NovelToon NovelToon
Pesona Mantan Istri

Pesona Mantan Istri

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Selingkuh / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Penyesalan Suami
Popularitas:5.7M
Nilai: 4.7
Nama Author: rishalin

Riana Maharani, seorang Ibu rumah tangga yang dikhianati oleh suaminya Rendi Mahardika. Pria yang sudah lima tahun lamanya ia nikahi berselingkuh dengan sekertaris barunya, seorang janda beranak dua.
Alasan Rendi berselingkuh karena melihat Riana yang sudah tidak cantik lagi setelah melahirkan putri pertama mereka, yang semakin hari lebih mirip karung beras.
Riana yang hanya fokus mengurus keluarga kecil mereka sampai lupa merawat diri dengan kenaikan berat badan yang drastis.
Riana bersumpah akan kembali menjadi cantik dan seksi hanya dalam waktu tiga bulan demi membuat suaminya menyesal sudah berselingkuh.

Akankah Riana berhasil merubah penampilannya hanya dalam waktu tiga bulan dan berhasil membuat Rendi menyesal?

Yuk baca ceritanya!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Contohnya hari ini, Rama pun tau jika Darren sedang memberinya pelajaran, tapi Riana seakan tidak takut pada Darren, ia justru lebih ke sedikit melawan.

Seumur Rama bekerja di sini, baru Riana saja yang bisa bernegosiasi dengan Darren, biasanya jangankan untuk bernegosiasi, mendengar suara Darren saja para karyawan sudah bergetar.

Beberapa saat kemudian Darren bangkit dari tempat duduknya. "Aku mau turun sebentar, ada sesuatu yang tertinggal di dalam mobil," ucap Darren pada Rama.

"Apa aku saja yang mengambilkannya Pak," Rama menawarkan.

"Tidak perlu, lanjutkan saja pekerjaanmu," jawab Darren.

Lalu Darren pun ingin membuka pintu, dan di saat yang bersamaan Riana pun masuk untuk memberikan berkas yang tadi ia foto copy.

Karena sama-sama tidak tahu, jadilah keduanya bertabrakan, bahkan Riana menabrak tubuh Darren, tapi Darren yang tidak siap, seketika oleng karena tak mampu menahan tubuh Riana, hingga akhirnya ia pun terjatuh dengan Riana tepat ada di atasnya.

"Ya Tuhan!!"

"Astaga!!"

Teriak Darren dan Riana bersamaan.

Rama yang mendengar bunyi gedebum pun seketika berdiri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

"Astaga... Rama cepat tolong aku, kenapa kau malah diam saja!!" teriak Darren dengan sesak nafas karena tubuhnya tertimpa Riana

"B-baik Pak," Jawab Rama.

Rama pun segera berlari untuk menolong Darren.

"Astaga ... Aku akan mati kerena wanita ini," umpat Darren, saat Rama berhasil menolongnya.

"Kau ini seperti banteng. Tubuhku rasanya ingin remuk."

"Maaf Pak, saya tidak tahu kalau ada Bapak di depan pintu," ucap Riana.

"Lain kali ketuk pintu kalau ingin masuk, jangan main nyelonong aja!!"

"Dari tadi saya masuk tanpa ketuk pintu Pak, Bapak aja yang tiba-tiba ada di depan pintu," kilah Riana.

"Berhenti membantah. Semakin hari kau semakin membuatku hampir gila."

"Aku akan mati muda kalau aku lama-lama bekerja di sini," ucap Riana dalam hati.

"Pak ... Tolong tenang dulu, jangan marah-marah. Bapak itu kalau nggak marah kelihatan manis Pak, sumpah. Tapi kalau marah-marah, Bapak sangat jelek Pak, sumpah."

"Diam!!!!" teriak Darren kesal.

Riana segera menunduk.

Darren melonggarkan dasinya yang terasa mencekik lehernya. "Cepat buatkan kopi," titah Darren.

"Tapi--"

"Cepat!!" teriak Darren.

"Iya Pak." Riana pun segera pergi ke pantry untuk membuat kopi, meski masih ada sesuatu yang ingin dia tanyakan tadi.

Beberapa saat kemudian Riana pun datang membawa kopi untuk Darren dan Rama.

"Saya tidak tahu, selera kopi yang Bapak suka, jadi saya buat sesuai insting saya aja."

"Kamu nggak meludah di kopi saya kan??" tanya Darren saat Riana meletakkan kopi yang ia bawa tadi.

Riana mendengus kesal.

Harusnya bosnya itu berterima kasih padanya, bukannya malah curiga.

"Atau jangan-jangan kamu kasih garam??"

Karena kesal Riana pun mengambil gelas itu, lalu ia pun meminumnya sedikit.

"Nah, ini sangat enak, tidak ada rasa garam, apa lagi bakalan mati keracunan."

"Heiii, ini kopiku. Lancang sekali kamu meminumnya," ucap Darren ketus.

"Ini sebagai pembuktian kalau aku tidak melakukan apa yang Bapak tuduhkan."

"Kamu--" Darren masih ingin berucap, tapi ponselnya tiba-tiba saja berdering.

Darren terlihat serius berbicara pada seseorang yang menghubunginya, ia bahkan sampai tidak sadar meminum kopi bekas Riana tadi.

Rama ingin memberi tahu, tapi karena Bosnya sedang serius, ia pun mengurungkan niatnya. Pria itu justru malah mengulum senyum.

Darren terlihat manggut-manggut, lalu tak lama ia pun mematikan ponselnya. "Kenapa kamu masih berdiri di situ? Kamu saya bayar di sini buat bekerja, bukan buat berdiri," ucap Darren pada Riana.

Riana pun berbalik hendak ke mejanya, tapi belum sempat ia duduk Darren kembali memerintah.

"Aku ingin makan martabak, cepat cari martabak sekarang!!" ucap Darren, dan membuat Riana seketika berbalik badan.

"Bapak nggak lagi mimpi kan??" tanya Riana heran.

"Kamu kira saya lagi tidur!!"

"Mana ada martabak disiang bolong begini. Setau saya, martabak adanya di malam hari Pak," protes Riana.

"Heii, ini di kota, bukan di perkampungan. Semua pasti ada. Pokoknya saya nggak mau tau, kamu harus dapat, kalau enggak, kamu jangan pulang. Pokoknya kamu harus cari sampai dapat."

"Ya Tuhan ...," gerutu Riana. Seumur hidup baru ini lah dia menemukan manusia menyebalkan seperti Bosnya ini.

Meski kesal tapi tetap saja Riana pergi, meski harus terus menggerutu sepanjang jalan.

Setelah kepergian Riana, kedua sudut bibir Darren mengembang sempurna. Dia baru sadar ternyata asik juga mengerjai sekertarisnya ini.

Sampai jam makan siang habis, Riana belum juga datang, sehingga Darren dan Rama menghadiri rapat tanpa kehadiran Riana.

"Dia memang Bos gila, pantas saja tidak ada sekertaris yang betah bekerja dengannya. Kalau begini, aku pun bisa gila di buatnya!!" Riana menghentak-hentakkan kakinya saat sudah sampai di lobi kantor dengan menenteng martabak yang di minta Bosnya yang gila.

Kesal sekali rasanya, bisa-bisanya dia meminta hal yang di luar nalar.

Demi martabak yang di minta Bosnya, dia harus mendatangi tukang martabak yang belum buka lapak, tapi Riana memintanya untuk membuatnya dua porsi saja, dan Riana harus membayar dengan mahal martabak itu.

Kebetulan saat Riana sampai, Darren baru keluar dari ruang meeting dan masuk ke dalam ruangannya.

"Ini martabak yang Bapak minta. Sekarang aku minta ganti rugi tiga ratus ribu," ucap Riana saat meletakkan martabak di atas meja Darren.

"Tiga ratus ribu?? Apa kau mau memerasku?" tanya Darren kaget.

"Kenapa saya harus memeras Bapak?? Harganya memang segitu." Riana ngotot.

"Memang kamu pikir saya bodoh? Mana ada martabak semahal ini!!" tunjuk Darren.

"Demi martabak yang Bapak minta, saya harus memaksa tukang martabak untuk membuatnya, tapi dia minta dua ratus ribu, sedangkan yang seratus ribu untuk ongkos berkeliling mencari martabak tersebut," ucap Riana kesal.

"Harusnya kalau mahal jangan di beli."

"Kalau aku tidak membelinya, Bapak melarangku pulang sampai aku mendapatkannya. Cepatlah kembalikan uangku," kata Riana dengan tidak sabar.

"Aku tidak punya uang kes, nanti saja kalau gajian, sekalian di transfer," ujar Darren santai.

"Bapak ... Itu uang terakhirku untuk makan selama setengah bulan ke depan, kalau Bapak tidak membayarnya, aku tidak bisa makan."

"Dramatis sekali. Hanya uang tiga ratus ribu saja" cibir Darren.

"Bapak bisa berkata seperti itu, karena tidak pernah berada di posisiku. Aku bahkan rela berjalan kaki pulang pergi agar uang itu cukup sampai setengah bulan ke depan. Aku bahkan tidak makan siang demi mengirit, dan sekarang gara-gara Bapak uangku habis, tapi Bapak tidak mau menggantinya. Kenapa Bapak sangat jahat ... Huaaaaa." Riana menangis sesegukan sembari menutup wajahnya.

"Astaga.. Aku hanya bercanda, diamlah. Kau ini seperti bayi saja," omel Darren, tapi Riana tidak perduli dan masih tetap menangis.

Darren pun menghubungi Rama. "Cepat kemari, berikan wanita ini uang satu juta. Kupingku bisa tuli kalau dia terus menangis," ucap Darren.

Tak lama Rama pun masuk ke ruangan Darren dan cukup heran saat melihat Riana yang saat ini masih sesegukan.

Rama pun memberikan uang pada Riana. Riana hanya mengambil tiga lembar sesuai harga yang tadi ia sebutkan.

"Ambil saja semuanya, Pak Darren sudah memberikannya." Rama menyodorkan semua uang itu untuk Riana.

"Tidak usah, aku hanya mengambil hakku saja, aku tidak mau mengambil yang bukan uangku," ucap Riana sembari kembali ke kursinya.

***

Sore hari saat jam pulang kantor, Darren memutuskan akan pulang lebih awal dan tidak lembur seperti biasanya karena tubuhnya terasa sangat lelah hari ini.

"Lifnya penuh, badan kamu kelebihan berat, nggak muat buat di sini."

Darren melihat Riana yang mundur dan tak jadi masuk lift karena di larang oleh beberapa karyawan wanitanya.

Saat Riana berjalan menuju tangga darurat, tiba-tiba Darren memanggilnya.

******

******

1
Kamiem sag
udahlah Rendi udah punya istri juga kan
Kamiem sag
😃😃
Kamiem sag
apa kabar Byan sudah 2 hari ditinggal Riana
Astrid Ratnaningrum
Luar biasa
Kamiem sag
tuh kan mami suka??? kalian dua aja bodoh
Kamiem sag
mari bertengkar lagi
damiana widyana
riana bego pantesan hidupnya gak bahagia. kalo udah kejadian baru ntesel nangis2
Kamiem sag
wajar sih Riana kena tampar, gak jujur sih, coba jujur sejak awal kan gak semalu ini
Kamiem sag
Darren jgn lupa urus buku/akta nikah kalian
Kamiem sag
sedih aku bayangin malunya mami akibat ambisinya yg gak kaleng-kaleng
Kamiem sag
mami juga bodoh egois maksain keinginannya sendiri macam mami aja yg mau kawin
Amira juga bodoh egois udah dimintai tolong Darren buat bicara ke mami kalo mereka gak akan menikah!! ehh... malah ngotot dgn segala cara buat bisa nikahin Darren
Kamiem sag
nah.... malubesar kan mami gegara kebodohan Riana??
damiana widyana
kok lama concludenya darren dan riana... bosen bacanya
Kamiem sag
bodoh kok dipelihara
Riana selain bodoh juga tolol paok pekok longor bittot
seperti gak kebagian akal Riana sampai gak bisa mikir betapa besar rasa malu besok
Kamiem sag
muak Thor
tokohnya berat buat jujur
Hanum Kamila Jasmine
Luar biasa
Kamiem sag
sebenernya lebih baik ngaku sekarang Thor daripada nanti saat jebakan ijab qobul yg direncanain mami kan malunya lebih besar krn banyak tamu undangan yg hadir, gimanasih Riana Darren goblok banget
damiana widyana
Amira oh amira kamu ingin bahagia tapi tidak mempersulikan kebahagiaan Darren...Egois
Kamiem sag
muak gak sih sampai bab ini tokoh masih suka perang batin?
Kamiem sag
mana Darren gak kunjung mengurus/melapor ke KUA utk mendaftarkan pernikahan pula
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!