Aldan harus menuruti kemauan sang Ayah untuk menikahi musuh abadinya dimulai dari masa SMA. Menikahi Alya tidak pernah terbayang dalam benaknya, terlebih lagi umurnya yang masih terlalu muda untuk menjamah sebuah hubungan pernikahan.
•
"Yang benar saja, Ayah.. Aku harus menikahi gadis tantrum itu?" Tanya Aldan sembari menunjuk ke arah Alya yang menatap nya tajam.
"Yaelah, aku nggak akan tantrum kalau Lo nggak ganggu!" Lawan Alya tak mau kalah.
SEASON 2 Cerita ini=→Istri Dadakan Om Duda
~~~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PDAS~~~Chapter 26 (Baru)
Dan pada akhirnya kini telur mata sapi ala Alya telah tersaji dengan indah di piring. Dengan kebanggaan yang tinggi Alya membawa masakannya menuju Aldan yang sudah menunggu dengan perut yang keroncongan. Tatapan mata Aldan dan Alya bertemu, Alya tersenyum manis membuat Aldan merasa aneh.
“Ini nggak ada zat yang berbahaya kan?” Tanya Aldan kala sudah berhadapan langsung dengan masakkan sang istri.
Senyuman Alya memudar. “Yaelah, kalau mau racuni juga nggak akan dari telur mata sapi.” Respon Alya asal.
Kedua alis Aldan mengkerut. “Jadi?” Tanya Aldan yang langsung membuat Alya memikirkan jawaban yang tepat.
“Bisa dari ciuman ku, kau tahu.. Ciuman ku beracun disaat waktu_”
“Dasar bocah!” Potong Aldan yang langsung membuat Alya terdiam. Pria itu mengambil sendok lalu makan dengan lahap di hadapan Alya yang sedang berkacak pinggang menatapnya.
Sejujurnya hati Alya beserta jantung berdebar, dengan tangan saling meremas Alya memerhatikan Aldan yang tengah makan. Dari ekspresi pria itu, sepertinya memang enak. Tapi, ada kalanya ekspresi Aldan yang seperti merasa aneh dengan masakkan Alya.
~
“Enak tidak?” Tanya Alya kala Aldan menyerahkan piring kosongnya kepada Alya. Aldan mengangguk saja sambil menenggak habis minum yang baru saja Alya ambilkan.
“Enak si, cuma kok ada kek pasir pasir nya? Kau menambahkan topping apa?” Tanya Aldan yang berhasil membuat Alya terdiam. Alya teringat dengan asal-muasal telur sebelum ia masak diatas teflon.
“Pasti pasir diatas kompor itu, astaga.. Ternyata pasirnya menempel!” Gumam Alya didalam hati. Alya tersenyum manis agar Aldan tidak merasa curiga sedikitpun.
“Syukurlah kalau kau suka, Hem.. Sebaiknya kita tidur sekarang.” Kata Alya untuk mengalihkan pembicaraan. Aldan yang polos atau bisa dikatakan sedang tidak mengerti dengan apa saja yang sudah dilakukan sang istri.. Kini pasrah saja mengikuti Alya menuju kamar mereka.
Tatapan mata Aldan tertuju pada Alya yang berjalan dibelakangnya. Langkah wanita itu sungguh lambat, Aldan sampai sakit kepala melihatnya.
“Selain tikus, kau itu juga siput.” Ucap Aldan dengan nada mengejek.
“Kalau mau cepat, ya gendong!” Alya malah menantang, ia tidak suka kalau Aldan selalu saja meremehkan apapun yang ada pada dirinya.
Jiwa Aldan merasa tertantang, tanpa banyak alasan lagi.. Aldan langsung menggendong Alya, tentu saja Alya terkejut bahkan sempat menjerit. Aldan tidak perduli, ia membawa Alya menuju kamar bagaikan pengantin baru. Alya merasa gugup, Aldan mengangkat tubuhnya seperti tidak ada beban sedikitpun.
“Turunin aku, Aldan! Turunin cepetan!” Alya terus protes kepada Aldan yang tetap kekeh menggendongnya.
Bahkan sesampainya dikamar, Aldan melempar tubuh Alya menuju tempat tidur. Membanting lebih tepatnya, sudah pasti Alya kesakitan. Ia menatap tajam Aldan yang tertawa, bahkan tidak merasa bersalah sama sekali.
“Sakit tau!”
“Bodoamat!” Balas Aldan tak mau kalah. Ia menutup pintu sambil mendengarkan keluhan Alya, dibalik itu Aldan tersenyum tipis.
“Lagian itu tubuh atau balon, enteng banget..” Ejek Aldan yang berhasil membuat Alya melotot sempurna. Ketahuilah Aldan bisa menghina apapun, tapi yang pasti Alya tidak suka kalau Aldan sudah menghina bentuk tubuhnya.
Tapi, kala Alya ingin protes, ia melihat Aldan yang mengambil selimut membawanya menuju sofa. “Malam ini aku tidur disofa, aku sedekahkan tempat tidur untukmu.” Kata Aldan kepada Alya yang malah terdiam.
“Kenapa? Sofa sempit, aku juga sudah terbiasa bagi tempat tidur denganmu.”
“Malam ini aku ingin tidur dengan nyaman, Al..” Respon Aldan sembari berbaring disofa. Aldan tersenyum tipis, ia teringat dengan masa-masa bersama dengan Thena.
Alya mengerti, ia tahu apa yang sedang Aldan pikirkan. Alya hanya bisa menghela napas panjang, berbaring dengan posisi membelakangi Aldan. Alya teringat dengan senyuman manis Aldan kepada Thena tadi, Alya tidak pernah melihat raut wajah bahagia seperti itu dari sang suami. Sama sekali tidak pernah, baru kali ini Alya melihatnya.
“Pasti sempat ada hubungan yang tidak biasa di antara mereka..” Gumam Alya didalam hati.
gak lanjut ini tror 🥹