"Aku bosan menjadi polisi pangkat ren dahan, jadi aku memutuskan untuk menikahi Senna demi naik pangkat. Dan maaf Nana, kisah kita selesai sampai di sini."
Nana begitu hancur ketika mengetahui bahwa Darius, sang kekasih meninggalkannya dan menikahi anak komandan mereka.
"Darius, padahal kita berjuang bersama untuk masuk kedalam dunia kepolisian ini, tapi demi pangkat kau meninggalkanku."
Satu tahun kemudian
Nana menatap tak percaya pada lelaki kaya di depannya, lelaki yang tiba-tiba mengajaknya menikah. "haruskah aku terima tawarannya untuk membalas Darius?"
Ikuti kisah mereka di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang tepat Waktu
2
Waktu menunjukkan pukul lima sore. Nana merentangkan tangannya, akhirnya pekerjaannya selesai. Sungguh hari ini dia begitu bahagia, tentu saja karena dia bisa pulang tepat waktu tanpa harus memikirkan pekerjaan atasan yang harus dia kerjakan dan akan berujung dia yang akan pulang tengah malam.
Tiba-tiba Ponsel Nana berdering, satu panggilan masuk dari Jayden hingga semua yang berada di ruangan Nana menoleh ke arah Nana.
"Halo Tu ...." Baru saja Nana akan memanggil Jayden 'tuan', tiba-tiba Nana menghentikan ucapannya ketika beberapa rekannya melihat ke arahnya.
"Iya Jayden," ucap Nana yang sengaja memanggil nama Jayden tanpa embel-embel tuan hingga semua yang berada di sana langsung kembali pada pekerjaan masing-masing.
"Baiklah aku keluar sekarang." Setelah mengatakan itu, Nana pun langsung membereskan mejanya kemudian bangkit dari duduknya lalu keluar.
"Bagaimana mungkin dia bisa menjadi ratu dalam waktu yang singkat?" tanya salah satu polisi wanita yang berada di ruangan itu.
"Apa mungkin dia menjual diri?"
"Apa kalian sudah bosan menjadi polisi?" Tiba-Tiba, Jessica berbicara hingga semua yang ada di sana langsung tertunduk lalu mengerjakan tugas masing-masing.
***
"Maaf membuatmu menunggu lama," ucap Nana ketika masuk ke dalam mobil Jayden. Tiba-Tiba, jantung Nana berdegup sangat kencang ketika masuk ke dalam sana, teringat tadi dia memanggil nama Jayden dan tanpa embel-embel 'tuan'.
"Aku minta maaf tadi lancang memanggil namamu," ucap Nana yang langsung meminta maaf.
Jayden terkekeh. "It's oke, tidak masalah, kau bisa memanggil namaku mulai sekarang. Sekarang aku ingin mengajakmu untuk bertemu dengan putriku. Tolong bersikap natural di hadapannya karena aku tidak mau dia curiga," ucap Jayden hingga Nana mengangguk, dan setelahnya Jayden pun langsung menyalakan dan menjalankan mobilnya.
Sekarang, di sinilah mereka berada, di sebuah restoran di mana Helena, putri kedua Jayden sudah menunggu di dalam. Jayden tidak langsung turun, lelaki itu terdiam sejenak. Walau bagaimanapun bertemu dengan Helena adalah hal yang luar biasa, mengingat selama ini kedua anak kembarnya, sangat membencinya dan tidak pernah mau bertemu dengannya, itu sebabnya ketika dia akan bertemu dengan Helena, Jayden merasakan gugup bukan main.
"Kau baik-baik saja, Tuan?" tanya Nana, apalagi dia melihat mata Jayden berkaca-kaca.
"Jujur, aku gugup. Ini pertama kalinya aku bertemu dengan putriku. Aku takut salah bicara dan akan membuat putriku kembali menjauhiku," ucap Jayden dan sekarang Nana paham kenapa Jayden mempersiapkan pernikahannya dengan sangat matang karena Jayden tidak ingin membuat putrinya kecewa.
Nana memberanikan diri untuk menepuk-nepuk tangan Jayden.
"Aku akan berusaha meyakinkannya bahwa kita benar-benar akan menikah," ucap Nana hingga Jayden menghapus sudut matanya yang berair dan mereka pun langsung keluar dari mobil untuk masuk ke dalam restoran.
Seperti biasa, mereka berjalan sambil bergandengan tangan agar bisa lebih meyakinkan Helena dan tepat ketika mereka masuk ke dalam restoran, Helena melambaikan tangannya.
Ketika Helena tersenyum padanya, jantung Jayden seperti akan keluar dari rongga dadanya. Dia tidak percaya bahwa dia bisa melihat senyuman putrinya untuknya, padahal selama ini Helena selalu menatapnya dengan benci.
"Maaf membuatmu menunggu lama," ucap Jayden, dia pun langsung menggeserkan kursi untuk Nana dan kini mereka pun sudah duduk berhadap-hadapan.
Hening, tidak ada yang berbicara. Jayden terlalu bingung harus memulai pembicaraan dari mana, ketiganya sama-sama canggung karena mereka bingung harus mulai berbicara dari mana.