NovelToon NovelToon
Puncak Pesona

Puncak Pesona

Status: tamat
Genre:Tamat / Ketos / Teen Angst / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Cinta Murni / Cinta Karena Taruhan
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Di SMA Gemilang, geng syantik cemas dengan kedatangan Alya, siswi pindahan dari desa yang cantik alami. Ketakutan akan kehilangan perhatian Andre, kapten tim basket, mereka merancang rencana untuk menjatuhkannya. Alya harus memilih antara Andre, Bimo si pekerja keras, dan teman sekelasnya yang dijodohkan.

Menjadi cewek tegas, bukan berarti mudah menentukan pilihan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Panas Geng Syantik

Alya melangkah masuk ke dalam kelas dengan hati berdebar-debar. Suara langkah kakinya yang lembut hampir tenggelam oleh riuh rendah murid-murid yang baru saja kembali dari istirahat pertama. Matanya yang jernih dan berbinar-binar menatap sekitar, mencari-cari tempat kosong. Sesaat kemudian, seorang guru perempuan dengan senyum ramah mendekatinya.

 

“Anak-anak, tenang sebentar. Kita ada murid baru hari ini,” ujar Bu Aini dengan suara tegas namun lembut. Suara kelas perlahan-lahan mereda, dan semua mata kini tertuju pada Alya.

 

Dengan sedikit gugup, Alya berdiri di depan kelas. Ia menggenggam tali tasnya erat-erat, mencoba menenangkan dirinya. Walaupun wajahnya tampak tenang, hatinya berdetak kencang. Ia menarik napas dalam-dalam dan mulai berbicara.

 

“Nama saya Alya,” ucapnya dengan suara yang lembut namun tegas. “Saya baru pindah dari kampung Ngora. Senang bisa bergabung dengan kalian di sini.”

 

Seluruh kelas terdiam sejenak, menatap sosok Alya yang memancarkan kecantikan alami. Rambut panjangnya yang hitam legam tergerai dengan anggun, matanya yang bulat penuh ketulusan, dan senyumnya yang hangat menambah pesonanya. Ia tampak berbeda dari gadis kota pada umumnya, ada kesederhanaan yang memancar dari dirinya.

 

Alya melanjutkan, “Saya harap kita bisa berteman baik dan belajar bersama. Mohon bantuannya, ya.”

 

Bu Aini mengangguk dengan bangga. “Baik, Alya. Silakan duduk di sana,” katanya sambil menunjuk kursi kosong di barisan tengah. Alya berjalan ke tempat yang ditunjukkan, diiringi tatapan penasaran dari teman-teman barunya.

 

Saat ia duduk, seorang gadis dengan rambut kuncir kuda dan senyum ramah di sebelahnya memperkenalkan diri. “Hai, aku Lita. Selamat datang di sekolah kami. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan untuk tanya aku ya.”

 

Alya membalas senyuman Lita. “Terima kasih, Lita.”

 

Di balik penampilan lugunya, Alya memiliki ketegasan dan kecerdasan yang luar biasa. Ia tahu, hidup di kota akan menjadi tantangan baru baginya, namun ia siap menghadapinya dengan segala kemampuan dan keanggunannya. Kelas kembali hidup dengan obrolan dan tawa, namun kini ada sosok baru yang memancarkan sinar berbeda, sosok Alya yang cerdas, cantik, dan tetap anggun dalam kesederhanaannya.

 

Di salah satu sudut kelas, sekelompok gadis terlihat saling berbisik dengan wajah penuh intrik. Mereka adalah geng wanita syantik paling populer di sekolah, yang selalu menjadi pusat perhatian. Saat Alya memperkenalkan diri di depan kelas, mata-mata mereka sudah tertuju padanya dengan tatapan curiga dan sinis.

 

“Dia cantik sekali, ya,” bisik Siska, gadis dengan rambut pirang yang selalu terlihat rapi.

 

Rina, pemimpin geng yang selalu tampil sempurna, menatap Alya dengan mata tajam. “Baru datang sudah menarik perhatian semua orang,” gumamnya dengan nada tak suka. “Kita harus berhati-hati. Jangan sampai dia merebut perhatian Andre.”

 

Andre adalah pria paling populer di sekolah, kapten tim basket yang juga diam-diam disukai oleh Rina. Selama ini, Rina dan gengnya selalu berhasil menjaga posisinya sebagai ratu sekolah tanpa saingan berarti. Namun, kedatangan Alya tampaknya mulai mengusik ketenangan mereka.

 

“Aku dengar dia pintar juga,” tambah Sari, gadis dengan kacamata tebal yang selalu tahu semua gosip terbaru. “Kabarnya, dia selalu juara kelas di sekolahnya yang lama.”

 

Rina mengerutkan keningnya, merasakan ada ancaman nyata di hadapannya. “Kita lihat saja nanti,” katanya dengan nada yang sarat dengan niat tersembunyi. “Kalau dia mencoba-coba mendekati Andre atau mengambil perhatian dari kita, dia harus siap menerima konsekuensinya.”

 

Geng syantik itu tertawa kecil, seolah sudah merencanakan langkah-langkah berikutnya. Sementara itu, Alya duduk di tempatnya dengan tenang, tidak menyadari bahwa kehadirannya sudah memicu perasaan tidak suka dari beberapa murid. Baginya, ini adalah awal yang baru dan ia hanya ingin fokus pada pelajaran serta beradaptasi dengan lingkungan barunya.

 

Namun, tanpa disadarinya, hari pertama di sekolah sudah menempatkannya di tengah-tengah permainan sosial yang rumit. Di satu sisi, ada teman-teman yang tulus menyambutnya, seperti Lita. Di sisi lain, ada geng syantik yang merasa terancam oleh pesona dan kecerdasan Alya. Alya harus pintar-pintar menavigasi dinamika ini sambil tetap menjadi dirinya sendiri—cerdas, anggun, dan lugu.

 

Hari pertama Alya di sekolah mungkin baru saja dimulai, tetapi gelombang pertama dari tantangan yang harus dihadapinya sudah tampak di kejauhan. Dengan ketegasan dan kecerdasannya, Alya bertekad untuk menghadapi segala rintangan, termasuk geng populer yang merasa tersaingi oleh kehadirannya.

Alya duduk di bangkunya dengan tenang, menyesuaikan diri dengan jadwal pelajaran yang telah diberikan kepadanya. Hari pertama di sekolah baru ternyata langsung diwarnai dengan tantangan: ulangan dadakan yang telah diumumkan oleh Bu Aini kemarin. Namun, bagi Alya, ulangan mendadak bukanlah sesuatu yang perlu ditakutkan. Ia selalu rajin belajar dan suka membaca informasi di media sosial sebagai tambahan pengetahuannya.

 

Ketika Bu Aini membagikan lembar ulangan, Alya merasa siap. Soal-soal yang diberikan tidak terlalu sulit baginya. Dengan tenang, ia mengisi setiap jawaban dengan keyakinan penuh. Di sekelilingnya, suasana kelas terasa tegang. Beberapa murid tampak gelisah, namun Alya tetap fokus hingga selesai.

 

Setelah waktu habis, Bu Aini mengumpulkan lembar ulangan dan mulai melakukan koreksi secara terbuka. Caranya, dengan membagikan kembali lembar ulangan yang telah diisi kepada murid lain untuk dikoreksi. Teman yang memegang lembar ulangan harus jujur menandai jawaban yang salah saat Bu Rina menyebutkan jawaban yang benar.

 

Tanpa disadarinya, lembar ulangan Alya berada di tangan Rina, pemimpin geng syantik. Rina menatap kertas ulangan Alya dengan penuh perhatian, berusaha mencari kesalahan sekecil apapun. Saat Bu Aini mulai menyebutkan jawaban yang benar, Rina mendengarkan dengan seksama, sesekali melihat ke arah Alya.

 

“Sebutkan hasil panen utama di Pulau Jawa,” ujar Bu Aini.

 

“A. Padi,” jawab Alya dalam hati, sama seperti yang dituliskannya di lembar jawaban.

 

Rina mengecek dan menandainya benar. Satu demi satu jawaban diumumkan, dan Rina mulai merasa kesal karena tidak menemukan satu kesalahan pun.

 

“Jumlah planet di tata surya yang dikenal saat ini?” tanya Bu Aini.

 

“B. Delapan,” lagi-lagi jawaban Alya benar. Rina menggigit bibirnya, mencoba tetap tenang meskipun hatinya mendidih.

 

Saat semua jawaban sudah dibacakan, Rina tidak punya pilihan selain menyerahkan lembar jawaban Alya tanpa satu kesalahan pun. Bu Rina mengambilnya dan tersenyum bangga.

 

“Selamat, Alya. Hasilmu sempurna di hari pertama ini,” kata Bu Aini dengan bangga.

 

Alya tersenyum malu-malu dan mengucapkan terima kasih. Suasana kelas sejenak hening, semua murid terkesima dengan pencapaian Alya yang baru pertama kali masuk sudah mendapat nilai sempurna. Lita, yang duduk di sebelahnya, bertepuk tangan pelan.

 

“Hebat, Alya! Kamu benar-benar pintar,” kata Lita dengan kagum.

 

Namun, di sudut lain, geng wanita syantik tampak semakin tidak suka. Rina menatap Alya dengan tatapan tajam, merasa posisinya terancam oleh murid baru yang cerdas dan anggun ini. Di dalam hatinya, ia bertekad untuk tidak membiarkan Alya dengan mudah merebut perhatian dan popularitas yang selama ini menjadi miliknya.

 

Bersambung....

1
Sodikin Jin
hmmmm...kak, saya lebih suka, cerita tentang kultifasi. 🙏
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️: Tapi sayang, sepertinya tidak dilanjutkan. Jika ingin audionya dilanjut, harus banyak yang beri saran langsung pada pihak Mangatoon
Sodikin Jin: tidak apa kak... saya tunggu setiap audio kakak tentang kultifasi.
total 3 replies
Kamaya
kenapa ya, geng cewek ky gini merasa harus memiliki cowok populer di sekolahny. pdhal aslinya dia gak dilirik samsek ma tuh cowok. tapi ttp aja mngklaim jgn direbut org lain. hm.,..
Kamaya
Pasti jodoh Alya cowok. Iya kan tor? 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!