungnya, begitu juga ki Buana Sejati yang tidak mengira jika Purwati, paman Benawa dan Rama adalah satu keluarga.

“Rama anakku, kau dimanaaaa!”. Teriak paman Benawa yang membuat Rama bangkit dari duduknya

“Siapa yang memanggilku sebagai anaknya? Apakah itu ayahku? Dimana dia?”. Rama seketika mencari sumber suara itu diiringi suara-suara teriakan warga yang rumahnya terbakar, bahkan banyak juga warga yang ikut hangus terbakar terkena lava

“Rama, rama, ternyata benar, kamu adalah anakku”. Kata paman Benawa kepada Rama.

“A, a, ayahku?”. Tanya Rama dengan kepala yang mungkin hampir pecah karena terlalu banyak yang difikirkan saat ini.

“Masuklah dulu ke padepokan”. Kata paman Benawa kepada Rama

Setelah mereka berdua berada di dalam padepokan yang sudah diberi perisai oleh Purwati.

“Kakaaaak, kak rama ternyata benar-benar kakakku!”. Kata Purwati sambil memeluk Rama yang sedang lemas karena kehabisan tenaga dan lemas karena sudah tidak mampu lagi untuk berfikir.

“Benar rama, dialah ayah kandungmu, dia yang telah menitipkanmu kepadaku saat kau masih balita dulu”. Ki Ageng Aksatriya menerangkan

Dikerajaan Bumi Nata, terlihat para pasukan juga sedang sibuk membuat perisai untuk mengamankan istana kerajaan, terlihat banyak sekali orang berbondong-bondong memasuki istana kerajaan yang sudah diberi perisai itu.

Tiba-tiba terlihat pusaran angin yang sangat besar sekali dilangit dan menyedot semua lava yang berterbangan dilangit.

Ternyata itu adalah ulah dari macan putih tubuh singa yang memang makanan kesukaannya adalah lava yang keluar dari pegunungan.

Setelah semua lava dimakan oleh macan putih tubuh singa itu, kemudian turunlah macan itu dengan ditunggangi oleh mbah Ananta Ajya yang langsung mendatangi padepokan Daivan Sejati.

“Cucu-cucuku, apakah kalian baik-baik saja?”. Tanya mbah Ananta yang terlihat sangat biasa-biasa saja melihat bencana besar yang telah melanda

“Mbah Anantaaaa”. Teriak Rama dan langsun memeluk simbahnya yang sudah lama tidak bertemu itu

“Bocah, bagaimana pengalamanmu selama ini?”. Tanya mbah Ananta dengan gaya yang selalu cengegesan

Terlihat Ki Ageng Aksatriya dan paman Benawa langsung sungkem kepada mbah Ananta.

“Rama, Benarkah ini leluhur kita? Mbah Ananta Ajya yang legendaris itu?”. Tanya ki Ageng Aksatriya

“Waduuuuuh, kenapa semua cucuku tidak ada yang mengenaliku, ooooh, apakah sebaiknya aku mati saja?”. Kata mbah Ananta.

“Jangan mati lah mbah, kan Purwati belum diajarin ilmu pedang olehmu”. Kata Rama

“Mana gadis kecil yang cantik, cucuku yang paling cantik dimana?”. Tanya mbah Ananta mencari Purwati

“Mbah, kita bertemu lagi disini”. Kata Purwati yang langsung memeluk mbah Ananta juga

“Jadi kalian sudah bertemu dengan mbah Ananta Ajya?”. Tanya Ki Ageng Aksatriya yang sedikit kebingungan

“Kita bertemu untuk yang kedua kalinya ini ya mbah”. Tanya Purwati

“Apakah pil yang aku kasihkan ke kamu sudah kamu kasihkan ke ayahmu, gadis kecil?”. Tanya mbah Ananta

“Belum, mbah, tadinya mau akukasihkan tadi sebelum gunung itu meletus, tapi tiba-tiba kak Rama langsung membawa kami kesini, jadi belum sempat aku kasihkan”. Jawab Purwati

“Sepertinya sedang ada reuni keluarga nih, aku menyingkir dulu dari sini ah”. Gumam ki Buana Abadi sambil berlalu menggandeng Sukmawati keluar ruangan.

“Hey kamu, Benawa!, sini kamu!”. Bentak mbah Ananta yang membuat paman benawa terlihat ketakutan dan langsung menghampiri mbah Ananta

“Duduk bersila menghadap kesana!”. Bentak mbah Ananta, dan menurutlah paman Benawa, kemudian mbah Ananta langsung memukulkan jari telunjuk dan dari tengahnya ke punggung paman Benawa dengan cahaya kuning emas diujung jarinya yang membuat seluruh tubuh paman Benawa menjadi bersinar terang menjulang kelangit.

“Sudah, titik kekuatanmu kini sudah normal kembali, bahkan ketiga titik kekuatanmu sudah terbuka semua, tinggal kamu makan pil yang aku kasihkan kepada Purwati, kekuatan spiritualmu akan pulih kembali setelah memakan pil itu”. Kata mbah Ananta

“Terima kasih banyak mbah”. Jawab paman Benawa.

“Itu dua orang tadi, laki-laki dan perempun tadi pada kemana?, Purwati, panggilkan mereka suruh masuk”. Kata mbah Ananta menyuruh Purwati memanggil ki Buana Abadi dan Sukmawati.

Beberapa lama kemudian.

“Rama, apakah wanita ini calon istrimu?”. Tanya mbah Ananta dengan nada mengejek

“Bu, Bukan mbah, dia adik angkatku”. Jawab Rama

“Aaaah, sayang sekali, gadis secantik ini hanya dijadikan adik angkat saja”. Mbah Ananta meledek

“Mbah sebenarnya ada beberapa hal yang harus aku katakana padamu”. Kata Rama

“Katakanlah!”. Jawab mbah Ananta

“Aku sudah dijanji untuk menikah dengan putri dari kerajaan Singo Ngaung, dan lagi, wanita ini bernama Sukmawati, ditubuhnya ada aura iblis yang sangat mengerikan mbah”. Kata Rama

“Ooo, jadi begitu rupanya, baiklah, gadis cantik, mendekatlah sini, dan kamu ninja tua!, panggil danuarsa kemari sekarang!”. Kata mbah Ananta

“Ba, baik mbah”. Ki Buana Abadi langsung terbang dengan Elangnya menuju istana kerajaan Bumi Nata untuk memanggil Raja Danuarsa.

“Kamu ingin menghilangkan aura iblis ditubuhmu tidak, gadis cantik?”. Tanya mbah Ananta kepada Sukmawati

“Memangnya bisa mbah, aura iblis ditubuhku dikeluarkan semua?”. Tanya Sukmawati

“Tapi mendingan tidak usah dikeluarkan saja, kamu kuasai saja aura itu, itu akan menjadi kekuatan yang sangat dahsyat yang akan membantumu dimasa depan”. Kata mbah Ananta.

“Baiklah mbah”.

“Ini ayah, pilnya silahkan dimakan”. Purwati memberikan pil yang dikasih oleh mbah Ananta saat dipegunungan malam itu.

Ayah dari Rama atau paman Benawa langsung menelan pil itu dan keluarlah sebuah aura kuning emas, pink, merah, hijau, biru dan hitam dari tubuh paman Benawa.

Dan muncullah kekuatan spiritual yang begitu dahsyat dari tubuh paman Benawa.

“Lalu kapan rencananya kamu akan menikah, Rama?”. Tanya mbah Ananta kepada Rama.

“Seharusnya masih satu tahun lagi mbah”. Jawab Rama

“Kelamaan, besok kalian datangi kerajaan Singo Ngaung, dan menikah saja langsung dengan anak raja itu”. Kata mbah Ananta

“Kok kalian sih mbah?  Si mbah tidak ikutkah?”. Tanya Rama

“Nanti biar danuarsa saja yang mengantarmu kesana”. Jawab mbah Ananta

“Baik mbah”.

“Salam mbah!”. Terdengar suara raja Danuarsa yang sudah datang menemui keluarga yang sedang reunian itu

“Bagaimana perkembanganmu danuarsa?”. Tanya mbah Ananta

“Semakin meningkat mbah”.

“Baiklah, besok kau antarkan si bocah ini ke kerajaan Singo Ngaung buat menikah”. Kata mbah Ananta

“Baik mbah”.

“Urusan rumah rusak dan lainnya kamu urus nanti saja, setelah kamu menikahkan bocah ini dengan putri raja”. Lanjut mbah Ananta

“Nggih mbah”.

“Aaaah, selesai sudah tugasku hari ini, Can macan kamu sudah kenyang juga kan? Yuk pulang, aku mau tidur lagi”. Kata mbah Ananta sambil pergi menunggangi macan putih bertubuh singa itu.

1
Aya Muda
kwkwkwkwkwk lato-lato
anggita
tulisan percakapan mulai terpisah"
atas bawah... yg baca jdi rada bingung.
anggita
naga menari... nama ilmu pedangnya keren👌
anggita
like👍+☝iklan... utk novel fantasi timur lokal. moga sukses lancar👌.
anggita
ada gambar ilustrasi tokohnya..👌😊
anggita
😱👏..... cook
Aya Muda
wkakka, dewa kelilipan trisula, kocak !
MUBS Corp
ceritanya mantap
Cô bé mùa đông
Wah, bikin baper!
Odalis Pérez
Ganti tanggal jadi sekarang ya thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!