NovelToon NovelToon
I Love Tentara

I Love Tentara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Murni / Pengawal
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Clavi Ra

Gadis yang baru saja lulus SMK langsung di kirim orang tuanya ke asrama militer yang sangat jauh dari perkotaan.

Dari situlah kesya bertemu dengan kapten
yang terkenal dingin dan tegas.

"Ih kenapa lo ngikutin gue mulu sih, suka lo sama gue heh"

"Kalo iya kenapa"

"Dasar kapten gila"

"Apa kamu bilang hah"


Mau tau kelanjutan kisahnya burun baca!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clavi Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24

"Pasti.....

Setelah kejadian Abi nembak aku saat ini Abi mengajak ku ke desa lagi untuk menemui para anak-anak di desa ini.

"Bi emang mau ngapain kita ketemu sama anak-anak tumben banget kamu" Kami berjalan beriringan dengan Abi yang menggandeng tangan ku.

"Sebenernya aku sering ketemu sama anak-anak, Kami para tentara tidak hanya menjaga kemanan warga tapi juga mengajar anak-anak tentang ilmu pengetahuan. kamu tau sendiri kan kalo di pulau ini tidak ada sekolah sama sekali" jelas Abi.

Aku mengaguk paham. Aku merangkul tangan besar Abi mungkin tangan ini dua kali lipat dari ukuran tangan ku.

Akhirnya kami sampai di sebuah rumah pohon yang sangat cantik. Di sanah sudah ada banyak sekali anak-anak yang sedang belajar, membaca buku, bahkan ada juga yang sedang bermain bersama-sama.

(Gambaran rumah pohon)

"waw" hanya kata itu yang sedari tadi aku ucapkan. Saking terpukaunya aku dengan rumah pohon itu.

Sedari dulu keinginan ku yang belum terpenuhi adalah memiliki rumah pohon.Maka dari itu aku sangat-sangat terpukau dengan rumah pohon yang di jadikan tempat belajar mereka.

"Bi emang siapa yang buat rumah pohon ini?" Aku tidak melepaskan pandangan ku ke rumah pohon itu.

"Para tentara yang berada di asrama, dulu mereka selalu belajar di alam terbuka. Saat cuaca panas merka akan kepanasan kebalikannya saat musim hujan mereka akan kehujanan. Maka dari itu kami berinisiatif membuat tempat untuk mereka belajar." Jelas Abi.

"Abi aku boleh gak naik dan lihat rumah pohon itu" Aku meminta izin ke Abi dengan manja.

Entahlah saat aku dan Abi sudah resmi berpacaran aku semakin manja dengan nya.

"Boleh apasih yang gak boleh untuk cantik ku ini" Abi menyentuh hidung mancung ku dengan gemas.

Aku memukul lengan Abi dengan sangat pelan dan jangan lupakan senyuman manis ku.

"Kalian lagi ngapain?" Aku menghentikan pukulan ku di lengan Abi lalu mengambil jarak ketika anak kecil itu bertanya.

"Oh ini kita lagi akting buat penampilan besak saat acara 17 Agustus, oh iya kalian sudah pada hafal sama dialog nya?" Abi berjongkok dan mensejajarkan tingginya dengan anak kecil itu.

"Udah dong pak, Farel gitu loh" Abi mengusap kepala anak kecil yang bernama Farel itu.

"Hay kakak cantik kita ketemu lagi" Aku melihat ke rumah pohon itu. Anak yang tadi menyapaku ternyata dia adalah anak yang sama saat dulu aku pertama kali pergi datang ke desa ini.

Dia adalah anak gendut yang mebuliying Rama. Aku membalas lambaian tangan anak itu. Aku melihat di sebelah anak itu ada Rama yang juga ikut melambai ke arahku.

Aku langsung pergi ke tangga yang mengubungkan rumah pohon itu. Aku yang sangat bersemangat tidak menyadari kalo tangga itu licin.

Aku pun tergelincir, Aku langsung menutup mataku. Aku yang tidak merasakan sakit sama sekali pun membukak mata.

Pertama kali hal yang aku lihat adalah wajah Abi yang tampan itu. Tenyata saat aku akan jatuh Abi menangkap ku dan menggendong ku ala bridal style.

"Kamu gak papa kan" Abi menurunkan ku dari gendongnya.

"Iya makasih ya sayang" Aku membenarkan tatanan rambut ku yang sedikit berantakan.

"Apa kamu bilang?" Abi bertanya kembali. Apakah Abi tidak mendengarkan ucapan ku padahal aku sudah berucap cukup keras.

"Aku bilang terima kasih" ulang ku.

"Enggak setelah itu kamu bilang apa?" Aku berfikir sejenak, sebenarnya apa yang Abi maksut hingga aku menyadarinya.

"Oh maksud kamu itu Sayang" Aku menekankan kata sayang agar Abi tidak lagi bertanya.

"Iya sayang" Abi mengelus puncak kepalaku.

Aku yang di perlakuan itu hanya tersipu malu.

"Udah lah aku mau naik ke atas" Aku semakin malu ketika Abi terus menatap ku.

"Sini biar aku bantu" Abi memegang tanganku agar aku tidak terjatuh lagi.

Sesampainya di atas aku melihat pemandangan yang sangat bagus di atas sini. Abi juga ikut naik ke atas, sejenak kami melihat pemandangan yang indah ini.

"Kakak cantik" Anak yang berbadan gempal itu menghampiri ku dengan Rama.

"Hay kalian lagi belajar ya?" Tanyaku ke pada dua anak di depanku ini.

"Em iya kami lagi latihan drama" Ucap Rama yang sedari tadi hanya diam saja.

"Wah kalian udah akrab ya" Senangku ketika melihat mereka berdua selalu bersama.

"Iya ini semua berkata nasehat dari kakak" ucap anak lelaki berbadan gempal.

"Oh iya nama kamu siapa, dulu kita kan belum kenalan" Aku mengulurkan tangan ku untuk berkenalan.

"Nama aku Bobo" Kata anak itu dan kita saling berjabat tangan.

"Kalo nama kakak adalah Keysa salam kenal ya" aku mengayunkan tangan kami.

"Udah kan kenalan nya ayo kita masuk kedalam" Aku melepas jabatan tangan ku dengan Bobo kerenn Abi yang menyuruh kami masuk ke dalam.

Di dalam aku melihat banyak anak yang sedang memeragakan sebuah adagan kurasa mereka sedang berlatih memainkan sebuah drama.

Aku duduk di sebelah Abi dan kami melihat anak-anak itu berlatih. Setelah mereka selesai aku bertepuk tangan dengan sangat meriah.

Prok..... prok...... prok.... prok.....

Aku menghentikan tepukan tangan ku ketika semua orang memusatkan pandangan ke arah ku dan hanya wajah binggung yang aku lihat dari mereka.

Sungguh aku sangat malu sekali di tatap seperti itu olah anak-anak. Aku menutup wajahku agak anak-anak tidak mengenali ku.

"Pak kakak ini kenapa" Tanya salah satu anak perempuan yang berada di sebelah Abi. aku pun yang mendengar itu semakin malu.

"Oh kaka ini dia malu karena di liatin sama kalian" Jawab Abi. aku pun mencubit perut Abi gemas.

"Duh ampun key ampun" sepertinya Abi geli dengan cubitan ku. Aku menghentikan cubit dari perut Abi setelah aku sudah merasa puas.

"uh makanyaa jangan terlalu jujur Abisali" gemas ku.

"Oke sekarang mulai latihan sekali lagi ya biar saya tau kalian latihannya udah sampe mana" jelas Abi.

"emang judul drama nya apa?" tanyaku ke Abi.

"Judulnya maling Kundang" Aku hanya beroh ria saja dan fokus melihat anak-anak itu yang sedang menata posisi.

Aku melihat drama itu dengan seksama, menurut ku ada sesuatu yang kurang di sini. Aku menghampiri Abi yang sedang mengajari anak lelaki yang sepertinya dia sebagai maling Kundang.

"Bi aku rasa masih ada yang kurang deh" setelah di dekat Abi aku mengutarakan pendapat ku.

"emang apa?" Abi berbalik ke arahku dan bertanya.

"Kalo ada yang bawain narasi lebih bagus gak sih bi" ujar ku.

"Iya kamu bener tapi siapa yang bakal jadi pembawa narasi?"

Aku berpikir hingga pandangan ku tertuju ke arah anak kecil yang sedang melihat teman-teman nya yang sedang latihan drama.

"Bi dia gak ikut main in peran kaya anak-anak yang lain" tanyaku dengan menunjuk anak kecil itu.

"Oh dia gak bisa baca makanya anak-anak yang lain gak mau kalo main drama sama anak itu" mendengar itu aku pun langsung menghampiri anak perempuan yang sangat imut itu.

"Hay kenapa kamu di sendiri di sini, kenapa gak sama teman-teman?" tanyaku setelah berada di dekat anak kecil itu.

Diam, dia hanya diam saat aku bertanya kurasa dia merasa takut. Aku pun duduk di sebelah nya dan kembali mengajaknya ngobrol.

"kenalin nama aku Keysa kalo nama kamu siapa" ucapku dengan intonasi seperti anak kecil.

"Mau belajar bareng kakak gak, kita belajar baca mau" lanjut ku yang masih menggunakan suara anak kecil.

Anak itu mulai melihat ku dengan mata yang berbinar.

"Ayo" Aku menggandeng anak itu lalu ku bawa dia keluar agar proses belajar tidak di ganggu oleh anak lain.

"Nana" ucap anak kecil itu. aku yang paham apa yang dia maksud pun hanya tersenyum dan mengelus Kepalanya dengan sayang.

"Ayo Nana kita belajar" ucapku dengan penuh semangat. Nana mengaguk semangat dan jangan lupakan senyum manisnya itu.

Saat ini kami berada di bawah rumah pohon yang ada sebuah meja dan kursi yang terbuat dari balok kayu.

Aku mengeluarkan buku eja yang ku ambil dari rumah pohon itu. Memang di rumah pohon ada banyak sekali buku pengetahuan agar anak-anak bisa belajar tanpa harus membeli buku.

"sekarang kita belajar mengenal huruf dulu ya" Nana mulai memperhatikan ku yang sedang memberi tau tentang huruf alfabet.

Ada seseorang yang sedang memperhatikan kami berdua di rumah pohon itu. Aku yang menyadari itu pun melambaikan tangan ku.

"Dia sudah berubah..... "

***

1
Anrai Dela Cruz
Suka sejak awal
Dálvaca
Mantap!
vera: makasih kak 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!