Sekuel(Emily:Ketika cinta harus memilih)
Maxime Alexander Lemos pria berusia 37 yang merupakan orang kepercayaan pimpinan mafia paling kejam di Jerman jatuh cinta pada seorang gadis namun cintanya harus kandas terhalang restu dari orangtua gadis yang ia cintai dan meninggalkan luka yang begitu mendalam hingga cinta itu berubah menjadi dendam. Ia pergi meninggalkan semuanya merelakan orang yang ia cintai menikah dengan pria pilihan orangtua.
Hingga berbulan lamanya dan keduanya kembali dipertemukan dengan keadaan yang berbeda.
Bagaimana kisah mereka, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Penyerangan
Maxime melangkah keluar dari kamarnya dengan pakaian serba hitam andalannya. Tatapan pria itu begitu dingin namun penuh akan amarah yang memuncak. Malam ini adalah malam yang sudah ia tunggu-tunggu.
Sejenak Maxime berdiri di depan pintu kamar yang di tempati Amelia. Ia harus pergi sementara meninggalkan gadis yang ia cintai demi menyelamatkan orang yang ia sayangi. Dia berharap Amelia baik-baik saja selama ia pergi.
Maxime menghela nafas beratnya lalu segera pergi. Ia tidak memiliki banyak waktu dan ia harus melakukan semuanya dengan cepat. Ia tidak pernah membayangkan hari ini terjadi dimana ia harus melawan orang yang selama ini ia anggap keluarga.
"Apakah semuanya sudah siap?," tanya Maxima pada anak buahnya yang sudah menunggunya.
"Sudah Tuan, sebagian dari kita sudah bergabung disana," jawab anak buah Maxime dengan mantap.
"Baiklah. Apakah kau sudah memastikan keamanan tempat ini?. Aku tidak ingin kecolongan lagi dan ada yang berusaha mengkhianatiku," ujar Maxime dengan tegas. Ia benar-benar harus memastikan keamanan Amelia selama ia pergi. Ia tidak ingin kejadian beberapa yang lalu di Mansionnya terjadi lagi. Beruntung Amelia bisa bersembunyi jika tidak ia tidak tahu apa yang akan terjadi pada Amelia saat itu.
"Sudah Tuan. Saya sudah memastikan mereka semua setia pada kita," jawab anak buah Maxime.
"Baiklah, ayo kita berangkat!," ucap Maxime melangkah penuh kepastian jika malam ini ia pasti akan menoleh kemenangan.
Helikopter yang membawa Maxime pergi dari bangunan itu mulai mengudara. Pria itu duduk diam menikmati perjalanan namun pikiran pria itu tengah menyusun rencana untuk penyerangan malam yang akan dilakukan sebentar lagi.
"Delon...hanya kau orang luar yang tahu tempat persembunyianku. Dan aku harap kau tidak mengkhianatiku. Kau tahu bukan akibatnya jika mengkhianatiku?. Tidak hanya nyawamu saja yang menjadi taruhannya tapi juga seluruh keluargamu terutama anak dan istrimu," ujar Maxime pada pilot yang tengah mengudarakan helikopter yang ia tumpangi.
Delon yang sedang fokus pada pekerjaannya menekan ludah kasar mendengar ancaman dari Maxime. Pria yang sudah lama ikut Maxime itu merasakan aura mencengkam di dalam kabin helikopter.
"Saya tidak akan mengkhianati anda Tuan?," jawab Delon.
Maxime tidak lagi berbicara, pria itu memilih diam namun pikirannya penuh dengan berbagai siasat. Meskipun ia sudah membuat rencana begitu matang dengan Lucas tapi ia tidak percaya begitu saja pada pria tua itu. Kakek Armand yang selama ini mendidiknya hingga seperti sekarang ini malah tega mengkhianatinya apalagi Lucas yang pernah menjadi musuhnya
"Kita sudah sampai Tuan," ucap Delon.
Maxime segara turun dan langsung memasuki mobil yang sudah menunggunya. Pria itu langsung duduk di bangku belakang sementara salah anak buahnya lah yang akan membawa mobil menuju tempat dimana mereka akan melakukan penyerangan.
Maxime menghubungi orang kepercayaannya yang sudah berada di dalam markas sebagai mata-mata. Ia ingin mengetahui keadaan markas saat ini agar memudahkannya untuk melakukan penyerangan.
"Malam ini adalah malam kesakitanmu Armand. Aku tidak akan memberikanmu pengampunan sedikitpun," batin Maxime dengan darah yang mendidih. Ia tidak sabar berhadapan langsung dengan Armand meski ia tahu akan cukup sulit mendekati pria itu nantinya karena pengamanan Armand yang berlapis-lapis.
Maxime segara turun dari mobil dan bergabung dengan orang-orang yang sudah menunggu kedatangannya. Pria itu melangkah dengan tegap menyandang tas berisi senjata yang sudah ia persiapkan sebelumnya.
"Semuanya, aku harap rencana kita malam ini berhasil dan tetaplah berhati-hati. Dan ingat setiap pimpinan pasukan tetap saling berkoordinasi dengan yang lainnya. Dan aku harap kalian semua adalah rekan-rekan yang tetap setia," ucap Maxime yang sudah memakai topengnya. Ia tidak ingin ada yang mengenali wajahnya malam ini.
"Kami semua siap bertempur Tuan," jawab mereka dengan serempak.
"Bagus," angguk Maxime tersenyum smirk. Ia sudah membagi pasukannya dengan tugas masing-masing. Sementara dirinya akan memimpin pasukan yang tak menyusup keruang bawah tanah. Dan untuk Lucas, pria itu tidak ikut dalam penyerangan ini namun pria itu tetap mengarahkan anak buahnya dari jauh.
"Ayo kita serang sekarang! dan ingat tetap berhati-hati," ucap Maxime diangguki semuanya.
Anak buah yang dipimpin Maxime berada di barisan tengah. Sementara barisan terdepan yang akan mendobrak pintu gerbang Markas dipimpin oleh orang kepercayaan Lucas. Orang kepercayaan Lucas itu dulunya adalah musuh sepadan Maxime. Ilmu bela dirinya tidak main-main begitu juga dengan taktik penyerangan yang kerap kali seringkali membuat Maxime dan Revan kewalahan dulunya. Dan pria itu juga dulunya hanya membuat Revan hampir kehilangan nyawanya.
Dan Maxime dibuat takjub oleh orang kepercayaan Lucas, pria itu bukannya mendobrak tapi pintu gerbang itu terbuka dengan sendirinya. Ia yakin sekali jika anak buah Lucas sudah meretas sistem keamanan Markas ini.
"Aku datang Armand. Bersiaplah malam ini adalah malam terakhirmu melihat dunia ini," batin Maxime tersenyum puas melihat satu persatu anak buah Armand mulai berjatuhan. Dan Maxime menarik sudut bibirnya saat melihat Revan berhadapan langsung dengan Gio, orang kepercayaan Lucas. Gio bukanlah musuh sepadan bagi Revan.
Dan Maxime mengedarkan pandangannya kearah kearah pintu masuk utama yang berusaha dijaga oleh Alvira dan beberapa anak buah gadis itu. Ia tampak tengah berusaha menahan pasukan yang dipimpin Gio agar tidak bisa masuk ke dalam Mansion.
Disaat semua anak buah Armand tengah lengah, Maxime dengan beberapa orang anak buahnya langsung masuk kedalam Mansion melalui pintu belakang dan disana ia sudah ditunggu oleh orang kepercayaannya yang berada di Mansion itu beberapa hari ini sebagaimana mata-mata.
Maxime dengan leluasa bisa memasuki Mansion itu namun setiap langkah yang ia ambil penuh kehati-hatian. Ia tidak ingin rencana yang sudah ia susun dengan begitu rapi berantakan dan gagal begitu saja. Ia harus bisa menyelamatkan Grandpanya yang berada didalam ruang bawah tanah sana.
"Kau sudah mendapatkan kuncinya?," tanya Maxime pada orang kepercayaannya.
"Sudah Tuan. Itu perkara mudah bagi saya. Saya sudah mencampur makanan Tuan Armand dengan obat tidur dosis tinggi. Dan saat itu pria itu tengah tertidur pulas di kamarnya dan membuatku leluasa mengambil kunci ini," jawab orang kepercayaan Maxime memperlihatkan kunci yang ada ditangannya.
"Bagus. Kalian ikut dia, segara ringkus pria tua itu. Bawa dia ke ruang bawah tanah!," ujar Maxime pada dua orang anak buahnya untuk ikut orang kepercayaannya.
"Baik Tuan," jawab keduanya serempak.
Maxime dan beberapa orang pasukannya segara menuju pintu yang terhubung keruang bawah tanah. Dan tentu saja perjalanan mereka tidak mudah karena harus menghabisi para penjaga terlebih dahulu yang berada di setiap titik di lorong yang mereka lewati.
Maxime tersenyum puas saat pintu menuju ruang bawah tanah terbuka. Pria itu langsung melangkah masuk dan menuruni anak tangga. Bunyi langkah memecahkan kesunyian ruang bawah tanah ini. Maxime tidak memiliki banyak waktu, ia harus segara membebaskan Grandpanya.
Saat ia sampai di depan ruang tahanan dimana seorang pria tua tengah duduk dilantai dingin sel tahanan yang ada ruang bawah tanah ini. Maxime tidak bisa menahan kepedihan hatinya melihat pria tua itu dipasung layaknya binatang. Tangan Maxime terkepal kuat, darahnya mendidih melihat apa yang tengah ia lihat saat ini.
...****************...
..ingin menyakiti Amelia tapi terkena diri sendiri,Terjebak dengan ulahnya..sebab itu jangan iri dan dengki kan dah kena getah nya...
Apa pandangan MU Lukas cintakah,pada wanita tua lampir itu orang yang ingin mencelakai Cucumu juga ..
Max kau jangan mengiba pulak ,bukankah sudah kau mengancamnya namun apa dia peduli malah ingin meracuni grandpa MU sendiri ,
Bastian lelaki yang tidak pernah tegas kepada kedua wanita kembar lampir memiliki seorang ibu yg ingin meracuni suaminya sendiri... mereka tidak tahu berlatar belakang siapa Grandpa Lemos ....
"Musuh DaLaM SeLiMut"....
Max jangan bertele tele lagi seharusnya berbincang dengan lemos dan Lukas mengenai Laura sebelum melangkah jauh ,..