London, sebuah tempat yang menyisakan kenangan termanis dalam hidup Orion Brox. Dalam satu hari di musim panas, ia menghabiskan waktu bersama gadis cantik yang tak ia ketahui namanya. Namun, rupa dan tutur sapanya melekat kuat dalam ingatan Orion, menjelma rindu yang tak luntur dalam beberapa tahun berlalu.
Akan tetapi, dunia seakan mengajak bercanda. Jalan dan langkah yang digariskan takdir mempertemukan mereka dalam titik yang berseberangan. Taraliza Morvion, gadis musim panas yang menjadi tambatan hati Orion, hadir kembali sebagai sosok yang nyaris tak bisa dimiliki.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
One Day In London 24
Menyelidiki sesuatu, bagi seorang Riu bukanlah hal yang sulit. Sejak berusia muda dia sudah berkecimpung dalam dunia bisnis yang kejam, jadi jangan ditanya lagi berapa banyak trik yang dia punya untuk menyelesaikan masalah. Termasuk mengumpulkan bawahan yang pastinya tidak berani berkhianat.
Maka dari itu, ketika Riu ingin mendapatkan informasi terkait apa yang dilakukan Orion di Surabaya kemarin, dia hanya cukup memerintahkan salah seorang untuk menyelidiki. Itu pula tidak membutuhkan waktu lama. Kurang dari dua puluh empat jam, orang tersebut sudah menemui Riu dan siap melaporkan hasil penyelidikannya.
Tepat pukul 08.00 malam, pria yang bernama Baron itu sudah tiba di kediaman Riu. Mereka duduk bersama di ruang baca, berdua saja.
"Tuan ... sebenarnya ... saya ragu untuk menyampaikan informasi ini," ucap Baron, mengawali pembicaraan seriusnya.
"Ragu?" Riu menatap penuh selidik.
Baron bukan orang baru bagi Riu. Pria itu sudah bertahun-tahun bekerja padanya. Jadi, Riu sudah paham dengan semua kebiasaan Baron. Jika pria itu mengatakan 'ragu', pasti ada sesuatu di luar perkiraan.
"Katakan saja! Apa pun kebenarannya, aku harus tahu." Riu kembali bicara, dengan lebih tegas.
"Baiklah, Tuan," jawab Baron. Tidak ada alasan lagi baginya untuk menyembunyikan apa yang belum lama ia ketahui. Sang tuan sudah meminta berita, sepahit apa pun harus dibeberkan.
Walau yakin nanti pasti akan ada masalah baru, tetapi detik itu Baron dengan sungguh-sungguh memberikan selembar foto yang berhasil ia dapatkan. Sebuah foto yang menunjukkan sosok Orion ketika berada di halaman Kantor Vavaco.
"Perusahaan fashion ini dalam naungan Nero. Apa yang dilakukan Orion di sana?" tanya Riu sambil berulang kali menatap foto putranya.
"Sebelumnya maaf, Tuan, andai apa yang saya katakan nanti membuat Anda tidak senang. Tapi, inilah yang saya tahu." Baron menarik napas panjang dan menjeda sejenak ucapannya.
"Dari informasi yang saya dapatkan dari karyawan di sana, hari itu Tuan Olliver menemui Nona Tara. Tapi, kita semua tahu, Tuan Olliver kembali ke Jakarta sejak pagi, jadi tidak mungkin datang ke kantor Nona. Dan dari gambar yang saya dapatkan, dia bukanlah Tuan Olliver, melainkan Tuan Orion."
Tangan Riu mengepal erat, sebagai bentuk kekesalan atas hal tersebut. Meski Baron baru bicara beberapa kalimat, tetapi otak Riu sudah bekerja.
Orion tinggal lebih lama karena Sunny, tetapi ternyata yang dia temui adalah Tara. Andai setelahnya sikap Orion biasa saja, mungkin Riu masih bisa menganggap bahwa kejadian itu sekadar kebetulan. Namun, mengingat diamnya Orion semalam ... sulit untuk tidak menebak kalau Sunny dan Tara adalah orang yang sama.
"Ya sudah, pergilah! Biar aku sendiri yang memastikan semua ini," ujar Riu setelah pikirannya sedikit tenang.
"Baik, Tuan." Baron mengangguk hormat. Lantas, bangkit dan keluar dari ruangan tersebut.
Kini, tinggal Riu sendiri di sana. Ia kembali merenungi dan menggabungkan satu demi satu adegan yang bersangkutan dengan Riu. Seperti puzzle—rumit, tetapi ada titik terangnya.
Jika diingat-ingat, lima tahun lalu, tepatnya ketika Orion ke London dan pulang-pulang bercerita tentang wanita yang dia temui di sana, Nero juga sedang mengunjungi bisnisnya di kota tersebut. Saat itu Tara masih tinggal di Paris, sangat masuk akal jika kemudian menyusul Nero ke London.
Selain itu, ketika keluarga Nero diundang ke Jakarta, Orion juga tidak pulang dengan alasan melihat Sunny. Namun setelahnya, Orion tidak bisa menemukan Sunny lagi, padahal setiap sudut kota tak ada yang terlewat dari pencariannya. Itu pun masuk akal, karena Tara dan keluarganya hanya semalam di Jakarta.
'Ternyata Sunny orang Surabaya.'
Ucapan Orion kembali terngiang, lengkap dengan ekspresi bahagianya yang tercetak jelas. Sebuah hal yang tampak kontras dengan ekspresi kemarin. Gugup dan tertutup. Di mata pun tak ada lagi binar-binar, yang tersisa tinggal kemelut sendu, dan itu mulai terjadi setelah prosesi lamaran Olliver.
"Mungkin ... di acara itulah pertama kalinya Orion tahu kalau Sunny adalah Tara," batin Riu.
Namun, meski dugaannya cukup meyakinkan, tetapi Riu tak mau mengambil kesimpulan sendiri. Dia ingin mendengar dulu bagaimana penjelasan Orion nanti.
Untuk itulah Orion mengambil ponselnya dan menghubungi Orion, yang saat ini sedang berada di kamar.
"Papa ada di ruang baca, kamu ke sinilah! Ada sesuatu yang janggal dengan seseorang di kantor kita. Papa ingin mendiskusikannya denganmu," ucap Riu pada Orion. Tidak sepenuhnya bohong, karena Orion juga termasuk orang di kantornya.
Sembari meletakkan ponselnya, tatapan Riu begitu tajam pada daun pintu yang masih menutup. Tak sabar dia menunggu kedatangan Orion. Meski sang putra itu sudah menyatakan kesanggupannya untuk langsung datang, dan mungkin sekarang sedang berjalan ke sana, tetapi detik yang berdetak itu rasanya begitu lama.
"Ada masalah apa, Pa?"
Akhirnya yang ditunggu-tunggu Riu datang juga. Orion.
Dalam balutan kaus tanpa lengan dan celana selutut, Orion langsung masuk dan duduk di hadapan Riu. Wajahnya tampak serius, sepertinya dia benar-benar menganggap kalau memang ada masalah di kantor—masalah yang tidak mengacu pada dirinya sendiri.
Bersambung...
Dan Tara prilaku mu mencerminkan hati yng sdng galau , kenapa juga harus mengingkari hati yng sebenarnya Tara
Orion kalau kamu benar cinta ke Tara terus lah perjuangkan.
lanjut thor 🙏