Nasib naas menimpa Deandra. Akibat rem mobilnya blong terjadilah kecelakaan yang tak terduga, dia tak sengaja menabrak mobil yang berlawanan arah, di mana mobil itu dikendarai oleh kakak ipar bersama kakak angkatnya. Aidan Trustin mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya, sedangkan Poppy kakak angkat Deandra mengalami koma dan juga kehilangan calon anak yang dikandungannya.
Dalam keadaan Poppy masih koma, Deandra dipaksa menikah dengan suami kakak angkatnya daripada harus mendekam di penjara, dan demi menyelamatkan perusahaan papa angkatnya. Sungguh malang nasib Deandra sebagai istri kedua, Aidan benar-benar menghukum wanita itu karena dendam atas kecelakaan yang menimpa dia dan Poppy. Belum lagi rasa benci ibu mertua dan ibu angkat Deandra, semua karena tragedi kecelakaan itu.
"Tidak semudah itu kamu memintaku menceraikanmu, sedangkan aku belum melihatmu sengsara!" kata Aidan
Mampukah Deandra menghadapi masalah yang datang bertubi-tubi? Mungkinkah Aidan akan mencintai Deandra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria Iblis!
Suara deheman pria itu masih terdengar, namun sayangnya, lagi-lagi tidak terdengar oleh Deandra. Suara Deandra terdengar merdu saat bersenandung lagu yang bernada sedih. Memang kenyataannya dia sedang meratapi hidupnya, ditambah dia sedang menahan rasa sakit di bagian telapak tangannya yang harus memegang gagang setrikaan. Perih! Sungguh amat perih!
“Deandra!” suara pria itu akhirnya memanggil dengan nada yang lebih tinggi agar terdengar oleh wanita yang masih berdendang.
“Eeh!” Wanita berkacamata itu berjingkat saking kagetnya, kemudian menolehkan wajahnya ke balik bahunya.
“Oh ada Pak Benny, maaf saya tidak tahu,” ujar Deandra seketika melihat sosok kepala pelayan mansion yang sudah berdiri di ambang pintu.
Pria yang memiliki wajah yang kaku, jarang berekspresi itu pun berkata. “Kamu diminta oleh tuan muda untuk menemuinya di ruang kerja,” titah Pak Benny datar.
Kedua bahu Deandra yang semula tegak tiba-tiba merosot. “Bisakan besok saja saya menemuinya Pak Benny, kerjaan saya belum keluar,” keluh Deandra, secara tidak langsung dia menolak untuk menghadap.
“Bisakah aku tidak terus menerus bertemu dengannya, dan tidak lagi sering berurusan dengannya!” membatin rasanya Deandra.
“Setiap perintah tuan muda harus dipatuhi selama berada di sini dan segera dilaksanakan segera!” jawab Pak Benny, terkesan membela tuan mudanya.
“Fine, saya akan ke sana,” jawab malas Deandra, ditaruhnya alas setrika dengan sedikit dientakkan, kemudian mencabut stop kontaknya.
Wanita berkacamata itu merapikan rambut panjangnya, diikat lalu digulungnya ke atas untuk menghilangkan rasa gerahnya, kemudian dia berlalu melewati Pak Benny begitu saja.
“Apalagi yang kali ini akan dibahas oleh pria iblis itu.”
...----------------...
Ruang kerja
Untuk kali ini Deandra yang datang sendiri menuju ruang kerja Aidan tanpa diantar oleh Pak Benny. Seperti biasa dia akan mengetuk dulu baru masuk ke dalam ruangan setelah ada suara yang menyahutinya.
Antara mau dan tidak mau, wanita itu masuk ke dalam ruang kerja Aidan dan terlihatlah sosok pria yang sudah mengganti pakaiannya dengan piyama dibalut oleh kimononya. Salah satu tangannya pun sedang memegang gelas kristal yang berisikan minuman beralkohol.
Deandra terdiam saat sudah melangkahkan kakinya dan posisinya tidak jauh dari ambang pintu yang sengaja belum dia tutup.
“Tutup pintunya!” perintah Aidan dengan tatapan tajamnya. Tanpa menjawab Deandra mematuhi perintah pria lumpuh itu.
Usai menyuruh, Aidan kembali menyesap minuman beralkoholnya tapi tatapan matanya masih menatap Deandra, wanita berkacamata.
“Sejak kapan kamu punya kekasih?” tanya Aidan dengan sinisnya, dan sorot mata yang sangat membara.
Aidan benar-benar keterlaluan dia tidak sama sekali menyuruh Deandra untuk duduk terlebih dahulu, dan membiarkan wanita itu berdiri.
“Tuan muda tidak perlu tahu,” jawab ketus Deandra.
Aidan menyeringai tipis, salah satu tangannya pun terkepal dengan kuatnya, lalu ...
PRANG!!
Gelas kristal yang dipegang oleh Aidan sudah melayang ke udara, dan terjatuh tepat di samping Deandra berdiri, untung saja wanita itu sempat menghindar, jika tidak mungkin dirinya kembali terluka. Deandra sempat terkejut tapi secepat mungkin dia kembali tenang dalam posisi berdirinya.
Kursi roda yang dipakai Aidan mulai memutar meja kerjanya dan semakin mendekati Deandra.
“Aku bertanya Deandra, sejak kapan kamu punya kekasih. Pria itu pacar kamu’kan! Atau perlu aku melempar gelas ke tubuhmu yang jelek itu agar kamu mengatakannya!” bentak Aidan menghina sekaligus mengancam.
Deandra memundurkan langkah kakinya agar tidak terlalu dekat dengan keberadaan Aidan. “Silahkan kalau memang Tuan menginginkannya, kalau bisa akan aku ambilkan pisau agar Tuan puas melukai tubuhku yang jelek ini. Tapi yang jelas Tuan Aidan tidak berhak bertanya sejak kapan aku punya kekasih! Karena aku bukanlah siapa-siapanya Tuan, di sini saya hanyalah pelayan yang bekerja tanpa digaji, dan bukan dianggap istri Tuan Aidan!” jawab Deandra dengan lantangnya, menantang pria lumpuh itu.
Aidan mendengkus kesal, lalu dia kembali memajukan kursi rodanya agar lebih dekat dengan Deandra, lama kelamaan wanita berkacamata itu pun tersudutkan hingga bersandar ke tembok ruangan.
“Aku senang kamu tahu diri dengan posisimu di sini, tapi aku sangat tidak suka di luar sana kamu memiliki hubungan dengan pria lain, sementara aku tersiksa dan tidak bahagia karena istriku masih terbaring koma karena dirimu! Tapi jika kamu tetap berhubungan dengan pria itu, maka jangan salahkan aku jika memecat pria yang bernama Arik itu. Atau memberikan pelajaran buat Arik agar sama keadaannya denganku!” ucap Aidan penuh dengan ancaman.
Deandra menatap nanar pria yang ada di hadapannya yang begitu tampan namun bagaikan iblis sikapnya.
“Aku paling tidak suka melihat kamu bahagia di luar sana! Ingat aku akan membuat dirimu selalu menderita seperti yang aku rasakan!” sentak Aidan, dengan tatapannya yang berapi-api.
“Silahkan jika memang Tuan berniat membuat aku selalu menderita, Tuan sudah sukses melakukannya. Lalu apa yang Tuan rasakan sekarang? bahagiakah atas penderitaan aku saat ini? Jika bahagia maka tersenyum dan tertawalah, tidak seperti ini ... wajah yang muram, wajah yang tak ada kehidupan!” balik sentak Deandra, dia tidak gentar menghadapi Aidan.
“Aaakkhh!” tersentak Deandra karena kedua pahanya tertekan oleh kedua lutut Aidan.
“Kamu benar-benar wanita pembangkang!” teriak Aidan menggebu-gebu.
Deandra menahan rasa sakit di kedua pahanya. “Jika iya aku memang pembangkang kenapa? apakah aku harus meraung-raung menangis penuh kesedihan! Agar dapat simpati dari Tuan, haruskah aku seperti itu! Atau haruskah aku mengemis minta ampun agar Tuan tidak menyakitiku dan menyiksaku lagi! HARUSKAH AKU SEPERTI ITU!” teriak Deandra dengan nada suara meninggi, meluapkan emosi dirinya.
Pria lumpuh itu mulai geram dengan Deandra, hingga diraihlah tangan wanita itu dengan maksud ingin mendorongnya ke samping, tapi apa yang terjadi, Deandra ke tarik dan jatuh di atas tubuh Aidan, dan ternyata membuat kursi roda Aidan oleng ke belakang, akhirnya mereka berdua sama-sama terjerembap dilantai.
DUG!
Kening mereka berdua saling beradu dengan kerasnya saat terjatuh, Deandra pun reflek memiringkan wajahnya agar tidak beradu dengan wajah Aidan, walau alhasil bibir pria itu menempel sempurna di pipi Deandra, bagaikan kecupan.
Deru napas mereka seirama naik turunnya, tubuh mereka berdua pun sudah sempurna menempel satu sama lain bagaikan amplop dan perangko. Aidan mendengkus kesal melihat posisi dirinya terjatuh, karena Deandra menindih tubuhnya.
“Kamu sengajakan ingin mencelakakanku, Deandra!” sentak Aidan, tidak suka dengan keadaan sekarang.
Sontak saja Deandra yang masih berada di atas tubuh Aidan, langsung menoleh hingga mereka berdua pun saling bersitatap dan mengunci tatapan. Mereka berdua pun sama-sama tercekat dengan salivanya sendiri ketika saling menatap. Aidan tak sengaja menatap bibir ranum milik Deandra yang tampak menggoda dan tak berjarak, sekali Aidan menaikkan wajahnya maka bibir mereka bisa saling menyapa, namun secepat kilat dia menyadarkan dirinya untuk tidak berlebihan memikirkannya.
“Siapa yang ingin mencelakakan Tuan, bukankah Tuan sendiri yang menarik tangan ku!” sentak Deandra sembari menajamkan matanya, lalu dia menggigit bibir bawahnya.
Dengan kedua tangannya yang masih terasa sakit, Deandra bangkit dari atas tubuh pria itu. Lalu kedua netranya melihat pria itu tak berdaya berbaring di lantai, untung saja mereka terjatuh tidak dekat dengan pecahan gelas kristal. Tapi tak sengaja dengkul Deandra menyikut keperkasaan pria itu dengan hentakan kerasnya saat bangkit dari atas tubuh pria lumpuh itu.
“AKKH!” ringis Aidan kesakitan, dan Deandra tidak peduli dengan ringis kesakitan pria iblis itu.
Deandra mendirikan kursi roda milik Aidan yang ikutan terjatuh. “Panggilkan perawat, aku tidak sudi dibantu dan disentuh sama kamu!” perintah Aidan, sembari tangannya menutupi bagian keperkasaannya.
Deandra memutar malas kedua bola matanya pada Aidan. “Tuan pikir aku sudi ingin membantu Tuan muda untuk duduk kembali ke kursi roda. Oooh jangan harap, aku juga tidak mau membantu Tuan, aku juga tidak sudi menyentuh oleh Tuan walau keadaan sangat memaksa!” balas Deandra dengan tersenyum jahat, kemudian dia keluar dari ruang kerja Aidan.
“DASAR WANITA SIALAN!” umpat Aidan dengan teriakan yang menggema.
Bersambung ...
Kakak Reader masih staykan, saya berharap masih stay disini karena 10 bab lagi karya ini akan masuk penilaian lulus atau tidaknya di NT di tahap pertama. Mohon dukungannya ya untuk selalu mengikuti kisah Deandra dan Aidan. Makasih sebelumnya, jangan lupa tinggalkan jejaknya.
Sekalian mau info terbaru ada karya terbaru Mommy Ghina di PF warna hijau, dibuka secara gratis tanpa beli koin dulu jadi segera ikuti kisahnya sebelum nanti akan dikunci bab.
Ini kisah Abyan dan Arumi