*Harap bijak membaca. novel ini mengandung cerita dewasa*
Kisah cinta antara Alaska dan Kejora yang diawali dengan perjodohan
Alaska mahasiswa kedokteran tingkat akhir di Universitas terkenal di Bandung yang Gaul, ganteng dan terkenal, banyak gadis yang mengejarnya tetapi agak arogan dan dingin atau cuek dipaksa menikah dengan dengan seorang gadis 19 tahun yang tidak dia kenal sebelumnya bernama Kejora gadis dari Bali yang seorang anak pesantren yang lemah lembut, cantik dan mempunyai mata yang indah dan kulit yang putih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejora ngambek
Hari itu Aska janji menjemput Kejora ke kampus karna terlalu sibuk di rumah sakit Aska terlambat hampir satu jam.
Semenjak dari kampus sampai di rumah Kejora lebih banyak diam dan hanya sedikit bicara. Dan sampai dikamar Kejora juga langsung menaruh tas di kasur trus masuk kamar mandi.
Setelah beberapa menit menunggu ditepi ranjang akhirnya Kejora keluar dari kamar mandi dan sudah berganti pakaian dengan gaun tidur.
Wanita itu langsung naik ke atas ranjang tanpa berbicara terlebih dahulu.
"Kamu ngambek?" celetuk Aska yang membuat Kejora langsung menoleh kearahnya dengan perlahan.
"Nggak, siapa yang ngambek?" balas Kejora masih dengan ekspresi yang sama, tidak ada senyuman yang terukir dari wajah cantik itu.
"Kamu yang ngambek, aku tau apa yang ada dipikiran kamu" ucap Aska lagi yang membuat Kejora menautkan kedua alisnya
"Idihhh, memang cenayang apa? Udah aku mau tidur" Kejora merebahkan tubuhnya dan memunggungi Aska
Kejora memejamkan matanya dan ingin tidur terlebih dahulu, tapi perasaannya malah yak karuan.
Wanita itu menunggu tangan kekar melingkar pada tubuhnya. Kejora mengubah posisi tidurnya menghadap ke atas.
Tapi, mengapa Aska sekarang tak memeluknya.
Kejora menggerutu dalam hatinya, padahal semarah apapun biasanya Aska tak bisa tidur tanpa memeluk tubuh istrinya itu.
"Ck..!" sebuah decakan kesal keluar dari mulutnya
Kejora membuka matanya dengan perlahan , tiba - tiba saja mata Kejora membulat sempurna ketika melihat wajah Aska tepat berada di hadapannya
"Kak Aska ngapain?" tanyanya tergagap
"Lagi liatin bidadari tidur!" jawab Aska yang membuat hidung Kejora langsung kembang kempis, sekuat tenaga ia menahan senyuman dari bibirnya.
"Lebai, udah akh sana! Aku mau tidur" Kejora mendorong tubuh Aska agar menjauh.
Namun, pria itu malah memegang tangannya.
Cup!
Aska mencuri ciuman dari kedua bibir Kejora yang menggoda
"Hisss, mula!" Kejora mengusap bibirnya bekas ciuman Aska.
"Kamu tau aku gak bisa tidur kalau gak meluk kamu sayang, ngambek boleh tapi tidur sendiri jangan" Aska memeluk tubuh rampung Kejora dengan erat.
...****************...
Sementara itu Gadis kembali menarik tangannya kembali menarik tangan Bara untuk kembali masuk ke kamarnya.
Karena kalau tidak dipaksa, pemuda itu akan kembali tidur di sofa.
Bara sampai saat ini belum pulang kerumahnya, meski beberapa kali Dina menghubunginya tapi Bara mengabaikannya.
Sebenarnya Bara masih bingung, entah apa yang harus dilakukannya saat ini.
Ia masih bingung dengan pernikahan ini.
Padahal, bisa saja ia memutuskan ikatan pernikahan ini, tapi ketika melihat wajah Gadis entah kenapa ia merasa tidak tega.
Bara duduk termenung ditepi ranjang dengan wajah yang terlihat bingung.
Gadis yang baru saja berganti pakaian, keluar dari kamar mandi dan mendekat ke arahnya.
Gadis membawa ponsel Bara yang kini telah jadi miliknya.
Bara memandang wajah Gadis yang selalu ceria, bahkan Bara tidak pernah melihat Gadis murung.
"Dis, lo mau gak pisah sama gue?" Celetuk Bara yang membuat mata Gadis terbuka lebar.
"Maksud lo cerai gitu? " seketika senyum Gadis memudar.
"Iya, itu kalau lo mau" jawab Bara dengan nada bicara yang terdengar datar, seperti ekspresi wajahnya saat ini.
"Bara siapa sih yang mau bercerai setelah menikah? Gue tau kita ini menikah secara tiba - tiba. Tapi kalau harus bercerai, dan menjadi janda gue ogah" tolak Gadis dengan cepat.
"Beneran, gue masih merasa aneh dengan pernikahan ini. Hidup lagi capek - capeknya mikirin bokap dan nyokap tiba - tiba malah di grebek." Bara terkekeh sambil memijat keningnya.
"Mau itu berarti petunjuk dari Allah Subhana Wa Ta ala, mungkin saja gue bisa jadi obat capek buat lo" cerocos Gadis dengan penuh percaya diri.
"Emang lo bisa ngapain? Lo bisa ngilangin beban pikiran gue, jujur saja pikiran gue masih kacau, bukan cuma mikiran pernikahan kita yang gak jelas ini, tapi kenapa gue jadi anak orang yang gak ada ikatan pernikahan , bahkan gue gak tau muka bokap gue gimana, gak tau dia orangnya kaya gimana. Ck.. gue beneran kacau, Dis" Bara mengusap wajahnya dengan kasar.
"Gue paham, sekarang lo tidur biar gue pijat kepala lo" titah Gadis.
"Tiduran? Lo gak bakalan macam - macam kan.?
"Takut bener lo gue perkosa, udah lo cepetan tiduran!" Gadis menarik bahu Bara dan menidurkan diatas pahanya.
"Posisi ini gak bahaya ta?" ucap Bara seraya menatap wajah Gadis dari bawah.
"Gak, kecuali lo tengkurep diatas paha gue, itu baru bahaya, tapi gak apa - apa sih kalau lo mau" jawab Gadis terkekeh.
"Gue takut, gue masih perjaka soalnya" Balas Bara seketika membuat Gadis tertawa.
"Anjiir, lo pikir gue tante -tante pemakan brondong apa?"
"Hampir mirip sih!" Bara memperhatikan wajah Gadis
"Ngeselin banget lo, awas aja ya kalau lo sudah jatuh cinta sama gue" Gadis mengibaskan rambutnya dengan penuh percaya diri.
"Dih.. PD banget!"
"Liat aja, gue akan buktiin lo akan jatuh cinta secepatnya sama gue"
"Buktiin aja kalau bisa" tantang Bara
"Oke siapa takut? lihat saja, gue pasti bisa bikin lo jatuh cinta sama gue dalam waktu satu bulan. Kalau gue gak berhasil, lo boleh ceraikan gue" tutur Gadis tanpa ragu.
"Deal?" Bara mengangkat jari kelingkingnya.
"Deal?" saut Gadis seketika menautkan jari kelingking mereka.
...****************...
Setelah beberapa hari Bara masih saja pulang ke rumah Gadis
Ia sama sekali belum pulang ke rumah ibunya.
Bara mengatakan kepada Viona kalau dia berada di rumah Reno, oleh karena itu ibunya tidak mencarinya.
Walaupun sudah jelas Bara bukan anak laki - laki itu. Namun, Dina tidak akan membatasi kalau Bara dan Reno masih mau berhubungan baik.
Pemuda itu sedang duduk di kursi tengah rumah Gadis. Tangannya memegang ponsel, tp pikirannya entah kemana.
Ia sedang memikirkan langkah selanjutnya, apa yang harus ia lakukan dengan pernikahan ini?"
Apakah ia tetap bertahan dengan Gadis, sementara dirinya belum mempunyai perasaan kepada Gadis.
Gadis melihat Bara lagi sendiri, dan ia membiarkannya saja.
Gadis memilih menghampiri sangat ibu yang berada di dapur.
"Mah!" panggilnya dengan nada yang sedikit pelan.
Wanita paruh baya itu langsung menoleh ke arah putrinya.
"Ada apa?"
"Mah,Gadis mau tanya gimana cara bikin suami jatuh cinta sejatuh - jatuhnya" ucap Gadis masih dengan nada pelan supaya tak terdengar sampai ke telinga Bara.
"Nih, taruh aja di wajan trus nyalain kompornya biar cintanya matang sempurna!" Rinda menunjuk kw arah kompor yang tak jauh dari sana.
"Iikh Mama! cepetan kasih tau dong" Gadis memegang tangan mamanya seperti memohon
"Ya kamu tunjukkan aja perhatian kamu, rasa cinta dan kasih sayang kamu, perlakuan baik, laki - laki bakal luluh sendiri kalau setiap hari diperlakukan seperti raja. tapi ingat jangan terlalu merendah juga, karna raja itu bersanding dengan ratu bukan dengan pembantu, jika kamu memperlakukan suamimu seperti raja, kamu jangan lupa juga harus bersikap layaknya ratu supaya sepadan" Rinda menjelaskan panjang lebar.
Gadis mengangguk paham
"Oke! trimakasih ma, sekarang Gadis akan langsung mempraktekkannya. Kebetulan Bara lagi bengong, enaknya dikasih apaan ya? Kopi arsenik atau... "
"Heh, kamu mau membunuh suamimu?" sergah Rinda dengan mata membulat sempurna.
"Hahhaha.. beciaaandyaaa... emmm.. Gadis buatkan kopi aja kali ya Ma? Sekalian sama gorengannya."
"Ya udah buatkan kopi sana! Tu sekalian combro nya mumpung masih hangat"
"Oke, makasih Ma!"
Setelah membuat kopi, Gadis membawa kopi tersebut dan sepiring combro kearah Bara yang masih diam mematung.
"Hai suamiku, lihatlah aku datang membawa apa?
Bara memandang kearah Gadis
"Kopi? lo pake buatin kopi segala? Gue jadi gak enak sama nyokap lo, gue disini cuma numpang doang" wajah Bara terlihat bingung
"Jangan ngomong kek gitu, lo kan suami hm gue Bara" Gadis memandang wajah pemuda itu.
"Iya tapi gue merasa gak enak, apa gue pulang aja ya? Gue gak mau jadi beban nyokap lo disini," tutur Bara yang membuat Gadis langsung memeluk tangannya.
"Kalau kamu pulang aku ikut! Bara kita ini suami istri jadi harus terus sama - sama"
Bara menyandarkan tubuhnya ke sofa setelah mendengar ucapan Gadis
"Gimana apa gue cari pekerjaan aja kali ya? Setidaknya gue bisa kasih lo nafkah, suami kan harus menafkahi istrinya. tapi, gue kerja apa ya?" Bara kembali terlihat berpikir.
"Kamu beneran mau kerja?"
"Iyalah , kalau pernikahan ini terus berlanjut, berarti gue harus nafkahin lo, ntar deh gue cari kerjaan"
maaf ya cuma koreksi dikit