Jaka Satya yang berniat menjadi seorang Resi, diminta Raja Gajayanare untuk bertugas di Sandhi Ponojiwan, yang bermarkas di kota gaib Janasaran.
Dia ditugaskan bersama seorang agen rahasia negeri El-Sira. Seorang gadis berdarah campuran Hudiya-Waja dengan nama sandi Lasmini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tenth_Soldier, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Putri Layla
Selang beberapa saat petugas protokol kerajaan mengumumkan bahwa Yang Mulia Emir Rahbain Sheik Zeid, akan segera memasuki ruangan resepsi.
Seorang pria mengenakan jubah kebesaran melangkah memasuki ruangan wajah Sheik Zeid seakan memantulkan pribadi yang terbuka dan lembut menurut pandangan sekilas dari Jaka Satya.
Sedangkan puteri Layla yang cantik anggun berjalan satu langkah di belakang suaminya. Yilmaz, pengawal pribadinya yang berkebangsaan Kirtu, mengikuti dengan tubuh Kekar perkasa di belakangnya.
Menyusul kemudian, kira- kira belasan pria mengenakan pakaian tradisional Bara mereka adalah para kepala suku dari seluruh pelosok gurun pasir.
Satya melihat kehadiran Pangeran Hatir, yang berperawakan tinggi, mengenakan pakaian jahitan Donlon.
Dari raut mukanya, Satya dapat membaca pribadi Hatir yang keras orang yang tak mudah melepaskan apa yang telah berhasil diraihnya.
Dan Jaka Satya juga dapat menduga bahwa Pangeran Hatir berhasil mengontrol Sheik Zeid yang sangat mencintai putrinya itu.
Ketika minuman jeruk mulai dihidangkan sebagai pengganti minuman alkohol, Lasmini berbisik pada Jaka Satya, "Hemm, ternyata Putri Layla tak tampak menakutkan bagiku, Sat. Bahkan wajahnya sesejuk minuman ini!"
"Aku berharap Charlotte berhasil menghubunginya." desah Jaka Satya.
Acara perkenalan akan dilangsungkan, hadirin mulai berbaris. Jaka Satya dan Lasmini melangkah perlahan-lahan menuju pasangan Kerajaan itu.
"Apakah sudah siap?" bisik Jaka Satya.
Lasmini menoleh,"Tentu Sat?"
"Tn. dan Ny. Jaka Satya!"
Petugas protokol mengumumkan dan keduanya melangkah menuju mimbar tempat Sheik Zeid dan Puteri Layla berdiri di atas lapisan permadani indah dan tebal.
"Apa kabar, Tn. Satya?" Sheik Zeid menyapa dengan bahasa Siggrin yang sempurna. Suaranya terdengar lembut di telinga Jaka Satya.
"Salam Alaikum !" sahut Jaka Satya. Sheik Zeid tersenyum renyah dan mejawabnya dengan nada riang, "Waalaikum Salam!"
Mereka saling bersalaman dan Sheik Zeid mengajukan pertanyaan dalam bahasanya. "Apakah anda dapat berbicara bahasa Bara, Tn. Satya."
"Kebetulan saya mengetahui bahasa anda Yang Mulia," ujar Satya merendah.
"Kalau tak salah anda adalah rekan dari Senopati Wibisono Yudhodiningrat, bukan?"
"Benar, Yang Mulia!"
"Dialah yang memperkenalkan aku dengan isteriku,"
"Ah, Dewa Holo Maha Pemurah!" Satya menanggapi dengan sopan.
"Dia orang baik, bukankah demikian menurut anda?" Mata Emir tak
mencerminkan perasaan apa-apa,
"Tentu saja, Yang Mulia... namun orangnya agak keras!"
"Kami semuanya telah bersikap keras.
Suasana yang membuat demikian Kami tak dapat bersikap lunak dalam menghadapi kemelut yang melanda negeri ini." Nada marah terselip di antara kata-katanya yang sopan.
"Pengkhianat dan mata-mata harus ditangani dengan tegas."
Jaka Satya merasakan seolah jemari mencengkram jantungnya, namun ia berusaha tak memperlihatkan perubahan pada wajahnya.
la bertanya dalam hatinya, sampai seberapa jauh Sheik Zeid mengetahui tentang dirinya dan apakah dia yang telah menugaskan pembunuh untuk menghabisinya di Donlon?
Sheik Zeid melanjutkan ucapannya,
"Kukira Tn. Satya!"
"Aku ahli dalam bidang evaluasi, Yang Mulia." Jaka Satya menjawab tangkas.
"Seperti anda ketahui banyak dari warga Nasutaran yang bekerja di tambang minyak negeri ini."
"Ya,ya !" Sheik Zeid mengangguk sambil menatap dengan nanar kemudian melanjutkan.
"Namun kami berharap keahlian anda itu tak perlu sampai dilaksanakan, " Ia mengalihkan perhatiannya pada orang berikutnya.
Putri Layla mengenakan gaun dari satin
putih dengan rambut yang di susun tinggi begitu pantas sebagai Ratu negeri ini.
Bibirnya dengan lekukan pada ke dua ujungnya memberi kesan tak sabar dan angkuh seperti ayahnya.
"Puteri Charlotte menyampaikan salam
cintanya untuk anda." ujar Satya sambil menjabat lengannya.
Puteri Layla tersenyum dengan kepala tertegak. "Ibuku pernah menceritakan tentang anda," ia menanggapi dengan aksen Siggrin.
"Apakah anda, telah menerima berita darinya?"