ISTRI KEDUA DOSENKU

Yudha menghembuskan nafas kasar saat melihat posisi Kinayu yang mampu membangkitkan kembali gairahnya. Bagaimana tidak, Kinayu tertidur dengan masih menggunakan kimono handuk yang membalut tubuhnya.

Kaki Kinayu terjuntai ke lantai dengan kaki sebelahnya berada di atas sofa dengan paha terumbar. Di tambah lagi belahan dada yang tampak jelas karena jubahnya yang sudah tak tertutup rapat. Bahkan tanpa penghalang apapun.

Yudha mengumpat kesal melihat reaksinya yang begitu cepat. Bagian bawah bahkan sudah kembali berdiri tegak. Matanya pun tak bisa beralih dari keindahan yang terpampang nyata di depannya.

Sedangkan ia teringat malam ini adalah jatahnya tidur dengan Silvi. Yudha sebenarnya bukan pria yang haus akan kegiatan ranjang, terbukti dirinya biasa saja saat kurangnya mendapatkan jatah karna Silvi jarang pulang. Tapi sebagai pria normal yang melihat keindahan tak biasa di depan mata jelas ia tak sanggup menahan.

Dan herannya itu ia dapat setelah menikahi Kinayu, tubuhnya tak mampu menahan gairah setiap kali melihat bagian yang terbuka dari tubuh sintal di depannya.

Tapi saat pandangannya kembali turun ke kaki Kinayu seketika matanya memicing melihat sesuatu yang sebelumnya tak ia jumpai tapi kini begitu menarik perhatian.

"Apa ini?" gumamnya kemudian bersimpuh di depan kaki Kinayu meneliti luka lebam yang hampir menghitam.

Tangan Yudha menyentuh kaki Kinayu membuat wanita itu terjingkat dan segera duduk menarik kakinya tetapi segera di tahan oleh Yudha.

Kinayu menutupi bagian dadanya yang terbuka dan menghindar dari tatapan tajam Yudha yang membuatnya ketakutan.

"Kaki kamu kenapa?" tanyanya lirih tapi penuh penekanan.

Kinayu hanya menggelengkan kepala, ia tak mungkin jujur dan menceritakan semuanya pada Yudha. Jika Yudha mau mendengar, jika tidak itu akan menjadi boomerang untuknya dan kembali mendapatkan perlakuan kasar dari Silvi.

"Jawab Kinayu!"

"Aku terjatuh," jawabnya berbohong. Dia segera menundukkan kepala, merapatkan pahanya dan menarik kimononya agar menutupi bagian paha yang terlalu terlihat oleh Yudha.

Yudha menyapa Kinayu dengan tatapan tajam mencari kebenaran atas apa yang istrinya katakan. Dia menarik nafas panjang setelah tak menemukan kebenaran disana. Kemudian menyentuh kaki Kinayu membuat Kinayu menoleh dan kembali menarik kakinya tetapi kembali di tahan oleh Yudha.

Yudha memijat kaki Kinayu hingga menimbulkan suara rintihan yang membuat Yudha menatap iba.

"Ssstt.....sakit Pak, pelan-pelan!" keluhnya. Yudha mengusap lembut kaki Kinayu, mengurangi pijitan yang semakin menyakitkan.

"Kita ke dokter!"

Kinayu menggelengkan kepala, hanya lebam apa kah harus segitunya hingga di bawa ke dokter. Sedangkan dirinya yang jatuh dari motor saja hanya di bawa ke tukang urut. Apa lagi jika hanya lebam akibat tendangan.

Yudha beranjak dari duduknya, ia tak memaksa tapi tak juga meninggalkan Kinayu sendirian.

"Cepat pakai baju!" titahnya dan Kinayu segara beranjak dari duduknya. Berjalan menuju ruang ganti dengan tertatih.

"Aghhh...." Kinayu menjerit mendapati tubuhnya yang diangkat oleh Yudha tiba-tiba.

"Turunkan saya Pak!"

Yudha tak mendengarkan ucapan Kinayu, ia segera membawa Kinayu ke ruang ganti dan mendudukkannya di sofa. Yudha mengambil baju ganti Kinayu serta kain untuk menutupi bagian dalam tubuh Kinayu.

Hal itu membuat wajah Kinayu memerah, apa lagi saat Yudha menyodorkan semua yang ia ambil. Dan entah di sengaja atau tidak, Yudha mengambilkan dress baru yang memang ia siapkan untuk Kinayu. Dress berwarna merah dengan satu set dalaman yang senada.

"Pakai!"

Kinayu menerimanya dengan ragu, pasalnya lemari baru yang di siapkan berisi dress dengan panjang di atas lutut. Walaupun masih sopan dari pada pakaian Silvi tetapi tetap saja dirinya risih.

"Pakaiannya bisa di ganti saja Pak? saya tidak nyaman."

"Kenapa?" tanya Yudha menatap heran.

"Ini terlalu sexy bagi saya Pak." Kinayu menjawab dengan menundukkan kepala. Apa lagi kini Yudha menatapnya begitu dalam membuat jantung Kinayu kembali berdebar.

"Apa salah berpakaian sexy di depan suami?" tanyanya seketika pipi Kinayu memanas.

"Aku menyiapkan ini untukmu agar penampilanmu mampu mengimbangi Silvi! Pakaian itu bukan untuk membiarkanmu menampilkan tubuh sexymu pada orang lain! Di lihat dengan teliti! bagian atas bisa kamu pakai untuk keluar atau berkuliah. Dan dress yang aku ambil ini dua bagian bawah yang memang untukmu di rumah!"

"Jadi di pakai! bukan hanya untuk memenuhi lemari saja! jika besok kamu berangkat ke kampus dengan menggunakan pakaian lamamu, aku tidak segan-segan untuk merobeknya!"

"Hargai pemberian ku! aku berusaha bersikap selayaknya suami walaupun aku belum bisa memberikan apa yang layak aku berikan pada mu! Dan jangan sekali-kali apa yang aku beri, kamu jadikan untuk menggoda pacarmu itu!"

Yudha meriah dagu Kinayu agar wanita itu melihat ke arahnya, menatap garang karena tiba-tiba bayangan Kinayu dan Satria datang mengganggu pikiran nya.

"Dan ini!" Yudha mengusap bibir Kinayu, "hukuman apa yang kamu inginkan dariku, hhmm?" tanyanya dengan tatapan dalam penuh amarah.

"Apa Kinayu?"

Kinayu memundurkan tubuhnya tetapi Yudha dengan cepat merapatkan diri, pria itu mengikis jarak. Otaknya mendidih mengingat adegan di kelas yang di lakukan Satria pada istrinya.

Jantung Kinayu semakin berdebar, menatap wajah Yudha dengan tatapan sayu dan tubuh gemetar. "Ma..maaf Pak..."

"Apakah bisa aku memaafkan istriku yang hanya diam ketika bibirnya terjamah pria lain? ini hukuman untukmu!" bisiknya.

Yudha meraup bibir Kinayu dengan hiisapan kuat, emosi menyelimuti dirinya. Dia tak membiarkan Kinayu lepas dari kukungannya, membuat Kinayu merintih kesakitan bercampur kenikmatan.

Tangan Yudha tetap diam walaupun dia mulai gerah melihat posisi Kinayu yang menggoda. Tapi kali ini fokusnya untuk membersihkan bekas Satria yang Yudha yakin mengusik pikiran Kinayu.

Erangan mulai terdengar membuat gerakan Yudha semakin liar, merapatkan tubuhnya hingga Kinayu semakin sesak. Gerakan lidahnya pun mulai membuat nafas Kinayu tersengal. Bahkan berulang kali tangan Kinayu menepuk dada Yudha memintanya untuk melepaskan, tapi tak dipedulikan.

Mata Kinayu membola saat Yudha terpental ke belakang mendapat dorongan dari Silvi yang datang tiba-tiba.

"Gila kamu mas!"

Air mata Kinayu mulai menetes beriringan dengan dada yang naik turun tak karuan. Kali ini Kinayu berterima kasih pada Silvi yang telah melepaskan Yudha darinya.

"Ngapain kamu kesini?"

"Kamu yang ngapain di sini mas? senafsu itu kamu sama dia hingga panggilanku nggak kamu dengar?" Silvi menggelengkan kepala, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Yudha begitu bersemangat meluumat bibir Kinayu dengan ciuman panas. Dan itu tak pernah ia dapatkan dari pria itu.

"Kenapa? dia juga istriku!" tegas Yudha.

Sedangkan Kinayu segera beranjak dari sana dengan membawa pakaian yang sejak tadi ia genggam tapi secepat kilat Silvi menahannya dengan menarik rambut Kinayu hingga langkahnya terhenti.

"Siapa yang menyuruhmu pergi? kamu apakan suamiku hingga menjadi semesum ini?" sentaknya dengan cengkraman yang semakin kuat.

"Hentikan Silvi!"