NovelToon NovelToon
Cerita Inspiratif Di Sudut Kota Tangerang

Cerita Inspiratif Di Sudut Kota Tangerang

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: mugiarni

Alinah seorang guru SD di kampungnya. Tidak hanya itu, Bahkan Alinah mengajak turut serta murid muridnya untuk menulis buku Antologi Alinah DKK. Alinah tidak memungut biaya sepeserpun atas bimbingan ini. Selain itu sosok Alinah juga sebagai seorang istri dari suami yang bernama Pak Burhan. Bagaimana aktivitas Alinah dalam keseharian itu akan terutang dalam buku ini. Alinah sebagai pendamping suami begitu sayang pada Pak Burhan. Bagaimana Alinah menjalani hari - hari selanjutnya tanpa ada Pak Burhan disisinya? Bagaimana pula Alinah meniti karir sebagai penulis novel? Simaklah buku ini untuk menatap dunia di luar sana .

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mugiarni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24: Hati yang Gundah

Sumber gambar dokumen pribadi Mugiarni

Flash Back

Kehidupan rumah tangga Pak Burhan bersama Alinah terus berjalan. Menjalani roda kehidupan. Pak Burhan itu sosok pendiam yang tak mengumbar perkataan pada orang lain. Apalagi bila perkataan itu menyakitkan bagi seseorang. Malah Alinah yang kerap berkorban perasaan dengan situasi yang dihadapinya. Pintu pagar bambu kerap kali difungsikan oleh tetangganya sebagai penjemuran alternative bagi mereka.

“Orang-orang pada menjemur baju di pagar bambu, tuh” Aku mengaduh pada Pak Burhan.

Pak Burhan diam seribu bahasa. Mencerna tutur kata yang disampaikan oleh Alinah.

Rumah mereka yang telah tertutup rapat oleh kokohnya suatu bangunan membuat mereka senantiasa mencari ruang untuk jemuran baju. Jemuran yang tak tertampung itulah yang menuntun langkah kaki mereka keluar dari rumah mereka. Meski tak semua orang yang bertetangga bersama Alinah itu menjemur baju di pagar halaman rumah Alinah, kendati demikian Alinah tetaplah berperasaan.

Alinah menggerutu.

“Parah Nih, punya tetangga tapi tidak punya hati nurani, menjemur baju di depan tanpa permisi. Kalau menjemur baju bagus itu masing mending. Ini mah menjemur Lap?!” kata Alinah dengan hati yang dongkol.

Entah siapa yang memulai terlebih dahulu menjemur di pagar bambu itu. Yang jelas hati Alinah merasa terusik dengan pemandangan seperti itu. Alinah menahan diri agar tidak menjemur pakaian di pagar itu, dirinya menyadari bila menjemur pakaian di pagar depan itu Bukanlah perilaku yang etis. Apalagi Alinah berprofesi sebagai seorang pendidik. Jadi sikap dan tindak tanduknya akan menjadi panutan bagi orang lain di sekitar.

Alinah terkenang pada masa kecilnya dulu ketika dirinya masih tinggal di kampung.

"Namanya sebagai seorang pendidik, cara berjalannya saja itu sudah dinilai oleh orang lain." Tutur seorang Bapak yang ketika itu bertandang ke rumah orang tua. Saat itu mereka tengah berbincang- bincang santai. Menikmati sejuknya udara di sore itu.

Suatu kali ada seorang tetangga yang berceloteh tentang norma sopan santun di kampung Alinah.

"Orang yang masih suka menjemur baju di depan rumahnya, itu namanya orang yang tidak tahu sopan santun," tuturnya dengan percaya diri yang tinggi seolah-olah dirinyalah yang paling menguasai pendidikan etika dan estetika.

"Jadi kalau membuat jemuran itu di belakang rumah," lanjutnya. Setelah bicara panjang lebar.

Tetapi malah justru orang lainlah yang menjemur tanpa beban perasaan.. Sementara Alinah pun menyiapkan tempat untuk jemuran baju itu di halaman belakang rumahnya. Entah siapa yang terdahulu menjemur di depan. Kian hari orang bukannya sadar bila menjemur baju di depan orang lain itu adalah sebuah sikap yang kurang menghargai orang lain. Tapi itulah kehidupan, Di pagi hari, kerapkali Alinah memandangi kain lap yang di jemur di halaman rumah kontrakannya Tepatnya jada pagar bambu itu.

Suatu hari Alinah bertutur pada Sang Suami.

“Itu orang lain dengan sebegitu mudahnya menjemur baju di pagar rumah kita, padahal kita yang menempati rumah ini seriantasa berpikir ulang untuk menjemurnya.

Pak Burhan diam terpaku. Dari kedalaman hataya, ia pun membenarkan perkataan säng istri. Sederet pertanyaan pun muncul pada hati Alinah. Apakah harus seperti ini, bila seseorang yang menempati sebuah rumah kontrakan setiap hari harus siap dengan pemandangan jemuran baju tetangga yang berjejer di pagar bambu? Apakah setiap orang yang menempati sebuah rumah kontrakan setiap hari harus berbesar hati untuk menerima sebuah perlakuan yang dapat merendahkannya?

Entah lah. Alinah menghela nafas panjang, la berusaha untuk menguasai diri dengan perasaan tak dihargai oleh orang lain. Pak Burhan melangkah ke dalam rumah untuk mempersiapkan dirinya menuju masjid hendak menunaikan ibadah Shalat Dzuhur karena terdengar sayup-sayup adzan berkumandang.

Menjalani hidup di sebuah pemukiman padat penduduk yang beraneka ragam itu Butuh toleransi tinggi. Kesabaran serta pandai-pandai dalam membawa dirinya di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang heterogen agar hidup berdampingan dengan rukun, damal tanpa adanya suatu perpecahan. Banyak karakter seseorang yang bisa didapati di sini. ada pula kebiasaan sese seseorang yang suka menyampaikan omongan pada Alinah.. Sementara Alinah orang yang cenderung sensitif bila mendengar perkataan dari orang lain yang terdengar kurang pas.

Alinah terus saja menahan perasaan. Karena ada orang yang menyampaikan omongan yang kurang berkenan di hatinya.

Suatu kali, Alinah pergi ke warung untuk membeli suatu keperluan.

Alinah belanja di warung itu dengan ramah, seperti pada umumnya orang yang menjunjung tinggi etika Budaya bangsa.

Namun tiba-tiba, Alinah keluar dari warung itu dengan hati yang bergemuruh.

Tiba-tiba didapati seseorang yang tengah duduk di warung itu menegur Alinah.

"Bu Alinah, kalau Ibu kena kista di operasi Bu!"

Alinah diam terpaku. Kaget. Tiba-tiba ada seseorang yang menyuruh dirinya untuk operasi.

Alinah pun merasa tersinggung.

"Bu, dokter yang menangani penyakit saya saja tidak menyuruh saya operasi " jelas Alinah seketika

Saya sudah periksa kista saya ini ke tiga rumah sakit. Tidak ada satupun dokter yang menyarankan untuk operasi, Bu," Kekesalan Alinah makin menjadi.

Alinah tumpah sudah dengan penjelasan seperti itu.

Kemudian orang yang tengah menegumya pun berkomentar

"Oh, mungkin kistanya masih kecil" ungkapnya agak melemah

Sebenarnya rasa kaget itu Bukanlah untuk pertama kali. Beberapa hari yang lalu ada seorang tetangga yang menyampaikan suatu pesan pada Alinah bila dirinya harus operasi kista.

Serasa dada Alinah penuh sesak di buatnya. Alinah heran bagaimana seseorang yang terkena kista sangat intensif memeriksakan dirinya ke dokter spesialis itu terkesan masih digurul oleh orang lain.

Penat rasanya memenuhi seluruh ruang di kepalanya. Tak habis pikir. Hidup serasa di atur orang lain

Hingga di rumah, Alinah merasa tegang. Tak henti-hentinya dirinya merasakan kesal pada dirinya. Hidup senantiasa di bawah campur tangan orang lain.

Alinah menghela nafasnya.

Sekelebat bayangan dari orang-orang yang kerap kali merendahkannya muncul di ruang kepalanya.

Hingga pada akhirnya Alinah mengingat suatu hal. Pernah ada seorang tetangga yang bertutur pada Alinah.

"Kalau di sini, seseorang itu yang dipandang itu hartanya. Artinya kalau kita punya harta yang banyak itu baru, kita dihormati"

Setidak-tidaknya sebait kata itu senantiasa terngiang dalam ingatan Alinah.

Alinah tak pernah turut campur terhadap tingkah polah orang lain. Tapi malah dirinya yang selalu di rendahkan oleh orang lain untuk sebuah kesalahan yang tidak diperbuat.

Pada suatu hari, di sore nan sejuk. Ada seorang yang menyampaikan cibiran tetangga perihal kekurangan Alinah.

Hingga terdengar komentar dari seorang tetangga yang lainnya.

"Listriknya nggak cukup kali Mak!" Sahut tetangga pelan.

Kata-kata yang beralunan nada penghinaan tentang Alinah kerap kali terdengar. Bahkan Alinah pun kerap kali menangis di sudut kamarnya. Terngiang dengan berbagai penghinaan. Alinah pun mengadu pada yang Maha Kuasa, betapa sakit hati tak terperi saat mendengar semua penghinaan. Alinah tak pernah menghina orang lain. Alinah tak pernah merendahkan orang lain. Ironisnya Alinah merasakan tekanan batin yang teramat sangat.

Hingga suatu ketika tetangga yang berusia setengah baya itu pun berkata, "Orang yang selama ini mendapatkan perlakuan istimewa dari Ibu saja masih sampai hati untuk menghina Ibu!" Alinah menyimak kata-kata dari Ibu setengah baya itu. Alinah menyikapi penghinaan semua itu sebagai suatu ujian. Ujian bagi seorang yang suka berbagi dengan orang lain meski keadaan dirinya teramat sederhana.

Tetangga yang berusia setengah baya itu pun berkata, "Ibu kalau sudah berbagi dengan orang lain, badannya sendiri pun tak dipikirkan" Alinah diam. Alinah tak mengerti dengan semua ini. Alinah bingung. Begitu mudahnya sikap dan perbuatan ditunjukkan pada orang lain.

.

1
Choi Jaeyi
Aku udah mampir dan ninggalin like & komen.
Mampir juga ya kak ke cerita aku, mari saling mendukung sesama penulis baru. Jangan lupa like & komen nya🤗🤗💋
Black Jack
Pengalaman yang luar biasa
mugiarni: terimakasih
total 1 replies
Ritsu-4
Maafin aku udah nunda untuk membaca nih novel, penyesalan banget!
mugiarni: terimakasih, salam kenal
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!