Jatuh cinta pandangan pertama bisa saja terjadi.
Dan katanya pacaran setelah menikah sangat indah.
Benarkah?
Simak yuk dan temukan jawabannya disini.
Seperti biasa cerita ini hanya fiktif, jangan dikaitkan dengan dunia nyata, oke!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34
Hari pun berganti, kini Aaron sudah mulai bekerja kembali seperti biasa. Aaron kini sedang berada di ruangan Ibra. Pekerjaan Aaron pun sudah terbantu oleh Ari.
Setelah beberapa hari Ari bekerja, memang tidak mengecewakan Ibra. Ibra selalu berpuas hati dengan pekerjaan Ari.
"Bagaimana hubunganmu dengan Meisya?" tanya Ibra to the point.
"Sepertinya akan sulit, karena dia tidak ingin jatuh cinta lagi," jawab Aaron.
"Cakra?" tanya Ibra lagi.
"Dia selalu nempel ke saya, bahkan saat saya hendak berangkat kerja pun dia akan ikut," jawab Aaron.
"Menurutku wajar sih, karena dia takut ditinggal pergi lagi," kata Ibra.
Aaron menghela nafas panjang. Ia mau saja menerima anak itu sebagai anaknya sendiri. Tapi saat dia mengajak Meisya menikah, Meisya menolak.
"Jadi kamu serius ingin menikahinya?" tanya Ibra.
"Iya tuan, tapi dia menolak," jawab Aaron.
Waktu itu Aaron menelpon bosnya itu, dan menyampaikan keinginan untuk menikahi Meisya. Ibra setuju saja, tapi Aaron mengatakan kalau Meisya tidak bersedia.
"Nanti aku minta istriku untuk membujuknya, tapi kamu harus serius, jangan permainkan perasaannya," kata Ibra.
"Demi Cakra tuan, aku sudah merasa nyaman dengan anak itu," ucap Aaron. Lalu iapun keluar dari ruangan Ibra.
Ibra manggut-manggut, iapun menelepon istrinya dan menceritakan keluhan Aaron. Viora yang mendengar itu, akan membantu dan membujuk Meisya.
Kemudian Ibra pun menutup panggilan teleponnya. Ari masuk dengan membawa berkas ditangannya, setelah mengetuk pintu tentunya.
"Tuan, ini berkas yang sudah saya periksa dan harus ditandatangani," ucap Ari.
"Hmmm, simpan disitu," pinta Ibra menunjuk meja kerjanya.
Ari pun meletakkan map tersebut. Kemudian iapun pamit keluar dari ruangan tersebut. Ari masih kaku saat berhadapan dengan Ibra. Tidak seperti Aaron yang sudah terbiasa.
Ibra pun memeriksa berkas tersebut, kemudian menandatangani. Setelah selesai Ibra memberikan kembali kepada Ari. Kemudian ia pun keluar dari perusahaan untuk menjemput istrinya.
Sementara disisi lain...
Aisyah dan Azizah sedang mempersiapkan sesuatu untuk lamaran nanti malam. Bahkan mereka berdua begitu bersemangat. Keduanya sama-sama kompak.
Tidak berapa lama datang Diva bersama Darmendra. Padahal acara lamaran masih lama, tapi mereka begitu antusias.
Darmendra bergabung dengan Ren dan Ghafur. Mereka membicarakan tentang bisnis, meskipun mereka tidak lagi aktif di perusahaan.
Ren kadang juga membantu Abqari untuk mengurus perusahaan. Tapi dia tidak ke perusahaan melainkan dirumah saja. Ghafur juga kadang membantu Ibra saat Ibra terlalu sibuk.
"Semua sudah siap?" tanya Diva saat melihat banyak bingkisan yang nantinya akan mereka bawa.
"Tinggal sedikit lagi Mom," jawab Aisyah.
Orang dirumah sibuk, Abqari di kantor nya juga sibuk. Apalagi ada klien yang harus ia temui. Tapi akan ia usahakan untuk pulang lebih awal.
"Ini rencana bagaimana?" tanya Azizah.
"Abqari belum siap untuk menikah, katanya terlalu awal," jawab Aisyah yang mengerti arah pertanyaan Azizah.
Pelayan datang mengabarkan bahwa makan siang sudah siap. Tapi mereka terlalu sibuk, pelayan pun kembali ke dapur.
"Istirahat dulu lah, nanti jam tiga sore kita berangkat," kata Aisyah.
Mereka ingin sholat Zuhur berjamaah terlebih dahulu, baru setelah itu mereka akan makan siang.
Merekapun makan siang terlebih dahulu. Baru setelah itu disambung lagi. Mereka melayani suami masing-masing.
Saat mereka sedang makan, ternyata Viora sudah datang bersama Ibra. Tapi keduanya tidak langsung makan, mereka ingin sholat baru setelah itu mereka makan.
Setelah selesai makan, Diva, Aisyah dan Azizah pun menyelesaikan pekerjaan mereka. Kali ini dibantu oleh Viora. Setelah selesai barang-barang tersebut diangkut kedalam mobil. Biar nanti tinggal berangkat saja.
Abqari yang baru datang setelah mengadakan pertemuan dengan kliennya, ia harus bersiap-siap. Karena jam tiga mereka akan berangkat.
Dan diperkirakan akan datang waktu Maghrib nantinya. Para keluarga yang lain juga berdatangan. Mereka ingin melihat acara lamaran tersebut.
Lina, Lita, Lica datang bersama sang suami mereka masing-masing. Anak dan mertua mereka tidak ikut.
Ram dan Cahaya serta saudara-saudaranya yang lain juga ikut. Karena mereka ingin melihat acara lamaran tersebut.
Davina dan Lucas juga ikut, Davion dan Aurelia juga ikut, Danendra dan saudara-saudaranya yang lain juga ikut. Aleta dan Ars juga ikut, Aldebaran dan Fay juga tidak mau ketinggalan.
Anak-anak mereka yang baru berusia beberapa bulan tampak berbinar saat dibawa jalan-jalan. Sepertinya mereka sangat bahagia saat melihat pemandangan diluar.
Selama ini mereka jarang keluar rumah, jadi saat dibawa jalan-jalan, mereka begitu antusias.
Beberapa buah mobil bergerak menuju dijalan raya. Orang-orang yang melihat begitu takjub. Bagaimana tidak? Semua mobil mewah.
"Berapa lama perjalanan nya?" tanya Cahaya.
"Katanya 3 jam," jawab Ram.
"Lumayan jauh juga," ucap Cahaya.
"Ya, begitulah." Ram.
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, merekapun tiba disebuah pesantren Abi Abdullah. Mereka disambut oleh para santri untuk yang para lelaki.
Dan santriwati untuk para perempuan. Qirani, Quenni, Nayara, Kayvira merasa takjub dengan keadaan ditempat ini. Mereka mengucapkan salam secara bersamaan.
Arsa dan Arsy terlonjak senang didalam gendongan Ars dan Aleta. Sedangkan Naufal dan Naura anteng-anteng saja dalam gendongan Fay dan Aldebaran.
Abi Abdullah tersenyum menyambut kedatangan mereka. Begitu juga dengan umi Sa'diah. Keduanya sama-sama senang dengan kedatangan keluarga besar nomor 1 di negara ini.
"Assalamualaikum," ucap Abi Abdullah.
"Wa'alaikum sallam," jawab mereka serentak.
Kemudian merekapun dipersilahkan untuk masuk. Karena terlalu ramai, tidak semua orang bisa masuk kedalam rumah.
Sebagian dari mereka berada diluar dan ditemani oleh para santri dan santriwati. Hanya yang berkepentingan saja yang masuk kedalam rumah. Maksudnya yang ingin membahas lamaran ini.
Diantara banyaknya para santriwati, hanya Laila yang tidak menyambut mereka. Tapi saat melihat kedatangan cowok-cowok tampan, ia segera bergabung dengan yang lain.
Tapi para cogan itu tidak melirik Laila sama sekali. Baru saja mereka masuk kedalam rumah. Adzan Maghrib pun berkumandang.
Mereka semua bersiap-siap untuk melaksanakan kewajiban mereka.
Mereka pergi ke mushola yang ada disitu. Dengan diimami oleh Ibra, mereka semua sholat. Arsa, Arsy, Naufal dan Naura hanya memperhatikan mereka. Anehnya mereka tidak rewel sama sekali. Mereka diletakkan di box bayi yang sengaja mereka bawa.
Hingga selesai sholat Maghrib, kemudian mereka berbincang sebentar sampai waktu sholat isya. Setelah selesai barulah acara lamaran diadakan.
"Seperti yang sudah disepakati Minggu lalu, kedatangan kami ini, ingin menyunting putri Pak kyai untuk cucu saya," ucap Darmendra.
"Umi, panggil Arumi kemari," titah Abi Abdullah.
Umi Sa'diah pun segera bangun dari duduknya dan berjalan menuju kamar putrinya. Tidak berapa lama keduanya sudah duduk disitu bersama yang lain.
"Bagaimana Nak? mereka datang untuk melamarmu," tanya Abi Abdullah.
Arumi menatap Abi nya kemudian menatap umi nya. Kemudian Arumi berpindah menatap mereka semua yang ada disitu.
Sementara Abqari sudah deg-degan menunggu jawaban dari Arumi. Kemudian ia menghela nafas.