Bertetangga dengan seseorang yang sangat kamu benci adalah sebuah musibah besar. Hal itulah yang dialami oleh Bara dan Zizi.
Parahnya lagi, mereka berdua harus menikah untuk mendapatkan harta warisan yang sangat banyak.
Mampukah keduanya berdamai untuk mendapatkan keuntungan atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Buaya Darat
Bara tersenyum samar. Bayangan rasa bibir Zizi tadi siang kini begitu ingin ia rasakan lagi. Pria itu pun mendekatkan wajahnya dan mulai menyentuhkan bibirnya pada bibir Zizi yang terbuka sedikit.
Mengulumnya lembut hingga membuat sang empunya bibir terbangun. Kedua netra indah Zizi membulat kaget.
Dan...
Bugh!
"Aaargh!"
Bara mengerang sakit saat kaki Zizi menendangnya keras dan membuatnya terjatuh dari atas ranjang kecil itu.
"Zizi!" geram Bara kesal.
"Eh pak Bara? Kok bisa tiduran di lantai sih pak?" ucap Zizi seraya mengucek kedua matanya.
"Kamu nendang aku Zi!"
"Ups!" Zizi langsung menutup mulutnya kaget.
"Hah? Benarkah? Kirain aku nendang pencuri tadi, maaf pak."
Bara tak menjawab. Ia hanya mendengus kemudian segera berdiri dari posisinya. Menatap Zizi dan juga ranjang wanita itu dengan tatapan kesal.
"Kamu sengaja ya beli ranjang yang sangat kecil seperti ini?!" tanya Bara seraya menunjuk ranjang kecil yang hanya cukup untuk satu orang itu.
"Iya pak. Soalnya aku lagi berhemat."
"Eh ngapain berhemat, aku 'kan udah kasih kamu uang yang banyak?!"
"Gak apa-apa pak. Uangnya aku tabung agar bisa kaya dan kabur dari bapak!"
"Ngomong apa kamu?!"
"Eh maaf." Wajah Zizi langsung meringis. "Tapi Aku nyaman kok dengan ranjang ini. Aku suka tidur sendiri, soalnya."
"Kamu itu sudah punya suami jadi harus dibiasakan tidur berdua!"
Zizi hanya mendengus dan merebahkan tubuhnya kembali. Kesal sebenarnya, karena pria ini datang menggangu waktu tidurnya yang sedang nyenyak- nyenyak nya dan sekarang ia lebih memilih melanjutkan tidurnya.
"Heh kok tidur lagi. Ayok pindah ke rumah aku. Ranjangnya luas. Kita bisa nyaman tidurnya."
"Gak usah pak. Aku tidur di sini saja."
"Zizi!" geram Bara tak suka.
"Gak mau pak. Besok aja. Aku udah ngantuk nih. Kepalaku udah kayak kena lem sama bantal ini."
Bara mengerang kesal. Ia pun langsung mengangkat tubuh istrinya itu dan membawanya ke rumahnya meskipun Zizi berteriak menolak.
"Pak Bara turunkan aku gak!" teriak Zizi histeris.
"Gak!"
"Pak Bara!" pekik Zizi lagi karena tak suka dengan cara suaminya itu.
"Diam! Jangan sampai semua tetangga mendengar suara kamu!"
"Biarin aja. Supaya semua orang tahu kalau bapak suka maksa-maksa!"
Bara tak perduli. Ia tetap akan membawa Zizi ke rumahnya. Ya, minimal akan menjadikan wanita itu asisten pribadinya selama 24 jam.
"Tolong! Aku diculik!" Zizi akhirnya berteriak-teriak agar Bara menurunkan tubuhnya yang sedang digendong oleh pria itu.
"Zizi!" kesal Bara karena semua lampu rumah tetangga langsung menyala, menandakan penghuninya terganggu dengan apa yang mereka lakukan.
"Tolong!" teriak Zizi lagi dan langsung dibekap mulutnya oleh mulut pria itu.
Krik
Krik
Krik
Sepi
Tak ada lagi suara Zizi. Hanya bunyi detak jantungnya yang berpacu bagaikan melody.
"Mau teriak lagi?!" tanya Bara sesaat setelah melepaskan ciuman tiba-tibanya. Ia melangkahkan kakinya ke arah rumahnya dengan santai.
"Tolong!" teriak Zizi berani.
"Masih mau nambah kamu?!" tanya Bara seraya mendekatkan lagi wajahnya ingin mencium.
"Gak! Tolong!" jawab Zizi.
Dengan kesal, Bara akhirnya menurunkan tubuh istrinya itu. Rupanya dengan dicium wanita ini tetap saja bikin rusuh.
"Makasih pak. Aku balik ke kamar aku ya," ucap Zizi dan langsung lari ke rumahnya lagi tapi tubuhnya langsung ditangkap kembali oleh Bara.
"Tolong!" teriak Zizi lagi tapi Bara kali ini tak perduli. Semua tetangga di komplek ini adalah bawahannya di perusahaan jadi tidak akan ada yang berani untuk melarang ataupun mencampuri urusannya.
"Bapak gak malu apa? Udah ganggu semua orang?" tatap Zizi kesal.
"Kamu tuh yang gak malu ganggu orang dengan suaramu yang cempreng itu!" jawab Bara seraya menutup pintu rumahnya ketika mereka berdua sudah ada di dalam.
"Itu karena bapak. Ngapain juga maksa-maksa kayak gitu, kesal tahu gak?!"
"Heh aku suami kamu Zi. Dan kamu adalah asisten pribadi aku 24 jam. Jadi kamu harus nurut!"
"Ish apaan 24 jam, sehari semalam dong," cibir Zizi.
Bara langsung tersenyum kemudian menjawab, "Nah, itu otakmu lagi pintar."
"Aku memang pintar ya pak. Makanya aku gak mau tinggal sama bapak sepanjang waktu. Membosankan!"
Pletak!
"Awwww!"
"Tidur sekarang. Katanya ngantuk!" ucap Bara dan segera berlalu ke dalam kamarnya.
"Aku gak mau tidur sama bapak!"
Bara langsung menghentikan langkahnya kemudian berbalik dan menatap istrinya itu.
"Kenapa? Apa kamu punya pria lain?"
"Gak!" Zizi menggelengkan kepalanya.
"Apa kamu lebih ingin tidur sama Farel atau pria lain di luar sana?"
"Memangnya bapak anggap aku apa heh? Pak Farel hanya teman kerja yang sangat baik. Tapi aku gak pernah berpikir untuk tidur dengannya!" balas Zizi dengan emosi tertahan.
"Ya udah. Kalo gitu sini tidur sama aku."
"Gak mau!" tolak Zizi masih dengan wajah kesalnya.
"Kenapa?" Bara pun menghampiri Zizi dengan tatapan tak lepas dari wajah cantik wanita itu.
"Bukannya bapak gak setuju dengan pernikahan ini? jadi biarin aja kita pisah rumah!"
Deg
Untuk beberapa detik, Bara terhenyak. Ia tak mampu menjawab.
"Meskipun aku tak setuju, tapi nyatanya kita harus tetap bersama. Mengerti kamu?!"
"Ish egois banget!" cibir Zizi.
Bara hanya terkekeh kecil tak perduli. Ia pun meninggalkan Zizi dan langsung masuk ke dalam kamar pribadinya.
"Aku gak mau tidur sama bapak!" teriak Zizi kesal karena diabaikan.
Bara tak memberikan responnya hingga Zizi semakin dongkol saja. Ingin ia pergi dari rumah itu tapi semua pintu telah dikunci oleh Bara.
Zizi akhirnya ikut masuk ke dalam kamar suaminya meskipun sedang tak ingin, karena ternyata semua kamar lain di rumah itu juga terkunci.
Memandang pria yang sedang berbaring di atas ranjang king size itu, perasaan Zizi kembali kesal. Apalagi mengingat perkataan Dela, yang katanya adalah tunangan dan cinta mati pria itu.
"Apa sih maunya bapak?" ucap Zizi masih dengan perasaan yang sangat kesal.
"Tidur sama kamu. Jadi ayo cepat naik!" balas Bara seraya menepuk bantal yang ada di sampingnya.
"Gak mau!" balas Zizi cepat.
"Banyak lho wanita yang ingin tidur sama aku. Jadi ayo cepat kesini. Nanti kamu nyesel lho."
"Ish percaya diri sekali!" cibir Zizi.
Bara hanya tersenyum samar kemudian menutup kedua matanya, tak ingin membalas dan berdebat dengan istrinya itu. Yang terpenting saat ini adalah, wanita itu sudah ada di dalam kamarnya dan akan cepat ia test Drive untuk menjawab rasa penasarannya.
Zizi menghentakkan kakinya kesal. Pria itu mengabaikannya lagi. Karena tak tahu apa yang harus dilakukannya malam itu, ia pun memilih membersihkan kamar itu dari pakaian kotor sang empunya kamar.
Kemeja dan celana yang telah dipakai siang tadi oleh Bara ia pisahkan untuk ia bawa ke dalam keranjang cucian. Akan tetapi tangannya langsung membeku.
Kemeja biru yang ada di tangannya ia remas dengan emosi tertahan. Setelah itu ia melemparnya dengan dada sesak.
"Jadi si Dela itu benar, mereka berdua habis melakukan anu," gumam Zizi dengan pikiran sudah mulai membayangkan tentang French Kiss yang dikatakan oleh wanita tadi.
"Dasar buaya darat!" geram Zizi.
🌻
Like Like Like
Komen Komen Komen