Hellena adalah gadis cantik yang hidup dalam belenggu masalalu, Ia berusaha bangkit dan melupakan kekasih yang sangat ia cintai itu. Kemudian Hellena bertemu dengan Daniel yang diam diam menyukainya dan berusaha membuat Hellena jatuh cinta padanya dan mencintainya bukan sebagai bayangan dari masalalu melainkan sebagai sepasang kekasih yang pantas untuk mencintai dan dicintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ivanyou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cita rasa kue baru dan janji
Sabtu pagi yang cerah, Zefanya telah tiba di rumah Hellena, dijemput oleh Jonathan. Kedua gadis itu bersemangat untuk memulai proyek kue yang mereka temukan di internet. Hellena sudah mengenakan celemeknya dan sibuk mengeluarkan setiap bahan baku dari lemari, sementara Zefanya membantu menakar tepung dengan hati-hati. Di sisi lain dapur, Jonathan sibuk dengan aktivitanya sendiri, tidak karena enggan membantu, tapi karena kedua gadis itu telah memperingatkannya untuk tidak mengganggu proses pembuatan kue mereka. Suasana dapur dipenuhi dengan aroma bahan-bahan kue yang segar dan tawa ceria dari Hellena dan Zefanya.
Penasaran.Hellena menggeleng pelan, matanya menatap bahan-bahan kue di atas meja. "Ga ada sih, katanya udah ada janji sama teman-temannya Diego. Kemarin malam dia bilang kalau dia bakal sibuk hari ini."
"Oh gitu, soalnya dia gak bilang apa-apa ke Zefa. Dari sarapan pagi tadi juga dia udah nggak ada di rumah."
Hellena mengangguk mengerti. Daniel sempat mengiriminya pesan pagi tadi bahwa dia sudah keluar rumah, tapi Hellena tidak bertanya lebih lanjut tentang rencana hari ini. Mungkin saja Daniel sedang sibuk dengan latihan futsal atau aktivitas lainnya. Meski penasaran, Hellena memilih untuk fokus pada aktivitasnya hari ini dan tidak membiarkan pikirannya mengganggu suasana.
Mereka melanjutkan kegiatan membuat kue, dengan adonan yang sudah siap dimasukkan ke dalam loyang dan ditempatkan di alat pemanggang. Waktu memang terasa lama saat menunggu kue matang, sekitar tiga puluh menit hingga adonan berubah menjadi kue yang lezat.
Sambil menunggu, Hellena memeriksa ponselnya. Hatinya sedikit penasaran karena Daniel belum mengabari hingga kini. Hellena memutuskan untuk mengirimi pesan terlebih dahulu, berharap mendapatkan kabar terbaru.
"Kenapa ga ada kabar? Lagi sibuk ngapain?" tulisnya, sambil menunggu balasan.
Beberapa menit berlalu tanpa respons dari Daniel. Hellena kemudian beralih ke halaman chatnya dengan Yosea. Sudah cukup lama Yosea tidak mengunjunginya, sibuk dengan urusan kuliah dan aktivitas lainnya. Hellena merasa ini waktu yang tepat untuk menyapa temannya dan mengisi waktu sambil menunggu kue matang.
"Main kesini, aku lagi bikin kue." tulis Hellena, lalu mengirim pesan itu pada sahabatnya yang seperti kehilangan nyawa karena mabuk tugas.
sambil menunggu, Zefanya sibuk bersama Jonathan lebih memperhatikan Jonathan yang sedang bermain game online di ponsel. Pesan yang dia tunggu akhirnya muncul, Daniel mengiriminya pesan.
"Maaf ya baru bales chat kamu, Sayang. Aku habis latihan futsal sama mereka, sengaja latihan pagi biar malemnya ga terlalu capek. Semalem lupa ngabarin soal kegiatannya ke kamu."
"Beneran latihan futsal?" tanya Hellena memastikan, mencoba mencari kepastian di balik pesan Daniel.
"Iya, beneran. Oh ya, nanti aku ke kamu ya, sekalian jemput Zefa juga." jawab Daniel, mencoba mengalihkan perhatian dari pertanyaan Hellena.
"Iya, yaudah. Aku mau lanjut dulu." jawab Hellena, menaruh ponselnya ke saku celemek dan mengangkat loyang dari dalam alat pemanggang. Kue yang baru saja dipanggang mengeluarkan aroma harum, sedikit menghibur suasana hatinya yang masih penasaran.
Setelah memindahkan kue ke rak pendingin, Hellena kembali ke meja untuk membersihkan sisa-sisa adonan. Zefanya dan Jonathan terus sibuk dengan aktivitas mereka, memperhatikan Jonathan memainkan game di ponselnya. Hellena mengangguk puas melihat hasil kue yang hampir siap, meskipun dia merasa sedikit cemas tentang kedatangan Daniel.
Hellena mengambil potongan kecil dari kue yang baru saja dikeluarkan dari oven. Dengan penuh antusias, dia membagikannya kepada Zefanya dan Jonathan.
"Kuenya udah siap nih, kita coba bareng-bareng yuk." ajak Hellena dengan senyum lebar.
Zefanya dan Jonathan menerima potongan kue dengan antusias, masing-masing mengambil satu potong dan mencobanya. Mereka mengunyah dengan penuh perhatian, mencoba menilai rasa kue yang baru saja dibuat. "Wah, enak juga, Kak!" seru Zefanya dengan senang.
"Rasanya pas banget, nggak terlalu manis."
"Iya, ini benar-benar enak!" Jonathan menambahkan, setuju dengan pendapat Zefanya.
"Kita berhasil bikin kue yang lezat." Hellena merasa lega dan puas mendengar pujian mereka. Mereka terus menikmati kue sambil berbincang-bincang ringan, sambil menunggu kedatangan Daniel.
Mereka terus menikmati kue sambil berbincang ringan, menunggu kedatangan Daniel. Gelak tawa dan obrolan hangat mengisi ruangan, membuat suasana semakin nyaman. Hellena memeriksa ponselnya dan melihat pesan dari Yosea yang mengatakan tidak bisa datang, tetapi meminta jatah untuk menyicipi kue buatan mereka.
Hellena dan Zefanya sepakat untuk menyimpan beberapa potong kue untuk Yosea. Sementara itu, Jonathan tampak sibuk dengan game di ponselnya, sesekali melirik kue yang sedang dinikmati. Suasana di ruangan terasa hangat dan penuh keceriaan, mengalihkan perhatian Hellena dari kekhawatirannya akan kehadiran Daniel.
Mereka terus menikmati kue sambil berbincang ringan, menunggu kedatangan Daniel. Gelak tawa dan obrolan hangat mengisi ruangan, membuat suasana semakin nyaman. Hellena memeriksa ponselnya dan melihat pesan dari Yosea yang mengatakan tidak bisa datang, tetapi meminta jatah untuk menyicipi kue buatan mereka. Hellena dan Zefanya sepakat untuk menyimpan beberapa potong kue untuk Yosea. Sementara itu, Jonathan tampak sibuk dengan game di ponselnya, sesekali melirik kue yang sedang dinikmati. Suasana di ruangan terasa hangat dan penuh keceriaan, mengalihkan perhatian Hellena dari kekhawatirannya akan kehadiran Daniel.
Ponsel Daniel yang tergeletak di meja tiba-tiba menyala, memperlihatkan notifikasi pesan yang muncul di layar. Hellena secara tidak sengaja meliriknya, tapi segera mengalihkan pandangan dan memilih untuk tidak ambil pusing.
"Kue yang kalian bikin enak, tapi lebih tepatnya apapun yang dibuat dari tangan kamu pasti jadi enak," puji Daniel dengan gombalan khasnya.
"Bisa aja kamu," sahut Hellena, sambil tersenyum. Ia tiba-tiba teringat sesuatu dan melanjutkan, "Kamu latihan tiap hari atau gimana? Soalnya aku taunya kamu latihannya sore, jadi kaget aja pas tahu kamu ternyata ada latihan pagi di akhir pekan pula."
Daniel tersenyum, siap menjelaskan rutinitas latihannya sambil menikmati suasana santai bersama Hellena dan teman-temannya.
"Ga nentu sih, tergantung tim juga sibuk apa enggak. Kebetulan bisa latihan pagi, dan kalau ada kegiatan lain, jadwal latihannya diubah. Nanti aku kabarin kapan latihannya, biar nggak kayak tadi lagi," jawab Daniel, menjelaskan rutinitas latihannya dengan santai sambil tersenyum.
Hellena mendengarkan penjelasan Daniel dengan seksama, mencoba memahami bagaimana jadwal latihan futsalnya yang fleksibel bisa mempengaruhi waktunya. Ia mengangguk pelan, menyadari bahwa jadwal yang tidak tetap bisa jadi penyebab ketidakhadirannya di waktu-waktu tertentu. Meski begitu, Hellena merasa lebih lega karena Daniel berjanji akan memberitahunya lebih awal di lain kesempatan. Mereka semua kembali fokus pada kegiatan mereka, sambil menonton drama di televisi. Suasana di ruangan tetap hangat dan akrab, dengan tawa dan obrolan ringan yang menyertai setiap momen.