Hasna Sandika Rayadinata mahasiswa 22 tahun tingkat akhir yang tengah berjuang menyelesaikan skripsinya harus dihadapkan dengan dosen pembimbing yang terkenal sulit dihadapi. Radian Nareen Dwilaga seorang dosen muda 29 tahun yang tampan namun terkenal killer lah yang menjadi pembimbing skripsi dari Hasna.
" Jangan harap kamu bisa menyelesaikan skripsi mu tepat waktu jika kau tidak melakukan dengan baik."
" Aku akan membuat mu jatuh hati padaku agar skripsi ku segera selesai."
Keinginan Hasna untuk segera menyelesaikan skripsi tepat waktu membuatnya menyusun rencana untuk mengambil hati sang dosen killer. Bukan tanpa alasan ia ingin segera lulus, semua itu karena dia ingin segera pergi dari rumah yang bukan lagi surga baginya dan lebih terasa seperti neraka.
Akankan Hasna berhasil menggambil hati sang dosen killer?
Atau malah Hansa yang terpaut hatinya terlebih dulu oleh sang dosen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MHDK 07. Pertemuan Yang Digagalkan
Yudi Rayadinata dibuat pusing saat melihat kamar Hasna yang kosong. Bahkan hari ini dia harus absen dari perusahaan untuk bisa mencari Hasna.
" Sial... Anak itu entah pergi ke mana, mana ponsel nya tidak aktif ... Argh!!!'
Yudi berteriak frustasi, sedangkan Priska dan Renita hanya tersenyum simpul. Mereka berdua bahkan melakukan tos tangan.
" Kita tidak perlu susah susah membuat gadis sialan itu pergi, dia sudah pergi leboh dulu."
" Iya ma... Betul banget."
Yudi mau tidak mau harus menghubungi sepasang suami istri itu tentang Hasna. Yudi mengambil ponselnya dan mencari nama salah satu dari mereka di buku telpon miliknya.
" Assalamualaikum Mas Aryo."
" Waalaikumsalam Yud. Ada apa?"
" Maaf mas... Sepertinya mas sama mbak ke rumah saya lain waktu saja. Hasna sedang tidak ada di rumah, dia ke rumah temannya beberapa hari untuk menyelesaikan tugas kuliahnya."
" Ooh begitu Yud... Baiklah. Nanti kabarin saja kalau Hasna sudah kembali."
" I-iya mas. Siap. Sekali lagi maaf."
Diseberang sana Aryo membuang nafasnya kasar. Pria paruh baya itu tengah berada di rumahnya.
" Kenapa Yudi yah?"
" Katanya pertemuannya di tunda. Hasna lagi menginap di rumah temannya untuk menyelesaikan tugas kuliah."
" Ooh begitu. Terus kapan kita akan mengenalkan Radi kepada gadis itu?"
Radi yang memang tidak ke kampus mencuri dengar obrolan kedua orang tuanya.
" Ayah... Bunda, apa kalian berdua berniat ingin menjodohkan aku?"
" Eh...."
Keduanya terkejut mendengar pertanyaan si sulung. Mereka tidak tahu jika Radi berada di rumah.
" Eh itu... Anu kak... Bunda sama ayah hanya"
Radi membuang nafasnya kasar. Ia sungguh tahu apa yang ada di pikiran kedua orang tuanya.
" Bund ... Yah, alhamdulillaah Radi normal. Radi juga sudah punya pilihan Radi sendiri. Jadi tidak perlu dijodoh jodohkan lagi."
Aryo dan istrinya saling pandang mendengar ucapan dari Radi. Sekar sedikit bingung. Ia sudah menyanggupi amanat sahabatnya, tapi dia juga tidak bisa mengorbankan kebahagiaan sang putra. Sekar akan mendukung apapun yang jadi keputusan sang putra sulung.
" Baiklah kalau kakak memang punya pilihan kakak sendiri. Bunda akan membatalkan rencana perjodohan ini."
Radi tersenyum mendengar ucapan sang bunda.
" Yes.... Akhirnya. Masalah perjodohan selesai sudah. Siapa sangka ternyata akan semudah ini." Radi bermonolog dalam hati sambil senyum mengembang di bibirnya.
" Kalau begitu, ayah ingin kamu membawa pilihan hati mu itu ke rumah secepatnya."
" Apa... Tapi..."
" Kenapa kak. Kalau kakak memang sudah ada tambatan hati, tidak masalah dong dikenalkan sama ayah dan bunda, iya kan Yah."
Aryo mengangguk menyetujui ucapan sang istri sedangkan Radi menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
" Mati aku, dimana nemu cewe yang mau diajak pura pura buat nemuin ayah sama bunda. Amsyong... Amsyooong."
Radi menggerutu pelan, amat pelan. Radi memanglah seorang dosen dan calon profesor yang cerdas bahkan jenius namun jika berkaitan dengan wanita maka dia benar benar nol besar. Kini dosen yang terkenal killer dan dingin itu terjebak oleh permainannya sendiri.
🍀🍀🍀
Di tempat lain Hasna sungguh bahagia kali ini. Semuanya benar benar lancar tanpa hambatan. Hasna bahkan memajang foto nya dan Silvya di story whatsapp. Hal tersebut memancing keributan dari para sahabat sahabatnya di grub chat mereka.
Gila ... Lo bisa foto sama CEO LT, keren asli ( Tyas)
Sialan, kok nggak ngajak gue sih. Asli, gue ngiri banget. ( Ira)
^^^Next time deh gue ajakin lo berdua kalo pas gue ambil kuisioner. ( Hasna)^^^
Hasna tersenyum lebar. Langkah kakinya terhenti di sebuah halte bus.
" Alhamdulillaah lancar, sekarang aku harus mikir kudu pergi kemana?"
Ya, gadis itu bertekad untuk tidak kembali ke rumah. Mengetahui fakta bahwa dirinya akan dijodohkan membuatnya sama sekali enggan pulang ke rumah yang seperti neraka buatnya.
" Haish... Aku yakin nenek lampir dan anak kunti itu pasti hepi banget aku nggak ada di rumah. Tapi biarin lah, dari pada aku dijodohin. Terus dinikahin ... Oh No ...!"
Tiiiin ... Tiiiiiiin ...
Sebuah mobil berhenti tepat di depan halte bus tempat Hasna berada. Hasna sedikit tidak asing dengan mobil itu. Namun Hasna tidak mau terlalu ke Ge-er an. Ia bersikap acuh seolah oleh tidak menyadari kedatangan mobil di depan nya hingga pemilik mobil tersebut menurunkan kaca mobilnya dan memanggil nama nya.
" Hasna ... !!!"
" Eh ... Mas Dipta."
Hasna pura pura terkejut ia pun medekat ke arah mobil dan membungkuk untuk bisa berbicara dengan Dipta, bos dimana tempat ia bekerja.
" Kamu ngapain di sini?"
" Saya habis dari LT mas. Itu minta tolong buat mengisi kuisioner."
" Oooh, terus mau ke mana?"
Hasna menaikkan kedua bahunya sebagai kode bahwa dia juga tidak tahu setelah ini mau ke mana.
" Ya udah masuk dulu yuk ke kafe aja."
" Tapi saya kan lagi cuti mas."
" Siapa juga yang suruh kamu kerja, aku cuma mau ngajak kamu ke kafe buat makan bukan buat kerja."
Hasna tersenyum kikuk tapi dengan cepat ia mengangguk menyetujui saran Dipta. Hasna kemudian masuk ke mobil Dipta dan mobil itu seketika melesat.
Seseorang sungguh heran saat melihat Hasna dengan mudahnya ikut mobil yang tidak tahu di dalamnya itu siapa.
" Haisssh... Ini bocah main ikut aja kalau itu orang jahat gimana."
Pria yang berada di dalam mobil di belakang mobil Dipta itu mengikuti mobil di depannya. Ia sedikit menaruh rasa khawatir kepada Hasna.
" Bocah ini benar benar sembrono." Gerutu si pria disela sela mengemudinya.
Ckiiit....
Tak lama mobil Dipta berbelok dan memarkir di halaman kafe. Dipta keluar dari mobil diikuti Hasna.
Pria yang dari tadi mengikuti pun juga ikut memakirkan mobilnya di halaman kafe.
" Lho ... Ini kan Kafe milik Dipta. Eh ... Yang bersama Hasna itu kan Dipta. Mereka ada hubungan apa?"
Tidak mau mati penasaran dengan berbagai pertanyaan pria itu keluar dari mobil dan memanggil temannya itu.
" Dip...."
Dipta menoleh saat namanya dipanggil oleh suara yang ia sangat kenal.
" Hei, Radi... Long time no see."
Kedua teman itu berpelukan. Ternyata yang dari tadi mengikuti mobil Dipta adalah Radi. Sedangkan Hasna hanya melongo. Bos tempat nya bekerja dan dosen pembimbingnya aadalah orang yang saling mengenal.
" Ya Allaah, dunia memang sempit. Bagaimana bisa mereka berteman. Apakah setelah ini hidupku masih akan baik baik saja. Entah mengaoa aku memiliki firasat buruk."
Hasna bergumam lirih. Pelan pelan ia menyelinap masuk ke dalam kafe saat kedua teman itu tengah berbincang.
" Hasna berhenti di situ ada hal yang harus saya bicarakan dengan kamu!"
Glek....
Hasna menelan saliva nya dengan kasar. Ia segera membalikkan badan dan menampilkan senyum yang sangat di paksakan kepada dosen killer nya itu.
TBC