Mendadak Dinikahi Mafia

Donovan duduk dengan gelisah di depan kedua orang tuanya. Pria dengan wajah tampan itu tidak tahu harus memulai dari mana. Dia bingung harus menyebut ini kabar bahagia atau kabar buruk. Di satu sisi bahagia karena seseorang yang telah dianggap mati nyatanya masih hidup dan dalam keadaan sehat. Namun, kabar buruknya jika yang bersama mereka adalah Daisy maka ke mana perginya Della?

Tidak ada yang bisa melacak keberadaan wanita itu termasuk Daren yang memiliki koneksi luas. Sepertinya wanita sudah merencanakan pelarian ini secara matang dan yang pasti dia selalu belajar dari pengalaman.

“Don,” panggil Maggie membuat pria itu menoleh cepat. “Apa yang ingin kau katakan? Kenapa kau jadi gelisah? Apa terjadi sesuatu?” tanya wanita paruh baya itu beruntun.

“Apa ini tentang adikmu?” sahut Felix penuh curiga.

Donovan mengangguk. “Sebenarnya yang saat ini bersama Daren bukanlah Della. Mereka orang yang berbeda. Entah ini kebetulan atau memang takdir Tuhan, tapi ....” Pria itu menggantung kalimatnya.

“Jika begitu di mana Della? Siapa wanita itu? Kenapa mereka memiliki wajah yang serupa.” Maggie langsung berdiri dengan wajah cemas. Khawatir terhadap putrinya yang mungkin saja dalam bahaya.

“Mama, tenanglah. Aku belum selesai, dengarkan dulu.”

Wanita paruh baya itu menatap putra sulungnya tajam. “Bagaimana Mama bisa tenang jika kau mengatakannya hanya setengah-setengah. Jika memang dia bukan Della, di mana adikmu sekarang! Apa kau tidak khawatir dengannya? Bisa saja dia dalam bahaya!”

Felix menarik tangan istrinya lembut, meminta wanita paruh baya itu duduk. “Katakan!” ucapnya penuh ketegasan menatap putranya.

“Dia memang bukan Della, tapi Deasy. Kembarannya.”

“Mana mungkin! Jangan bicara sembarangan,” hardik Felix. Mengingat tentang putri mereka yang telah tiada selalu menimbulkan amarah dan kesedihan yang mendalam. Sudah bertahun-tahun berlalu, tetapi luka itu tak kunjung sembuh.

“Ini kenyataan, Papa. Aku dan Daren sudah mencari tahu semuanya, bahkan pada kedua orang tua angkatnya. Dia memiliki kalung yang sama yang dimiliki Della dan aku sudah membuka liontin yang bertuliskan namanya.” Donovan mengambil amplop cokelat yang berisikan informasi latar belakang Daisy dan keluarga angkatnya.

Felix langsung membaca dan mengamati setiap tulisan tanpa terlewat sedikitpun.

“Nama mereka mirip, keluarga angkatnya memang sengaja memberikan nama sesuai dengan yang tertulis di liontin.”

“Benarkah? Benarkah jika Deasyku masih hidup dan dia adalah istri Daren? Papa, katakan sesuatu.” Maggie menggoyang lengan suaminya, sulit percaya tentang fakta yang ada di depan mata. Kebahagiaan membuncah dalam dada, tangisan rindu keluar dari bibirnya. “Lalu di mana Della saat ini?”

“Daren sedang mencarinya, Ma. Sepertinya dia sengaja menyembunyikan diri dari semua orang. Aku pun yakin jika sebenarnya Della telah mengetahui skenario yang terjadi di sini.”

Donovan akhirnya bisa meyakinkan kedua orang tuanya bahwa yang saat ini bersama mereka adalah Deasy Hargrove, kembaran Della.

Kedua orang tuanya saling berpelukan, meski bibir terisak, tetapi binar mata penuh kebahagiaan tak mampu membohongi rasa yang membuncah.

Begitu mereka sama-sama telah menguasai diri, Maggie langsung meminta sang sulung untuk membawa mereka menuju kediaman menantunya.

“Drama apalagi ini,” keluh Daisy dalam hati begitu melihat keluarganya datang sambil berlinang air mata.

Maggie memeluknya, wanita paruh baya itu terisak di pundak, membuat Daisy semakin bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Dia menoleh ke arah sang ayah seolah bertanya, tetapi pria paruh baya itu hanya menampilkan seulas senyum di bibirnya.

“Ada apa, Ma?” tanya Daisy setelah tangisan paruh baya itu mereda.

“Deasy, kau putriku. Anakku ... Mama senang mendengar kabar kau masih hidup, sehat dan sekarang berada di antara kami.”

Mengernyit heran, “Maksud Mama apa?”

“Kami tahu jika kau bukan Della. Tapi kenyataan mengejutkan lain adalah kau ternyata kembaran Della yang 12 tahun lalu dinyatakan tiada pada saat kecelakaan,” ungkap Felix dalam sekali tarikan napas. Pria paruh baya itu mendekat dan memeluk Daisy, mengecup keningnya dengan penuh perasaan. “Kau putriku.”

Daisy berontak, apa yang baru saja didengar sedikit mengusik pendengaran. Dia tidak salah dengar, tetapi bagaimana mungkin. “Bohong. Bagaimana bisa aku jadi putri kalian sementara aku memiliki kedua orang tua yang baru saja tiada.”

“Mereka hanya orang tua yang menemukan dan akhirnya merawatmu,” bantah Donovan.

“Jangan bicara omong kosong!” Daisy berdiri, membuat kedua orang tuanya terdorong mundur. Dia menatap mereka semua dengan air mata, tetapi berbeda dengan bibirnya yang tertawa sinis. “Skenario apa lagi yang harus kumainkan ini? Belum cukupkah membuat aku harus memerankan sosok Della yang entah ke mana rimbanya? Tolong ... jangan mempermainkan aku!”

“Daisy, dengarkan penjelasan kami.” Donovan mengikuti langkah Daisy yang tak menoleh sedikitpun.

“Berhenti mengikutiku,” bentak wanita itu penuh emosi.

“Sekali saja tolong dengarkan. Ini bukan hanya omong kosong dan tipuan belaka. Bukti memang mengatakan kau adalah Deasy kami. Kalung yang ada padamu adalah salah satu buktinya, di dalam sana jelas ada namamu. Juga bukti tes DNA dari beberapa rumah sakit jika kau masih tidak percaya,” ungkap Donovan.

Daisy mendengarkan penjelasan pria itu, tetapi masih enggan menanggapi. Baginya semua masih terasa aneh, seluruh hidupnya berubah dengan sangat cepat.

Hidupnya menjadi tak tenang sejak dirinya diklaim sebagai Della. Tiba-tiba dinikahi pria tak dikenal, nyawanya hampir saja melayang akibat penculikan, orang tuanya meninggal, kemudian ada orang baru yang mengatakan kenyataan lain tentang identitasnya.

Sungguh ... ini amat mengejutkan bagi Daisy yang hidupnya terbiasa tenang tanpa masalah berarti.

Daisy tetap meninggalkannya, Donovan kembali ke ruang tamu dan menemui orang tuanya yang terlihat sedih.

“Sepertinya dia butuh waktu, biarkan adikmu mencerna semua ini. Jelas ini adalah fakta yang membahagiakan sekaligus menyedihkan. Dia baru kehilangan orang tua yang membesarkan, tiba-tiba kita datang dan mengaku sebagai orang tua kandungnya.” Felix buka suara, meski dia gusar, pria paruh baya itu tetap menjaga dirinya agar tetap tenang.

“Orang tua angkatnya bahkan tak lebih baik,” bantah Donovan.

“Meski demikian Daisy tahu mereka yang telah merawat dan membesarkannya,” sanggah Maggie.

“Dia hampir dijadikan istri pria tua demi melunasi hutang. Tidak ada yang gratis di dunia ini, mereka membesarkan Daisy agar bisa membalas jasa dan uang yang telah dikeluarkan.”

Wanita paruh baya itu menggeleng pelan, nyatanya kehidupan Daisy bersama orang tua angkatnya sama-sama menderita. Namun, meski begitu setidaknya mereka berhutang jasa. Jika saja tidak ada orang yang menyelamatkan, mungkin tidak akan ada Daisy di kehidupan mereka, sehingga wanita paruh baya itu mengutarakan, “Tetap saja kita berhutang jasa padanya, Don. Andai tidak ditolong mereka, apa kau yakin adikmu akan tetap hidup sampai saat ini? Setidaknya menggantikan biaya merawat dan membesarkannya itu memang pantas.”

“Daren telah membayar lunas semuanya. Termasuk menyingkirkan mereka yang berniat menjadi parasit.”

To Be Continue ....