NovelToon NovelToon
Puncak Pesona

Puncak Pesona

Status: tamat
Genre:Tamat / Ketos / Teen Angst / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Cinta Murni / Cinta Karena Taruhan
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Di SMA Gemilang, geng syantik cemas dengan kedatangan Alya, siswi pindahan dari desa yang cantik alami. Ketakutan akan kehilangan perhatian Andre, kapten tim basket, mereka merancang rencana untuk menjatuhkannya. Alya harus memilih antara Andre, Bimo si pekerja keras, dan teman sekelasnya yang dijodohkan.

Menjadi cewek tegas, bukan berarti mudah menentukan pilihan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bulan Madu London

Bab23

Keesokan paginya, matahari pagi menyinari kamar mereka, memberikan nuansa hangat dan cerah. Alya terbangun lebih awal, memutuskan untuk memulai hari dengan semangat baru. Ia mengenakan gaun santai dan duduk di tepi ranjang sambil memeriksa brosur perjalanan yang mereka siapkan. Kali ini, mereka akan menjelajahi Eropa—sebuah benua yang kaya akan sejarah dan budaya.

Mas Faris, yang telah mandi dan siap untuk hari itu, memasuki kamar dengan aroma segar dari cologne favoritnya. Ia tersenyum melihat Alya yang tampak penuh semangat.

“Pagi, Sayang,” ucap Mas Faris lembut, sambil mencium kening Alya. “Bagaimana tidurmu?”

 

Alya tersenyum, merasakan sentuhan lembut di dahinya. “Pagi, Mas Faris. Tidurku nyenyak sekali. Aku sudah siap untuk perjalanan kita.”

“Bagus sekali. Jadi, hari ini kita mulai dengan petualangan ke mana?” tanya Mas Faris, duduk di samping Alya dan melihat brosur yang dibuka Alya.

Alya menghela napas, memandang ke luar jendela yang menghadap ke kota. “Aku berpikir... bagaimana kalau kita ke London? Aku selalu ingin melihat kota itu secara langsung, tapi mungkin gak bisa hari ini."

 

Mas Faris mengerutkan kening sedikit, tertarik oleh pilihan Alya. “London? Apa yang istimewa dari sana?”

 

Alya tersenyum lembut, berusaha menjelaskan tanpa mengungkapkan lebih jauh tentang masa lalunya. “Aku selalu mendengar cerita tentang London—seperti menara London, Buckingham Palace, dan tentu saja, London Eye. Aku ingin melihat semua itu dengan mata kepalaku sendiri.”

 

Mas Faris memandang Alya dengan penuh pengertian. “Kalau itu yang kamu inginkan, kita bisa ke London. Aku juga ingin menikmati perjalanan ini bersamamu.”

 "Kira-kira kapan waktu yang tepat ya, Mas?"

"Hari ini juga boleh," Jawa. Faris dengan enteng.

"Gak enak Mas, di rumah masih ada Ibu, kakak dan sodara-sodara yang lain. Lagian mana bisa, kita belum buat paspor."

"Ini kan acara kita, tidak ada hubungannya dengan mereka," ucap Faris dengan senyuman hangat, sambil meraih pinggang Alya untuk dipeluknya. Alya tersenyum suka cita, betapa Mas Faris sangat mengutamakan dirinya.

Mereka berdua mulai membicarakan rencana bulan madu mereka dengan penuh antusiasme. Setelah sarapan, mereka memeriksa itinerary dan memastikan segala sesuatunya siap untuk perjalanan ke London. Mereka merencanakan untuk mengunjungi tempat-tempat ikonik seperti Buckingham Palace, British Museum, dan tentu saja, menikmati pemandangan dari London Eye.

"Serius kalian mau berangkat bukan madu hari ini juga?" tanya mamanya Faris.

"Iya Ma, waktu cutiku tidak lama," jawab Faris.

"Ya udah, tadinya Mama ingin berlama-lama menghabiskan waktu dengan kalian. Jaga Faris ya Alya, dia tidak bisa terlalu lelah. Jangan telat makan, jangan sering makanan berminyak. Kopi juga tidak boleh saat pagi sebelum makan...," Mamanya Faris terus memberikan pesan pada Alya.

Dalam hati Alya dia merasa ada sesuatu pada mertuanya, bisa jadi hanya baik di depan saja. Alya juga mendapat teguran tidak nyaman waktu sarapan tadi, meski dengan bahasa biasa saja, tapi membuat hati Alya tergores. Namun, sejauh ini Alya tanggapi dengan positif. Mamanya Faris banyak mengoreksi Alya, itu untuk kebaikan. Biar Alya bisa melayani Faris seperti mamanya merawat. Ini demi kebaikan Faris juga.

##*

Malamnya, mereka berkemas dan memeriksa kembali barang bawaan mereka. Alya merasa bersemangat dan sedikit cemas, berpikir tentang bagaimana perasaannya akan bertemu dengan tempat yang pernah menjadi bagian dari masa lalu Bimo. Namun, dia berusaha menenangkan dirinya dengan fokus pada kebahagiaan saat ini bersama suaminya.

"Mas, bener mau berangkat malam ini juga? Paspornya bagaimana?" tanya Alya, dia juga sudah siap, tapi ada keraguan.

"Tenang saja," ucap Faris sambil mengeluarkan dua buku paspor dan ditunjukkan pada Alya.

"Hah? Serius? Kenapa Mas bisa tahu aku pengen ke London." Alya sangat gembira dan antusias.

"Untuk seseorang yang spesial di hidupku, tidak boleh ada yang aku abaikan. Pasti aku cari tahu semua tentangmu." Faris melangkah lebih dekat pada Alya, melingkarkan tangannya di pinggang sang istri, kemudian mengecup keningnya.

Alya membalas pelukan Faris, dia benar-benar bahagia mendapatkan suami seperti Faris.

 

Saatnya keberangkatan tiba, dan Alya serta Mas Faris memasuki bandara dengan penuh semangat. Mereka berbicara dengan ceria tentang rencana mereka dan apa yang mereka harapkan dari perjalanan ini. Setelah check-in dan melewati imigrasi, mereka akhirnya duduk di lounge sambil menunggu waktu penerbangan.

Setibanya di London, suasana kota yang bersejarah dan modern langsung menyambut mereka. Mereka menginap di hotel yang terletak di pusat kota, dekat dengan berbagai atraksi utama. Hari pertama mereka diisi dengan berjalan-jalan di sekitar Covent Garden dan menikmati makan malam di restoran yang menawarkan pemandangan indah kota London.

 

Selama beberapa hari berikutnya, mereka mengunjungi Buckingham Palace dan menyaksikan pergantian penjaga, mengeksplorasi British Museum yang kaya akan koleksi sejarah, dan menikmati pemandangan spektakuler dari London Eye. Setiap malam, mereka kembali ke hotel dengan penuh cerita dan pengalaman baru yang membahagiakan.

 

Selama perjalanan ini, Alya tidak bisa sepenuhnya menghilangkan rasa rindunya terhadap Bimo. Namun, ia berusaha menikmati setiap momen bersama Mas Faris, merasa bersyukur atas perjalanan ini dan dukungan suaminya. Alya tahu bahwa perasaannya adalah bagian dari masa lalunya, dan dia berusaha memfokuskan perhatian pada masa depan yang cerah bersama Mas Faris.

 

Ketika mereka duduk di dekat Thames River, menikmati matahari terbenam, Alya merasa damai. London, dengan semua pesonanya, telah memberikan mereka kenangan indah yang akan selalu diingat. Alya memandang Mas Faris dengan penuh kasih sayang, menyadari bahwa mereka telah memulai perjalanan baru bersama—sebuah bab yang penuh harapan dan kebahagiaan.

Hari-hari mereka di London penuh dengan kegembiraan dan kenangan indah. Pada hari kedua, mereka memulai pagi dengan sarapan di kafe kecil yang terletak di dekat hotel. Alya menikmati secangkir teh Inggris dan scone yang lembut, sementara Mas Faris memesan kopi dan roti panggang. Suasana kafe yang nyaman dan hangat membuat mereka merasa seperti berada di rumah sendiri.

Setelah sarapan, mereka mengunjungi Buckingham Palace. Alya merasa terpesona melihat keindahan istana dan upacara pergantian penjaga yang megah. Mas Faris dengan sabar menjelaskan sejarah singkat tentang istana itu, membuat Alya semakin terpesona.

“Memandang istana ini, rasanya seperti berada di dunia dongeng,” kata Alya dengan senyum bahagia.

“Ya, istana ini memang memancarkan keindahan yang luar biasa,” jawab Mas Faris sambil merangkul Alya erat.

 

Mereka kemudian berjalan-jalan di taman-taman di sekitar istana, menikmati udara segar dan pemandangan yang menakjubkan. Setelah itu, mereka mengunjungi British Museum. Alya terkesima dengan koleksi artefak bersejarah yang begitu kaya dan menarik. Mereka menghabiskan beberapa jam mengeksplorasi museum, dan setiap sudutnya memberikan mereka wawasan baru tentang sejarah dunia.

 

Menjelang sore, mereka kembali ke hotel untuk beristirahat sejenak. Malamnya, mereka memutuskan untuk makan malam di restoran yang terletak di tepi Sungai Thames. Restoran tersebut menawarkan pemandangan indah kota London yang berkilauan dengan cahaya malam. Alya memesan hidangan khas Inggris, fish and chips, sementara Mas Faris mencoba steak yang dimasak sempurna.

 

“Kota ini begitu indah di malam hari,” kata Alya sambil memandang pemandangan sungai dan jembatan Tower Bridge yang megah.

 

“Iya, rasanya seperti mimpi bisa berada di sini bersamamu,” jawab Mas Faris sambil menggenggam tangan Alya.

Bersambung...

1
Sodikin Jin
hmmmm...kak, saya lebih suka, cerita tentang kultifasi. 🙏
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️: Tapi sayang, sepertinya tidak dilanjutkan. Jika ingin audionya dilanjut, harus banyak yang beri saran langsung pada pihak Mangatoon
Sodikin Jin: tidak apa kak... saya tunggu setiap audio kakak tentang kultifasi.
total 3 replies
Kamaya
kenapa ya, geng cewek ky gini merasa harus memiliki cowok populer di sekolahny. pdhal aslinya dia gak dilirik samsek ma tuh cowok. tapi ttp aja mngklaim jgn direbut org lain. hm.,..
Kamaya
Pasti jodoh Alya cowok. Iya kan tor? 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!