Sungguh malang nasib seorang pria miskin nan buruk rupa. Jonatan selalu dihina oleh sang mertua dan dia tak pernah mendapatkan cinta dari sang istri yang sudah satu tahun dia nikahi, bahkan mereka selalu tidur dengan terpisah.
Suatu hari, Jonathan tidak sengaja membunuh seorang preman demi melindungi sang istri, sehingga Jonathan harus dipenjara dan divonis hukuman mati. Nasib Jonathan semakin memilukan ketika dia harus kehilangan adiknya yang mati dengan cara yang sangat mengenaskan.
Disaat perjalanan dari pengadilan menuju lapas, tiba-tiba terjadi sebuah kecelakaan yang membuat Jonathan telah dikira mati, padahal sebenarnya dia ditolong oleh seorang pria yang mengaku bahwa dia adalah kepercayaan ayahnya.
Lima tahun berlalu, Jonathan kembali ke Indonesia mengubah identitasnya menjadi Rafael Wilson. Menantu yang dulu buruk rupa kini telah berubah menjadi seorang pria yang sangat tampan. Dan dia adalah sang penguasa di dunia kegelapan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Di Italia, terlihat sebuah markas yang begitu megah. Markas tersebut adalah milik klan Lucifer, sebuah klan mafia yang begitu ditakuti dan disegani oleh musuhnya. Siapapun yang berurusan dengan mereka pasti tidak akan selamat. Dan ketua mafia tersebut bernama Steven Wilson.
Tuan Steven, pria berusia 52 tahun itu sudah lama mendirikan klan Lucifer. Pria tersebut memiliki bisinis legal maupun ilegal. Perusahaan legalnya bernama Wilson Group, perusahaan tersebut termasuk salah satu perusahaan raksasa terbesar di dunia, yang memiliki anak perusahaan di setiap penjuru dunia.
Namun, tidak ada yang mengetahui bahwa Tuan Steven rupanya memiliki bisnis di dunia hitam, seperti bisnis transaksi penjualan senjata api, mobil mewah, dan emas batangan. Semuanya dilakukan secara ilegal. Selain itu, klan Lucifer pun memiliki ratusan klub malam dan perusahaan kasino yang sangat menguntungkan.
Walaupun hidupnya bergelimang dengan harta, apapun yang dia inginkan bisa terpenuhi. Namun, dia sama sekali tidak merasakan bahagia.
Ketika dia masih muda, dia memiliki seorang istri bernama Fani, dan satu orang putra bernama Jonathan yang masih kecil. Saat Tuan Steven masih muda, dia tinggal di Indonesia, dan dia jatuh cinta kepada gadis desa bernama Fani.
Namun, suatu hari tiba-tiba saja Fani pergi meninggalkan mansion tanpa alasan yang jelas, dia kabur dari mansion membawa Jonathan yang masih berusia dua tahun.
Kepergian sang istri dan Jonathan membuat Tuan Steven sangat merasakan hatinya hancur. Dia pun menyuruh anak buahnya untuk mencari keberadaan mereka, tapi sayangnya sampai kini keberadaan mereka belum ditemukan, mungkin karena Fani sengaja tinggal bersama Jonathan di sebuah kampung pelosok yang sulit untuk dilacak keberadaannya.
Sungguh Tuan Steven sangat membenci sang istri, dia telah pergi meninggalkannya begitu saja, bahkan tega memisahkan dia dengan darah dagingnya sendiri.
Sehingga Tuan Steven terpaksa harus mengikuti permintaan mendiang sang ayah yang memaksanya untuk menikah lagi. Sang ayah telah mengurus perceraian dia dengan Fani. Pernikahan dia dengan istri keduanya tidak berlangsung lama, pernikahan mereka hanya bertahan selama lima tahun saja, itu semua disebabkan karena istri keduanya telah dinyatakan mandul.
Kemudian Tuan Steven pun mendapatkan sebuah kenyataan yang mengejutkan, ketika mendiang ayahnya meminta maaf kepada Tuan Steven, rupanya dia yang telah menyuruh Fani untuk pergi dari kehidupan putranya, mendiang ayahnya Tuan Steven tidak menghendaki hubungan mereka berdua, karena Fani adalah seorang wanita yang miskin. Dan dia ingin menjodohkan putranya dengan seorang wanita yang sederajat dengannya. Walaupun pada akhirnya dia menyesali keputusannya, karena ternyata istri kedua putranya tidak memungkinkan memiliki keturunan.
Sampai kini Tuan Steven masih mencari keberadaan sang mantan istri dan Jonathan, Jonathan kala itu masih kecil, jadi wajar saja dia tidak dapat mengingat lagi wajah ayahnya.
Terlihat Tuan Steven tengah berdiri menatap keluar jendela kantornya. Memandangi keindahan kota Roma pada siang hari.
Pria itu menghela nafasnya dengan panjang, dia nampak frustasi, karena sampai kini belum juga menemukan sang mantan istri dan Jonathan.
Tok!
Tok!
Tok!
Terdengar suara seseorang mengetuk pintu ruangannya.
"Masuk!" titah Tuan Steven dengan suara tegasnya.
Orang yang mengetuk pintu tersebut pun masuk ke dalam ruangan sang tuan besar, rupanya dia adalah orang kepercayaan Tuan Steven, pria itu bernama Matteo.
"Ada apa, Matteo?" tanya Tuan Steven begitu melihat Matteo masuk ke dalam ruangannya.
"Kami sudah menemukan keberadaan orang-orang yang anda cari, Tuan." jawab Matteo sambil memberikan beberapa berkas informasi mengenai Fani dan putra kandungnya.
Tuan Steven terperangah begitu mendengar informasi yang telah disampaikan oleh kaki tangannya itu. Dia pun segera duduk di sofa, membuka berkas tersebut.
Mata Tuan Steven nampak berkaca-kaca, hatinya begitu hancur setelah mengetahui kenyataan bahwa sang mantan istri telah meninggal dunia karena sering sakit-sakitan. Rupanya Fani sempat menikah lagi sehingga menghasilkan seorang anak bernama Vanya, tapi sayangnya suami keduanya harus meninggal dunia karena kecelakaan.
Kala itu Fani terpaksa menerima lamaran ayahnya Vanya karena ayahnya Vanya begitu baik kepadanya dan Jonathan, pria itu selalu membantu dirinya dan putranya yang hidupnya penuh dengan kesusahan.
"Tuan muda Jonathan telah dipenjara atas tuduhan pembunuhan berencana, saya mendengar sebentar lagi dia akan menjalani sidang putusan terakhir di pengadilan, kemungkinan besar dia akan mendapatkan hukuman mati." Matteo memberikan informasi secara lisan kepada Tuan Steven seraya memberikan selembar kertas informasi mengenai putra kandung tuan besarnya itu.
Tuan Steven pun mengepalkan tangannya, dia tidak mungkin membiarkan dirinya harus kehilangan seorang putra yang selama ini dia cari.
"Bantu putraku untuk melarikan diri, dan buat seolah-olah putraku sudah mati, agar tidak ada polisi yang mengejarnya lagi!" Tuan Steven memberikan perintah kepada kaki tangannya itu.
Matteo pun menganggukkan kepalanya, "Baik, Tuan."
