Baron adalah mimpi buruk di mata Evelyn sejak pertama kali mereka bertemu. Berharap tidak bertemu lagi dengan Baron, namun takdir berkata tidak. Bagaimana mungkin Evelyn tidak trauma, dengan mata kepalanya sendiri ia melihat Baron bercinta dengan pacarnya. Lalu bagaimana jadinya Evelyn malah terikat dengan Baron seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IamLovelyvi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24
Baron keluar dari kamar untuk menyimpan bekas makan Evelyn. Saat itu juga Evelyn mengambil kesempatan menghubungi Charles. "Halo Papa. I really miss you." sapa Evelyn dengan nada manja pada Charles.
Charles yang sedang bekerja di perusahaannya sangat senang ketika dihubungi oleh putri sulungnya.
"Papa juga sayang. Bagaimana kabarmu?" tanya Charles yang masih merindukan Evelyn meski mereka sering bicara lewat telfon.
"Aku baik-baik saja Pah. Paman Peter dan Kak Baron sangat baik padaku. Mereka selalu memastikan aku baik-baik saja." ucap Evelyn agar Charles tidak khawatir.
"Baguslah sayang."
"Ehm, pah, kampus akan libur cukup lama, akan sangat bosan kalau aku tidak punya kegiatan di sini. Apakah aku boleh menyusul ke sana?" tanya Evelyn dengan hati-hati.
"Apakah Baron belum memberitahumu?"
"Tentang apa Pah?" Evelyn bingung.
"Paman Peter ingin liburan karena ia merasa terlalu penat bekerja. Ia selalu sibuk sampai hampir tidak pernah liburan selama beberapa tahun ini. Kau tahu sendiri, Paman Peter tidak punya istri yang bisa mengingatkannya berhenti bekerja. Berhubung kau ada di sana, Paman Peter berencana membawamu dan Baron, dia ingin merasakan liburan keluarga." tutur Charles.
"Tapi Pah." gadis itu kecewa mendengar hal itu.
"Kasihan Paman Peter Nak, dia sudah terlalu lama kesepian, sepertinya kehadiranmu membuatnya menjadi manusia normal lagi. Pergilah bersama mereka."
Evelyn sudah sangat senang jika ia menyusul keluarganya di Amerika agar bisa melarikan diri dari Baron, tapi sialnya Charles malah semakin membuatnya terjebak bersama pria itu.
Evelyn menghela nafas setelah mengakhiri panggilan dengan Charles. Saat itu juga Baron masuk lagi ke dalam kamarnya. Pria itu berdiri sambil bersedekap di depan Evelyn dengan senyum lebar.
"Semakin kau mencoba melarikan diri, semakin besar keinginanku untuk mengurungmu dalam sangkar emasku." ucap pria itu.
Karena itu Evelyn sadar bahwa rencana liburan itu adalah skenario dari Baron. Evelyn menggigit bibirnya dengan wajah menantang. Yang mana membuat Baron semakin melebarkan senyumnya. Ia menunduk agar bisa menggapai rahang kecil Evelyn. Tangannya yang besar menekan rahang itu, "Aku mengingatkanmu untuk yang terakhir kalinya Nona Lawrence. Kau tidak akan pernah bisa melarikan diri dari genggamanku. Jadi berhenti memikirkan cara untuk lari."
Baron memindai wajah Evelyn yang terlihat menggemaskan ketika marah, mata bulat yang menyala seperti anak anjing yang terancam. Pria itu sengaja menggesekkan wajahnya di pipi Evelyn. "Akan lebih baik jika kau menjadi gadis penurut."
Evelyn segera mendorong Baron, ia kehabisan tenaga melawan pria itu. "Jangan menyentuhku!"
Baron mengangkat tangannya, " Oke, jangan terlalu kasar Nona. Sekarang kau bisa berlagak menolak sentuhanku. Tapi setelah kau merasakan kenikmatan tubuhku, aku yakin kau akan memohon untuk kusentuh." ucapan frontal itu membuat Evelyn takut. Ia menyilangkan kedua tangannya dengan wajah was-was.
Sikap itu membuat Baron terkekeh, "Jangan takut. Aku tidak akan melakukannya sekarang. Tubuhmu sangat suci karena Paman Charles menjagamu dengan baik. Aku ingin melakukannya di saat yang tepat sehingga kau tidak akan melupakan momen itu. Kau begitu berharga Evelyn, aku tidak ingin merusak dirimu."
Setidaknya Evelyn bisa bernafas lega untuk sementara. Rupanya Baron masih memiliki akal sehat.
Mata Baron tiba-tiba menjadi tajam, penuh peringatan, "Tapi jangan coba-coba membiarkan pria lain menyentuhmu, bahkan hanya ujung helai rambutmu. Jika sampai itu terjadi, maka orang itu akan hancur di tanganku. Mengerti!"
Evelyn tidak menjawab, ia malah mengalihkan pandangannya ke arah jendela.
Baron menghela nafas, ia tidak akan mengganggu gadis itu untuk saat ini. "Baiklah. Istirahatlah, karena besok kita akan melakukan perjalanan panjang. Papa sangat senang dengan rencana liburan ini, jadi bersikaplah seperti biasa dan singkirkan wajah murung itu."
Setelah mengatakan hal itu, Baron meninggalkannya. Begitu dia sendirian di kamar, Evelyn menumpahkan air matanya. Ia tersiksa membayangkan kebebasannya direnggut oleh Baron.
Di saat yang sama ponselnya berdering. Sebuah nomor baru yang tidak Evelyn kenal. Ia mengangkatnya, "Halo." sapanya dengan suara serak.
"Evelyn, ini benar kau?" suara seorang pria.
"Benar. Ini siapa?"
"Aku Devan. Aku meminta nomormu dari Katy. Kau tahu aku sedikit cemas melihatmu dibawa oleh Baron tadi malam."
"Oh Pak Devan. Aku tidak apa-apa Pak Devan. Sekarang aku sudah ada di rumah." jawab Evelyn.
"Jangan panggil Pak. Panggil Devan saja."
Tanpa sadar Evelyn menggeleng, Tidak Pak Devan, bagaimana pun anda adalah dosen saya, tidak etis rasanya memanggil nama anda langsung."
Terdengar helaan nafas dari Devan, "Ya sudah kalau begitu. Saya hanya ingin memastikan keadaanmu saja. Aku merasa terlalu lancang jika mencampuri urusanmu dengan Baron tapi, kalau kau butuh bantuan silahkan hubungi aku."
Jelas Pak Devan yang memiliki insting kuat bisa melihat sesuatu dalam diri Baron. Ia tahu Baron bukanlah pria biasa. Dan juga, Pak Devan memiliki ketertarikan dengan Evelyn Lawrence. Di saat semua gadis berebutan mencari perhatiannya, Evelyn malah bersikap biasa saja saat mereka pertama kali bertemu. Gafis itu sama sekali tidak mencuri perhatian atau diam-diam memperhatikan ketampanannya seperti yang dilakukan gadis lain.
"Baik Pak Devan. Tapi aku baik-baik saja. Terima kasih atas perhatiannya."
Setelah mengakhiri telepon, Evelyn merasa memiliki harapan untuk lari dari Baron. Setelah bertemu dengan Pak Devan, ia merasa familiar dengan pria itu. Selain karena dosennya, Evelyn merasa pernah bertemu dengannya di tempat lain.
Hingga akhirnya ia mencari nama pria itu fi internet ketika mereka berdiskusi. Ternyata Pak Devan adalah putra pemilik kampusnya. Sepertinya hal itu dirahasiakan karena Katy tidak pernah menceritakannya. Hal itu tidak akan diketahui orang karena tidak banyak yang tahu nama lengkapnya. Tidak hanya itu, keluarga Pak Devan juga berjalan di bidang yang sama seperti keluarganya.
Dari situlah Evelyn mengingat pertemuannya dengan Pak Devan di acara perayaan yang diadakan oleh para pebisnis terkenal itu. Ternyata Pak Devan yang tidak terlalu berminat dengan bisnis memilih menjadi dosen biasa tanpa orang lain mengetahui identitas aslinya.
Evelyn merasa Pak Devan memiliki kekuasaan yang sama dengan Baron. Dengan begitu ia bisa melarikan diri dari Baron dengan bantuan Pak Devan. Evelyn tidak punya pilihan. Jika ia mengadu pada Charles, Baron mungkin saja bertindak gila untuk menghancurkan keluarganya. Charles bukanlah lawan imbang bagi Baron, dalam satu sentil, perusahaannya bisa bangkrut.
Setelah Evelyn mempelajari sepak terjang keluarga Pak Devan, sepertinya mereka adalah lawan yang sepadan untuk Baron. Baron tidak akan pernah bisa melawan keluarga Rodriguez. Tapi untuk sekarang, dia belum bisa menerima tawaran Pak Devan. Mereka baru kenal, Evelyn harus menyelidiki kepribadian pria itu. Jangan sampai ia malah terjebak dan merugikan banyak orang.