"Aku dimana?"
Dia Azalea. Ntah bagaimana bisa ia terbagun di tubuh gadis asing. Dan yang lebih tidak masuk akal Adalah bagaimana bisa ia berada di dunia novel? Sebuah novel yang baru saja ia baca.
Tokoh-tokoh yang menyebalkan, perebutan hak waris dan tahta, penuh kontraversi. Itulah yang dihadapai Azalea. Belum lagi tokoh yang dimasukinya adalah seorang gadis yang dikenal antagonis oleh keluarganya.
"Kesialan macam apa ini?!"
Mampukah Azalea melangsungkan kehidupannya? Terlebih ia terjebak pernikahan kontrak dengan seorang tokoh yang namanya jarang disebut di dalam novel. Dimana ternyata tokoh itu adalah uncle sang protagonis pria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queen_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMB! (8)
Selamat membaca!
*****
Semua orang tengah berkumpul di ruang tamu sambil menunggu kedatangan reynold dan keluarganya. Alex dan Zanna yang duduk bersebelahan. Begitupun dengan Darren, Aron, dan Zendra.
Caramel tidak berhenti memperbaiki penampilannya. Berulang kali ia bertanya pada ketiga abang sepupunya. Tapi hanya Darren dan Zendra lah yang menanggapinya dengan baik. Sementara Aron? Pemuda itu hanya mengangguk atau berdehem.
"Om Alex, Dimana Auris?"
Pertanyaan Caramel mengundang keheningan di antara mereka. Wajah Alex seketika mendatar mengingat Auris yang bahkan tidak terlihat sejak tadi.
"Iya Alex, aku tidak melihatnya sejak pagi," imbuh Sofia.
"Dia pasti lagi keluyuran pa. Memang gadis pembuat onar!" tambah Zendra. "Kemana dia seharian ini? Bahkan dia tidak meminta izin pada papa dan mama."
"Anak itu harus diberi pelajaran pa. Dia semakin membangkang dan sulit di atur. Bahkan dia sudah berani melawan papa dan mengacuhkan mama," ujar Darren menatap papanya.
Perkataan-perkataan itu sukses menimbulkan kemarahan Alex pada Auris. Ia semakin yakin bahwa sikapnya selama ini tidak salah. Apa yang ia lakukan sudah benar. Auris memang harus diberi pelajaran.
Sofia dan Caramel saling pandang dan bertukar senyum. Keduanya sama-sama tersenyum miring.
Tiba-tiba seorang pelayan datang menghampiri mereka. "Permisi tuan, nyonya. Tuan muda Reynold dan keluarganya sudah datang."
Alex mengangguk, "Bawa mereka masuk."
Pelayan itu mengangguk kemudian pergi dari sana. Caramel yang mendengar itu memperbaiki posisi duduknya agar terlihat semakin anggun.
Semua anggota keluarga berdiri menyambut kedatangan Reynold dan keluarganya. Mereka saling berpelukan dan menyapa satu sama lain. Apalagi Ariana dan Caramel.
"Kamu cantik sekali sayang," puji Ariana membuat Caramel tersenyum malu.
"Tante juga cantik," balas Caramel membuat Ariana tersenyum.
Satu persatu pelayan datang membawakan minuman dan beberapa cemilan.
"Silahkan diminum Ari, ini buatan Caramel khusus untuk mu," kata Zanna tersenyum. "Dia begitu bersemangat saat mengetahui kau akan datang ke kediaman kami."
Ariana tersenyum, "Idaman sekali."
"Jadi kedatangan kami kemari adalah untuk membicarakan pertunangan antara Reynold dan Auris." Satria menatap Alex. "Reynold mengatakan padaku bahwa Auris berniat membatalkan pertunangannya."
Alex mengangguk, "Itu benar, putriku memang mengatakan hal itu."
"Tapi aku ingin mendengarnya langsung dari mulut Auris," kata Satria, "Tapi dimana Auris? Aku tidak melihatnya sejak aku datang."
"Eem.. Auris. Dia-"
"Ntahlah om, Sejak pagi Auris tidak berada di rumah. Dia bahkan tidak izin pada om Alex," jelas Caramel.
"Jangan memotong pembicaraan orang lain Caramel!" tegas Aron menatap datar adik sepupunya itu.
Caramel langsung menunduk. "Maaf kakak, aku bermaksud seperti itu."
Alex tersenyum, "Sudahlah Aron, tidak papa."
Aron menghela napas kasar. Bagaimana Auris tidak membangkang. Alex selalu saja membenarkan kesalahan Caramel, bahkan tidak menegurnya.* "Maafkan kakak Auris, selama ini kakak terlalu menutup mata atas dirimu."*
"Jika Auris tidak ada di sini, aku tidak setuju pertunangannya dibatalkan." Satria menatap Alex.
Caramel langsung melirik Reynold seolah mengatakan mengapa jadi seperti ini? "Sial! Sial! Tidak boleh! pertunangannya harus batal bagaimanapun caranya!"
"Baik-"
"Tunggu!"
Semua orang menatap Auris yang datang secara tiba-tiba. Gadis itu terlihat begitu ngos-ngosan. "Ma-maaf aku terlambat."
Auris melempar senyum pada Satria. Ia menghampiri pria itu dan mencium punggung tangan Satria. Kemudian menghampiri Ariana yang menatapnya tanpa minat.
"Dari mana kamu Auris? Semua orang sudah menunggu mu sayang," tanya Zanna dengan senyumnya.
Auris hanya melihat Zanna sekilas, "Aku ada urusan. Maaf membuat kalian menunggu."
"Urusan apa sampai pergi seharian? Bahkan kau tidak pamit pada mama dan papa? Cih!" ucap Darren menatap sinis Auris.
Auris tersenyum menatap Darren, "Setidaknya aku tidak berfoya-foya sepertimu kakak. Aku juga tidak merepotkan mu bukan?"
Wajah Darren menggelap mendengar jawaban Auris. Gadis semakin berani rupanya.
"Sudah! Hentikan," lerai Alex, "Jadi bisa jelaskan kemana kamu seharian ini? Terlebih, jas siapa yang kamu pakai? Pria mana yang kamu temui?"
Auris mengepalkan tangannya. "Maksud papa? Pria? Aku-,"
"Dia menemuiku."
Semua orang menoleh bersamaan. Bahkan Auris sedikit terkejut melihat orang itu.
"Aldrick?" Satria tersenyum kemudian menghampiri Aldrick. Keduanya saling berpelukan.
Aldrick tersenyum tipis pada Auris. "Dia menemuiku."
Auris sendiri masih terkejut. Mengapa Aldrick berada disini? Bukannya tadi ia mengatakan akan pulang?
Alex langsung tersenyum dan menjabat tangan Aldrick, "Maafkan putriku. Dia pasti melakukan sesuatu pada mu kan? Maafkan Auris, dia memang harus di beri pelajaran."
Aldrick dipersilahkan duduk. Karena tempat yang tersisa hanya berada di sebelah Auris, jadilah Aldrick duduk bersebelahan dengan Auris.
Caramel yang sejak tadi memperhatikan semuanya, tidak berhenti menatap Aldrick. Ia bahkan tidak berhenti tersenyum setiap kali Aldrick melihat kearahnya.
"Dia sepupu mu itu?" bisik Aldrick melirik Caramel.
"Heem, mas tertarik padanya? Sepertinya dia terpesona pada mas." balas Auris tersenyum menggoda.
Aldrick tersenyum, "Tidak. Sekretaris mas lebih menarik."
Interaksi keduanya tidak luput dari perhatian semua orang. Apalagi Reynold yang menatap tidak suka. Ntahlah, ada perasaan tidak senang ketika melihat Auris yang tersenyum pada Aldrick. Biasanya Auris hanya tersenyum dan menempel padanya.
"Auris, kamu yakin ingin membatalkan pertunangannya?" tanya Ariana malas, "Bukankah kamu sangat mencintai Reynold?"
Auris tersenyum, "Aku yakin tante. Lagipula aku tidak ingin memulai sebuah hubungan dengan keterpaksaan. Reynold mencintai Caramel, begitupun sebaliknya."
Satria menatap Auris, "Om tidak akan memaksamu, Sekali lagi om bertanya. Kamu yakin ingin membatalkan pertunangannya?"
"Iya aku-"
"Aku tidak setuju!" bantah Reynold. Semua orang menatapnya heran.
"Apa maksudmu? Bukankah kau bilang kau setuju untuk membatalkan pertunangannya?" Sungguh Auris benar-benar emosi melihat wajah Reynold sekarang. Jika saja Aldrick tidak menggenggam tangannya, sudah pasti Auris akan menampar Reynold sekarang.
Reynold tersenyum tipis, "Sepertinya aku mulai menyukaimu Auris. Ayo perbaiki hubungan kita."
Caramel melotot tidak Terima. Hampir saja ia berdiri jika Sofia tidak menahannya. "Ma!" lirih Caramel.
"Tenang sayang," Sofia tersenyum.
Auris menghela napas kasar, "Aku bukan sampah Reynold! Seenaknya kau pungut saat butuh dan kau buang saat kau tidak membutuhkanku!" Auris menatap Satria, "Maaf jika aku terkesan tidak sopan om. Pokoknya, pertunangannya batal! Aku tidak mau berhubungan lagi denganmu!" Auris melepas paksa cincin di tangannya dan melemparkannya ke arah Reynold.
Reynold yang merasa terhina pun bangkit dan menghampiri Auris, "Kau tidak bisa membatalkan pertunangannya secara sepihak Auris!" Reynold menggenggam tangan Auris erat membuat Auris meringis. "Katakan! Ayo katakan kau masih mencintai ku Auris!"
"Lepas! lepaskan tanganku! Aku tidak mencintaimu lagi Reynold! Tolong mengerti!"
"Tidak, kita harus bicarakan ini berdua! Aku yakin kau masih mencintaiku! Ini pasti cuma rencanamu kan?!" Reynold sudah seperti orang gila yang memaksa Auris, "Ayo katakan pada mereka Auris! Ayo katakan kau masih mencintai ku!" bentak Reynold.
Auris menggeleng. Harus dengan apa lagi ia mengatakan pada pria di depannya ini! Sungguh Auris ingin sekali menampar wajahnya. Ia menatap Alex dan ketiga kakaknya yang hanya diam saja saat dia diperlakukan seperti ini. "Keluarga bajingan! sialan! Mati saja kalian!" "Lepaskan tanganku Reynold!"
Aldrick langsung berdiri dan menarik Auris ke belakang tubuhnya. "Apa kau tuli? Kau tidak dengar dia minta di lepaskan?"
Reynold menatap Aldrick, "Ini urusanku dengannya om! Kau tidak berhak ikut campur!"
Aldrick terkekeh sinis, "Dia sekretaris ku! Dia orang ku. Dan siapapun yang menyentuh orang-orang ku, dia akan menerima akibatnya." Aldrick menarik Auris pergi dari sana. Sebelum itu ia menatap Alex dengan dingin, "Aku tidak menyangka, seorang Alex yang terkenal penyayang dengan keluarganya membiarkan putrinya di perlakukan seperti ini."
"Ayo kita pergi." Aldrick menggenggam tangan Auris. Ia berbalik melihat, "Aku akan mengantarkan Auris sebentar lagi, Dan kau kak." Aldrick menatap Satria, "Tolong ajarkan putramu bagaimana memperlakukan seorang wanita."
*****
Terimakasih sudah membaca!
Semangatin dong ges...
Menyala mas Aldrick! ❤️🔥❤️🔥❤️🔥❤️🔥
*****
biar gak mikir berat... 😉😉
/Plusone//Coffee/