Maura gadis 24 tahun, gadis polos yang sangat penurut. Maura wanita yang baik dan tidak pernah macam-macam. Dia selalu mengalah sejak kecil sampai dewasa.
Memiliki Ibu tiri dan adik tiri yang dua tahun di bawahnya. Membuat Maura mendapatkan perlakuan kurang adil. Tetapi tetap dia sangat mencintai keluarganya dan tidak pernah mempermasalahkan hal itu.
Tapi pada suatu seketika Maura dihadapkan dengan kegelisahan hati. Banyak pernyataan yang terjadi di depannya, pengkhianatan yang telah dia terima dengan adiknya Jesslyn yang ternyata menjalin hubungan dengan calon suaminya dan bahkan calon suaminya tidak menyukainya dan hanya menikah dengannya agar bisa lebih dekat dengan adik tirinya.
Maura juga dihadapkan yang menjadi korban fitnah dari sang ibu tiri. Hal itu membuat Maura berubah dan berniat untuk membalas dendam atas pengkhianatan yang telah dia dapatkan.
Maura melakukan hal yang sama dengan merebut calon suami adiknya. Maura terikat kontrak pernikahan untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15 Penegasan Rafa.
Situasi yang menegangkan itu masih berlanjut dengan kebahagiaan Maura yang berada di dalam situasi yang sangat tidak pernah dia duga dalam hidupnya.
"Om saya sangat berharap Om bisa merestui hubungan kami berdua. Om tidak menjadi penghalang antara hubungan kami berdua. Karena bukankah itu sama saja. Saya juga akan tetap menjadi menantu di rumah ini dan hanya berbeda saya menikah dengan wanita yang saya suka dan bukan dengan wanita yang menyukai saya," ucap Rafa.
Wajah Darius yang terlihat tampak berpikir dengan apa yang dikatakan Rafa. Memang pernikahan yang diadakan itu hanya untuk membantu Perusahaan keluarga Maura yang sedang mengalami kesulitan dan sebenarnya hal itu sama saja. Mau Rafa menikah dengan siapa, asal dengan salah satu putrinya.
"Bagaimana mana Om. Tidak ada masalah bukan dengan hubungan kami?" tanya Rafa lagi yang butuh kepastian.
"Baiklah!" sahut Darius dengan mengangguk-anggukkan kepala.
Mata Jessica langsung melihat ke arah suaminya yang melihat reaksi pada suaminya terkesan sangat santai dan bahkan memberikan izin.
"Mas!" tegur Jessica.
"Jika memang kalian berdua sama-sama menyukai. Lalu saya sebagai orang tua bisa mengatakan apa dan hanya bisa memberikan restu kepada kalian berdua saja," sahut Darius yang ternyata tidak mempermasalahkan hal itu yang memberikan jawaban.
Jesslyn dan Jessica jelas sangat kaget mendengar penegasan yang diberikan Darius dan bahkan sampai memberikan restu pada Darius.
"Apa yang mas katakan?" tanya Jessica.
"Aku tidak harus mengulangi apa yang aku katakan," jawab Darius.
"Pah! Papa merestui hubungan mereka Lalu bagaimana dengan aku. Pah di sini aku telah dikhianati oleh mereka berdua dan papa seenaknya memberikan restu begitu saja tanpa memikirkan bagaimana perasaan ku," sahut Jesslyn yang tidak terima dengan Darius.
"Jesslyn kamu jangan memaksakan diri kamu dan kamu sudah dengar sendiri atau yang dikatakan Rafa. Jika Rafa sama sekali tidak menyukai kamu. Jadi hentikan bertingkah seperti anak kecil!" tegas Darius.
Jesslyn yang terlihat marah berdiri dari tempat duduknya dan pergi dari ruang tamu itu dengan penuh emosi.
Maura sejak tadi tidak berbicara sama sekali dan hanya mengeluarkan senyum saja yang menikmati semua suasana itu dan apalagi melihat ekspresi adiknya seakan dunia runtuh dengan semua keputusan yang di berikan Darius yang berpihak padanya.
"Terima kasih Om untuk keputusannya. Kalau begitu saya akan membawa Maura untuk bertemu dengan orang tua saya. Saya meminta restu dari orang tua saya," ucap Rafa.
"Baiklah! sampaikan salam saya kepada kedua orang tua kamu," sahut Darius.
Rafa menganggukan kepala berdiri dari tempat duduknya dan tidak lupa mengajak Maura.
"Ayo Maura!" ajak Rafa.
Maura belum bergerak sama sekali dan mendekati Jessica dengan Maura yang mengadahkan tangan ke atas seperti meminta sesuatu.
"Ponselku!" pinta Maura.
Dengan penuh kekesalan Jessica langsung memberikan ponsel Maura dengan tatapan mata yang sangat tajam. Tetapi Maura hanya membalas dengan senyum penuh dengan kemenangan dan tidak lupa senyum penuh dengan ejekan.
Lalu setelah itu Maura dan Rafa langsung pergi dengan santai keluar dari rumah itu.
*********
Mobil yang di kendarai Rafa tiba-tiba berhenti di depan rumah minimalis yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Wajah Maura tampak heran dengan mereka yang berada di sana.
"Apa ini rumah orang tuanya," batin Maura dengan penuh kebingungan yang melihat keluar.
"Ayo turun!" ajak Rafa yang terlebih dahulu membuka sabuk pengamannya dan turun dari mobil kemudian disusul oleh Maura.
Mereka berdua memasuki rumah itu setelah Rafa memencet beberapa sandi untuk membuka pintu rumah itu.
Maura yang masih dalam kebingungan melihat ke arah dalam dan Rafa yang menutup pintu rumah. Maura melihat rumah itu lengkap dengan ruang tamu kamar tidur dan juga dapur yang seperti lebih apartemen. Tetapi bukan apartemen.
Maura merasa sangat tidak mungkin jika rumah itu adalah rumah kedua orang tua Rafa. Di bayangan Maura pasti Rumah Rafa istana yang lebih mewah dari rumah tempat dia tinggal. Karena keluarga Rafa orang yang berpengaruh di negara mereka.
Jadi Maura hanya bertanya-tanya dengan penuh kebingungan yang terus melihat setiap sudut di rumah itu.
"Rumah siapa ini?" tanya Maura melihat ke arah Rafa. Akhirnya dia mempertanyakan hal itu juga.
"Kamu akan tinggal di sini," jawab Rafa.
"Hah!" pekik Maura yang sedikit kaget.
"Kenapa?" tanya Rafa.
"Kamu kenapa menyuruhku untuk tinggal di sini?" tanya Maura.
"Lalu kamu mau tetap tinggal di rumah kamu setelah kamu membuat ke keonaran yang membuat adik dan Ibu tirimu marah kepadamu. Mereka bisa melakukan hal-hal yang tidak akan kamu duga Karena kamu telah membuat mereka berdua marah," ucap Rafa yang ternyata sudah memikirkan sampai sana.
Maura terlihat berpikir dengan apa yang dikatakan Rafa dan mungkin ada juga benarnya. Jika kemarin saja dia langsung dikurung dan untung saja ada Rafa yang membantunya.
"Jadi sebaiknya kamu mencari kenyamanan sendiri untuk kamu. Jangan berada di tempat yang akan membuat kamu merasa ketakutan dan tempat ini sudah paling nyaman menurutku," lanjut Rafa.
"Tapi papa belum tetap mengizinkanku untuk keluar dari rumah," ucap Maura dengan gugup.
"Jangan khawatir nanti aku yang akan mengatur semua itu dan sementara kamu tinggal di sini sebelum kita menikah dan ketika kamu menikah, baru kita akan tinggal bersama," ucap Rafa.
Rafa terlihat begitu tulus kepada Maura yang mungkin dia memang sangat memikirkan bagaimana keselamatan Maura di tengah-tengah ibu tiri dan saudaranya yang pasti akan melakukan hal-hal yang tidak pernah dibayangkan Maura.
"Baiklah! untuk sementara kamu istirahat dulu. Aku harus ke kantor!" ucap Rafa pamit.
"Tunggu!" Maura menahan tangan Rafa dengan memegang pergelangan tangan itu yang membuat Rafa tidak jadi pergi.
"Kenapa kamu mau membantu ku?" tanya Maura.
"Karena kamu mengancamku. Jika aku tidak membantumu maka kamu akan menyebarkan foto-foto itu kepada orang-orang dan aku tidak mau berurusan dengan hal-hal seperti itu," jawab Rafa dengan santai
"Hmmm, tapi Maura kamu jangan santai dulu. Aku menerima semua tawaran kamu untuk membalaskan dendam kamu kepada keluarga kamu, bukan berarti semua harus aku yang mengerjakan. Aku hanya sedikit membantu kamu dan seperti yang kamu katakan sebelumnya untuk urusan ke orang tuaku itu kamu yang berusaha dan aku tidak akan campur tangan. Lalu jika kamu tidak berhasil melakukan hal itu, maka aku tidak tahu harus melakukan apalagi," ucap Rafa yang mengingatkan Maura jika masih banyak hal yang harus dilakukan Maura jika ingin memperlancar pernikahan mereka.
"Baiklah aku sedang menyiapkan banyak rencana untuk hal itu, kamu jangan meragukanku. Aku akan membuat orang tuamu merestui pernikahan kita dan menerimaku sebagai menantu mereka," ucap Maura dengan yakin.
Rafa hanya mengangguk-angguk saja yang tidak tahu apa yang akan dilakukan Maura. Tetapi mungkin dia akan sangat penasaran.
"Kalau begitu kapan kamu akan melepas tanganku?" tanya Rafa yang membuat Maura cepat-cepat melepas tangan Rafa.
"Kamu juga bisa seharusnya melepas sendiri!" kesal Maura yang membuat Rafa tersenyum miring.
Rafa yang tidak mengatakan apa-apa lagi dengan langsung keluar dari rumah ini.
"Kenapa dia senyum-senyum seperti itu. Isss apa-apaan sih," Maura tiba-tiba yang semakin kesal.
Bersambung