Kanaya tidak pernah ada perasaan pada Bian saat pemuda itu menyatakan cinta nya tapi lambat laun rasa itu tumbuh untuk Bian, saat perasaan itu mulai tumbuh subur sebuah kenyataan harus dia terima tentang alasan selama ini sang kekasih mendekatinya. Aya sapaan Kanaya sakit hati mendengar sendiri kenyataan itu dari mulut kekasihnya. Apa yang akan dilakukan oleh Aya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon E.Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
First Date
Bian mengajak Aya ke sebuah cafe yang ada di daerah pinggiran kota yang letaknya agak tinggi. Suasana malam itu terlihat sedikit ramai karena memang malam minggu, jadi banyak pasangan atau keluarga yang menghabiskan waktu di tempat itu, entah untuk makan malam bersama atau sekedar nongkrong saja
Bian menggandeng tangan Aya memasuki area cafe, dan berkeliling untuk mencari tempat yang terlihat pemandangan lampu lampu kota
"Di sini aja mau?" tanya Bian pada Aya yang ada di sampingnya
"Boleh" Aya lalu duduk di sana diikuti oleh Bian
"Permisi kak, ini nomor mejanya,, nanti untuk menu dan pemesanan bisa langsung scan barcode yang ada di belakang nomor meja ini ya kak,, jadi untuk payment nya cashless ya kak" seorang waitress perempuan menghampiri mereka dan menjelaskan sistem pelayanan di sana
"Okey terimakasih mbak" Aya tersenyum ramah
"Sama-sama kakak" waitress itu pun undur diri dari hadapan mereka
Bian men-scan barcode yang ditunjuk waitress tadi dan mulai memilih menu bersama Aya, setelah itu mereka tinggal menunggu menu yang dipesan sampai ke meja mereka
"Tadi jadi pembekalannya?" tanya Aya pada Bian yang sedang memperhatikan suasana sekitar cafe
"Huum jadi,, aku sekelompok sama Gavi sama ada yang lain juga cuma agak jauh sih dari jakarta"
"Oh ya? jadi kita LDR an dulu sebulanan besok" Aya nyengir
"Gak jauh jauh banget kali Ay,, cuma di daerah Subang aja" jelas Bian
"Subang itu jauh Bi,, Bekasi ke Subang hampir 3 jam" Aya mendelik
"Ya gpp kalo kangen kamu telfon aku aja, nanti aku dateng Hehe" Bian cengengesan
"Apasih,," Aya manyun "Terus kamu kost dong di sana?" Aya bertanya lagi
"Ngga kost,, tapi ngontrak rumah bareng yang lain, kan kita KKN juga di sana jadi ngontrak di perkampungan penduduk di sana Ay" tepat setelah Bian selesai menjelaskan, makanan yang mereka pesan pun datang dan dihidangkan oleh waitress di meja mereka
"Selamat menikmati kak" Mbak waitress itupun beranjak dari hadapan mereka
Aya yang masih penasaran tentang rencana PKL Bian yang diadakan secara bersamaan pun lanjut bertanya
"Terus yang buat pendalaman studi nya kapan?" Aya meminum es cokelat nya
"Ya pagi kita di perusahaan konstruksi gitu, cuma proyeknya ada di daerah Subang juga deket sama kita KKN, jadi pagi kita ada di proyek jalan Subang dan sore kita ikutin kegiatan warga desa di sana" jelas Bian
"Ohh gitu ya,," Aya manggut manggut saja, dia juga belum bertanya dengan Kevin di mana abangnya itu akan melaksanakan PKL serta KKN nya
Mereka menikmati makam malam ini dengan tenang dan bahagia, sikap Bian yang lembut membuat Aya merasa sangat dicintai. Aya tersenyum melihat ucapan dan tingkah Bian yang terkadang terlihat konyol
"Cobain deh Ay,," Bian mengambil sedikit makanannya dengan sendok dan menyodorkannya pada Aya, Aya yang tertegun sejenak menatap sendok yang tepat berada di depannya, lalu tersenyum dan membuka mulutnya untuk menerima suapan Bian
"Gimana? enak kan?" tanya Bian sembari memperhatikan ekspresi Aya
Aya menganggukkan kepalanya dan mencoba mencerna rasa yang ada di lidahnya
"Emmm,, enak kok"
"Nah kan, ini salah satu carbonara enak yang pernah aku cobain" Bian berkata dengan antusias karena Pasta Carbonara adalah salah satu makanan favoritnya
"Aku juga ngerasa gitu sih dan ga enek juga" komentar Aya
Beberapa saat kemudian, mereka berdua sudah menghabiskan makanan yang ada di meja dan mereka juga tampak puas karena menurut mereka makanan yang dipesan enak dan sesuai dengan selera mereka berdua
"Mau pulang sekarang? atau kamu mau kemana lagi?" Bian meminta persetujuan Aya
Aya melihat jam tangannya sebelum mengambil keputusan. terlihat saat ini jam menunjukkan pukul 19.30 masih ada satu setengah jam sebelum jam malamnya habis
"Boleh anterin ke toko buku?" Aya bertanya pada Bian
"Sure,, mau sekarang?" Aya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Bian
"Ya udah ayok,," Bian menggandeng Aya untuk keluar dari area cafe menuju mobilnya
Saat di mobil, Aya baru teringat melihat Bian dan Sella tadi siang di mall saat makan siang. Aya berniat menanyakan hal tersebut pada Bian, Aya ingin melihat kejujuran Bian
"Tadi siang habis pembekalan di kampus kamu langsung pulang?" tanya Aya hati-hati
"Harusnya iya tapi tadi Sella telfon aku, dia minta tolong aku buat nemenin dia buat cari kado cowoknya" Bian yang sedang menyetir, menjawab tanpa mengalihkan fokus di depannya
"Oh gitu,, terus ke mall tadi?" tanya Aya yang diam-diam merasa lega, walaupun ada yang mengganjal saat melihat Bian bersama Sella setidaknya Bian sudah jujur padanya
"Iya,, terus sekalian makan siang,, lumayan ditraktir Sella karena habis bantu dia cari kado" Bian terkekeh
Aya hanya tersenyum menanggapinya,, bingung juga harus merespon bagaimana ketika pacar kalian menceritakan kegiatannya yang sedang jalan keluar dengan cewek lain,, Yaa walaupun hanya dianggap adik
...*********...
"Kamu mau cari apa?" Bian membelokkan mobilnya ke parkiran toko buku yang cukup besar di daerah itu
"Mo cari novel aja sih buat isi liburan" Aya nyengir, Bian hanya tersenyum tipis melihat kekasihnya
Bian dan Aya memasuki toko buku lalu berjalan menuju bagian Novel yang terletak di ujung toko bagian kiri
"Ay,, aku mau ke toilet dulu ya" Bian pamit pada Aya dan pergi dari hadapan gadis itu
Aya berjalan menuju rak rak, dan terlihat membolak balik novel untuk melihat sinopsis nya hingga matanya tak sengaja melihat Bagas yang duduk di seberangnya tempat buku ensiklopedia berada. Aya membawa sebuah novel yang terlihat menarik lalu membawanya menuju ke tempat Bagas duduk
"Bagas,," Aya tersenyum menyapa Bagas, sedangkan Bagas hanya tersenyum sekilas pada Aya dan melanjutkan membaca bukunya
"Lo sendiri Gas?" Aya mendudukkan diri di depan Bagas
"Iya,," Bagas tidak mengalihkan pandangannya dari buku
"Suka baca ensiklopedia?" tanya Aya lagi memancing obrolan dengan Bagas
"Hemm" Bagas hanya berdehem saja menyahuti ucapan Aya
Aya menggaruk kepalanya sejenak untuk menerka neraka kenapa Bagas tiba-tiba kembali ke setelah awal, jadi dingin kepadanya. Padahal seingatnya, terakhir kalo dia sudah cukup dekat
"Sorry, gue ganggu ya Gas? gue pergi dulu ya,," Aya akan berdiri dari duduknya lalu tangan Bagas terukur untuk mencegahnya pergi
"Duduk aja" Bagas berucap dan melepaskan tangan Aya
"G usah,, ayok pergi" Bagas dan Aya menoleh ketika suara Bian terdengar. Bian kemudian menggandeng tangan Aya dan pergi dari sana
"Udah dapet novelnya?" Bian bertanya dingin
"Udah" Aya menjawab sambil melirik Bian yang mukanya sudah masam
Bian tidak menyahut tetapi langsung membawa Aya menuju kasir dan membayar belanjaan Aya berupa dua buah buku novel
"Ga usah Bi, pake ini aja,," Aya menyodorkan kartu debitnya namun ditepis Bian tanpa kata
Aya kemudian memasukkan kembali kartunya ke dalam dompetnya lalu pergi mengikuti Bian yang ada di depannya. Aya membuka pintu mobil Bian lalu masuk ke dalamnya dam melirik Bian yang sedang menyalakan mobilnya
"Bi,, itu novel aku, biar aku bayar sendiri ya" Aya berucap lembut karena tau Bian sedang marah padanya
"Ga usah" Bian menjawab singkat dan menjalankan mobilnya keluar dari area parkir toko
"Bi,, kamu marah sama aku?" Aya bertanya pelan
"Kamu ngapain nyamperin Bagas segala tadi?" Bian menyampaikan unek-uneknya
"Bagas itu temen aku Bi,, temen sekelas lagi,, salah kalo aku nyapa dia?" Aya mencoba memberi pengertian pada Bian
"Bukan gitu, tapi ga usah terlalu akrab sama Bagas aja" Bian melunak
"Emang kenapa sama Bagas? kenapa sih kamu keliatan kayak gak suka sama Bagas? Kalian ada masalah?" Aya merasa penasaran juga karena setiap melihat Bagas dan Bian bertemu mereka saling melempar tatapan tajamnya
"Pokoknya kamu ga usah deket-deket dia, okey,, cukup buat bahas Bagas hari ini" final Bian menutup perdebatan malam itu
Aya mengembuskan nafas pelan lalu memejamkan mata dan menyandarkannya pada sandaran kursi mobil. Gadis itu menoleh ke arah kiri, menatap pemandangan malam hari itu yang terlihat dari kaca mobil yang sedang berjalan. Bian hanya melirik ke arah Aya dan juga tidak mencoba membuka obrolan, alhasil setengah jam perjalanan ke rumah Aya hanya diisi oleh keheningan