Serra Valentino. Gadis itu tidak pernah menduga jika hidupnya akan berubah 180° setelah dijebak oleh kakaknya. Serra melewati satu malam bersama pria asing dan kehilangan mahkotanya yang paling berharga. Namun Serra berada di kamar yang salah. Dia tidur bukan dengan pria hidung belakang yang telah disiapkan oleh kakaknya, melainkan seorang penguasa.
"Menikahlah denganku, aku akan membantumu untuk balas dendam!!"
Serra kemudian menikah dengan laki-laki asing itu. Dan dia membantunya untuk membalas dendam pada keluarganya. Lelaki itu membantu Serra menghancurkan orang-orang yang telah menghancurkan hidupnya. Namun seiring berjalannya waktu, rahasia besar pun terungkap jika sebenarnya Serra bukanlah putri kandung dari mereka yang selama ini dia anggap sebagai orang tuanya. Melainkan putri dari seorang wanita yang sangat kaya raya dan berpengaruh.
Lalu bagaimana hidup Serra setelah menikah dan menjadi istri seorang penguasa? Kebahagiaan atau penderitaan yang akan dia dapatkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bingkisan Misterius
Sebuah paket berpita tiba di depan pintu gerbang Mansion mewah milik Lucas.
Kalau dihitung-hitung ini bukan kali pertamanya ada paket misterius yang mampir, dalam satu Minggu sekitar 3-4 kali mansion Lucas kedatangan paket misterius.
Seorang penjaga meraih paket itu ragu-ragu, takut jika paket itu jauh lebih mengerikan dari paket yang datang sebelumnya. Mengejutkan, jijik, lusuh dan horor.
Ya, horor.
Di hari pertama Lucas mendapat surat ancaman kematian, surat itu ditulis dengan darah. Dan teror itu terus berlanjut sebanyak tiga sampai empat kali dalam satu Minggu. Namun Lucas tak terlalu menghiraukannya, karena dia tau itu adalah perbuatan orang-orang yang menginginkan kematiannya.
Penjaga membawa paket itu pada Lucas lalu menyerahkan pada sang majikan. "Tuan, ada paket misterius lagi. Tapi kami tidak berani membukanya. Kami takut jika isinya lebih mengerikan dari yang sebelumnya." Ucap penjaga itu.
"Bawa keluar, kita tidak tau apa isinya. Biar aku sendiri yang membukanya,"
"Tapi, Tuan~"
"Kosongkan halaman dan pastikan tidak ada orang yang mendekat ketika aku membuka paket misterius ini!!" Lucas bangkit dari duduknya lalu melenggang keluar, diikuti si penjaga yang kemudian berjalan mengekor dibelakangnya.
"Ada paket lagi?" Serra menghentikan langkah Lucas ketika mereka berpapasan di tangga.
Lucas mengangguk. "Kali ini kita tidak tau apa isinya, jadi aku meminta penjaga untuk membawanya keluar. Sebaiknya kau tetap disini, kita tidak ada yang tau apa yang ada di dalam paket ini. Aku akan membukanya di luar." Ucap Lucas lalu beranjak dari hadapan Serra.
Serra menahan lengan pria itu. "Kenapa harus kau sendiri yang membukanya? Bagaimana jika yang ada di dalam kotak ini adalah benda berbahaya? Sebaiknya minta orang lain saja yang membukanya." Serra memohon.
Lucas menggeleng. "Karena kemungkinan berbeda berbahaya, justru aku sendiri yang harus membukanya. Aku tidak bisa membahayakan orang lain hanya demi melindungi diriku sendiri." Jawab Lucas dan membuat Serra terbungkam.
Tanpa berkata apapun lagi. Lucas meninggalkan Serra begitu saja, wanita itu masih terpaku ditempatnya berdiri. Entah kenapa tiba-tiba perasaan Serra jadi tidak enak.
Wanita itu segera tersadar dari lamunan panjangnya dan bergegas keluar untuk menyusul Lucas.
DUAARRR...
Belum juga Serra mencapai pintu. Sudah terdengar suara ledakan keras dari luar. Serra terkejut setengah mati. Dia berlari keluar dan mendapati Lucas yang sudah berdarah-darah. Serra segera menghampiri Lucas. "Lukamu cukup parah, kita ke rumah sakit." Ucap Serra, namun Lucas menolaknya.
"Tidak perlu. Lagipula lukanya tidak seberapa, hubungi saja dokter Kim dan minta dia untuk datang." Pinta Lucas.
Serra membantu Lucas untuk berdiri. Pria itu terluka dan berdarah-darah. Dan ketakutan Serra benar-benar terjadi. Beruntung hanya ledakan kecil, jika saja ledakannya lebih besar dari yang tadi, mungkin tubuh Lucas terluka lebih parah dari ini.
.
.
Luka-luka Lucas sudah diobati dan dibalut perban. Bukan hanya wajahnya saja yang terluka, tetapi leher, dada dan lengannya juga. Mata kirinya juga mengalami cidera akibat terkena percikan dari ledakan tadi, beruntung cidera itu tak berakibat fatal pada penglihatan Lucas.
Serra menghampiri Lucas di kamarnya setelah mengantar dokter Kim keluar. "Apa kau tau kira-kira siapa yang mengirim teror-teror itu?" Tanya Serra penasaran.
"Hanya ada dua orang. Kakek dan Axel, dua orang itu sangat dendam padaku. Aku masih menyelidikinya. Cepat atau lambat aku pasti menemukan siapa pelakunya." Jawab Lucas.
"Hal ini tidak bisa dibiarkan dan harus segera ditindak dengan tegas. Lalu bagaimana dengan CCTV di depan, apa kau sudah memeriksanya?"
Lucas mengangguk. "Sudah, tetapi CCTV-nya sudah di rusa. Jadi kita tidak berhasil menemukan petunjuk apapun." Jelasnya.
"Kalau begitu perketat keamanan, tambakan lagi penjaga di luar. Kita tidak tau kapan orang itu akan mengirimkan terornya lagi. Dan aku yakin, mereka tidak akan berhenti sampai mencapai apa tujuannya." Tutur Serra.
"Kau tidak perlu cemas, aku tau apa yang harus dilakukan. Masalah ini biar aku yang mengurusnya, kau tidak perlu mencemaskan apapun. Semua akan baik-baik saja," Lucas menyentuh sisi wajah Serra. Kecemasan terlihat jelas di dalam sorot matanya.
"Jujur saja, Lu. Aku tidak bisa tenang memikirkan hal ini. Jika saja kau tidak mengusir mereka keluar dari rumah ini. Pasti kejadiannya tidak akan seperti ini, aku takut mereka akan melakukan yang lebih parah dari ini." Ujar Serra.
"Kau masih belum mengenal suamimu dengan baik, Serra. Lagipula aku bukan orang yang bisa diremehkan, dan yang terjadi hari ini aku anggap sebagai peringatan kecil. Dan lihat bagaimana aku akan membalas perbuatan mereka!!"
Lucas bukanlah orang yang bisa di remehkan. Ada sebuah rahasia besar tentang dirinya yang tak banyak diketahui oleh orang lain, termasuk keluarganya. Dan berani mencari masalah dengannya sama saja dengan mengantarkan nyawa secara cuma-cuma.
"Kau mau pergi kemana? Kau masih sakit," Serra menatap Lucas yang sepertinya bersiap untuk pergi.
"Aku baik-baik saja. Ada sesuatu yang harus aku selesaikan. Tetap di rumah dan jangan pergi kemana pun. Diluar sangat berbahaya, aku pergi dulu. Tidak perlu menungguku untuk makan malam. Mungkin aku akan sedikit terlambat."
"Tapi~"
"Aku pergi dulu." Lucas mengecup singkat bibir Serra dan pergi begitu saja.
Serra tidak bisa menghentikannya, meskipun sebenarnya dia ingin melarang Lucas untuk pergi. Karena Serra masih tau akan batasannya.
-
-
"Bersulang!!!"
Empat orang di dalam ruangan itu tengah merayakan atas kemenangan kecil mereka hari ini karena berhasil melukai Lucas meskipun itu tidak seberapa. Ya, mereka adalah kakek Xiao, Axel, Anita dan Andien. Sekarang kakek Xiao tinggal bersama mereka berempat.
"Itu sudah cukup lumayan, setidaknya kita sudah berhasil melukainya. Dan ini baru permulaan saja, karena kejutan besar akan segera datang padanya." Ucap Kakek Xiao sambil menikmati wine-nya.
"Tapi aku belum puas, seharusnya kita membuat dia terluka lebih parah dari ini. Bahkan kalau perlu sampai dia cacat." Ucap Andien menimpali.
"Namanya juga hanya sebuah peringatan kecil, nanti kita akan memberikan kejutan yang lebih besar lagi. Karena Kakak sudah menyiapkan sesuatu yang menarik untuknya." Jawab Axel.
"Sudah-sudah, ini bukan saatnya untuk berdebat. Ini adalah sebuah awal dari kemenangan. Kita harus bersuka cita dalam merayakannya." Anita menengahi perdebatan kecil Andien dan kakaknya.
Mereka berpikir jika keberhasilan kecilnya ini adalah sebuah awal dari kemenangan. Tetapi mereka tidak sadar, jika keberhasilan mereka ini adalah awal dari sebuah kehancuran. Karena mereka baru saja membangunkan seorang Iblis neraka yang sudah lama tertidur pulas.
Karena Lucas tidak akan tinggal diam. Dia pasti akan membalas perbuatan mereka semua. Dan pembalasan Lucas tentu tidaklah main-main.
-
-
Bersambung.