Jia menemukan kembali arah hidupnya setelah dia bercerai dari Alex.
Namun siapa sangka, perceraian itu membuat Alex kehilangan pijakan kakinya.
Dan Rayden adalah bocah kecil berusia 4 tahun yang terus berharap mommy dan daddy nya kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AD BAB 15 - Rayden Menangis
Hari ini semua surat perceraian antara Jia dan Alex selesai di urus. Kedua sepasang suami istri itu hanya tinggal datang ke pengadilan dan menandatangi surat cerai mereka.
Pagi-pagi Alex dan Jia pun bersiap untuk pergi kesana.
"Berpamitanlah pada Rayden sebelum pergi, setelah dari pengadilan kamu tidak perlu datang ke rumah ini lagi," ucap Alex.
Tidak peduli pada Jia yang bingung bagaimana cara berpamitan nya.
"Bisakah kamu menemani aku berpamitan pada Rayden?" cicit Jia, dia menundukkan kepalanya, menatap lantai dengan tatapan kosong.
"Baiklah, ayo turun."
Mendengar itu Jia langsung menghembuskan nafasnya lega. Dia menarik koper nya sendiri dan mengikuti langkah kaki Alex untuk turun ke lantai 1. Kedatangan Jia itu disambut dengan beberapa pelayan yang menangis lalu segara menghapus air matanya sendiri.
Pagi ini Sofia mengajak Rayden untuk berenang, mencegah agar Rayden tidak mengejar Jia ketika ibunya itu akan pergi.
Rayden yang sedang asik bermain air pun tersenyum saat melihat ayah dan ibunya datang, lengkap dengan baju yang sama-sama rapi, serasi sekali dimatanya.
"Mommy! Daddy!" teriak Rayden.
Dan Jia semakin mengepalkan tangannya sendiri, seraya terus berucap di dalam hati untuk tidak menangis.
Jangan menangis, jangan menangis, jangan menangis.
Terus seperti itu hingga otaknya bekerja untuk tidak mengeluarkan air mata.
Jia tersenyum lebar, berjongkok didepan anak ya yang berada di kolam renang.
"Mommy dan Daddy mau kemana? rapi sekali," tanya Rayden.
Jia tak mampu buka suara, tenggorokannya tercekat.
Sampai akhirnya Alex yang buka suara.
"Daddy mau antar Mommy ke rumah yang baru, nanti Mommy akan tinggal di sana."
Senyum di bibir Rayden hilang, dengan segera dia keluar dari dalam kolam dan berdiri di hadapan sang ibu.
"Mommy pergi?" tanya Rayden dengan sesenggukan, dia mulai menangis.
Namun Jia sekuat tenaga untuk tidak meneteskan air mata, kedua matanya terus mengerjab jangan sampai air mata itu muncul.
"Tidak benar-benar pergi sayang, kita masih bisa bertemu, hari minggu ini Rayden bisa mengunjungi mommy di rumah yang baru, setuju?!" jawab Jia. Meski entar itu terjadi atau tidak, namun Jia harus membuat anaknya tenang.
"Benarkah? tunggu dulu, aku akan bersiap, aku akan antar kan Mommy juga."
"Tidak Sayang, Rayden tinggal di rumah!" cegah Sofia yang sedari tadi memang ada di sana.
"Tapi Rayden mau ikut Mommy Oma." rengeknya, Jia yang tak sanggup melihat itupun akhirnya menangis juga. Dia memalingkan wajah agar Rayden tidak melihat air matanya.
"Dengarkan Oma sayang, Mommy ingin tinggal di rumah itu, karena rumah itu adalah rumah peninggalan kedua orang tuanya, Mommy tidak bisa tinggal disini lagi." Sofia pun ikut berbohong. Apapun dia ucapkan untuk membuat Rayden tenang, untuk membuat perpisahan ini mudah diterima oleh sang cucu.
Tapi Rayden tetap bersikukuh jika dia ingin ikut dengan ibunya.
Sampai akhirnya Alex yang bertindak, dia memeluk Rayden erat dan berjanji minggu nanti akan pergi ke rumah mommy yang baru.
"Daddy janji padamu, Rayden percaya kan pada Daddy?"
Rayden tidak menjawab, masih terisak.
"Daddy bohong, Oma bohong, Mommy juga bohong, semuanya bohong!" pekik Rayden.
Dengan air matanya itu Rayden berlari menjauhi mereka semua, masuk ke dalam rumah dengan tubuhnya yang basah.
Rayden menangis, terus menangis.
Namun Jia tidak bisa mengejarnya, tidak bisa memeluknya untuk menenangkan sang anak.