NovelToon NovelToon
Meraih Mimpi

Meraih Mimpi

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:19k
Nilai: 5
Nama Author: isha iyarz

" Tapi sekarang kamu jauh dari abang. Siapa yang melindungimu kalo dia kembali merundung? " Arya menghela napas berat. Hatinya diliputi kebimbangan.
" Kalo dia berani main tangan pasti Diza balas, bang! " desis Diza sambil memperhatikan ke satu titik.
" Apa yang dia katakan padamu? " Arya menyugar rambut. Begitu khawatir pada keselamatan adiknya di sana. Diza menghela napas panjang.
" Mengatakan Diza ngga punya orang tua! Dan hidup menumpang pada kakeknya! " ujarnya datar.
" Kamu baik-baik saja? " Arya semakin cemas.
" Itu fakta 'kan, bang? Jadi Diza tak bisa marah! " pungkasnya yang membuat Arya terdiam.
Perjuangan seorang kakak lelaki yang begitu melindungi sang adik dari kejamnya dunia. Bersama berusaha merubah garis hidup tanpa menerabas prinsip kehidupan yang mereka genggam.
Walau luka dan lelah menghalangi jiwa-jiwa bersemangat itu untuk tetap bertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon isha iyarz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Memandangi siluet tubuh Arya dan Diza yang perlahan menghilang di dalam markas, Segara duduk menunggu di bawah pohon akasia yang tumbuh di tepi jalan. Terdengar suara mobil yang menggerung di depan jalan, anak lelaki dua belas tahun itu bergegas bangkit.

Nampak seorang pria dewasa yang dikenalnya sebagai pemilik markas, Tama, berdiri di depan pintu samping yang terbuka. Arya dan Diza naik ke mobil. Lalu kendaraan itu melesat cepat meninggalkan halaman markas yang separuh gelap.

Segara menarik napas lega. Setidaknya dia memastikan bahwa sahabat kecilnya itu benar-benar meninggalkan kota. Setelah menentukan langkah dia berlari menembus gelap malam kearah jalan yang dilewati mobil tadi.

Cukup jauh, hingga Segara tiba di sebuah losmen yang ada di sudut jalan. Tidak mewah, namun bangunan lima pintu itu tampak bersih dan terawat. Dia masuk ke pintu paling ujung. Seorang laki-laki dengan tubuh gempal mengangkat kepala. Begitu menyadari Segara yang datang dia kembali melanjutkan tidurnya.

Keesokan pagi laki-laki itu terbangun. Matahari menyinari tempatnya berbaring. Jendela terbuka separuh. Terseok-seok dia segera membersihkan diri di kamar mandi yang ada diluar kamar.

" Kamu ngga beli sarapan, Gara? " suaranya yang serak berseru dari dalam kamar.

Segara masuk, membawa dua bungkus nasi dan meletakkannya keatas meja. Dia kembali berseru saat anak lelaki itu berbalik. Menyuruh Segara duduk diatas ranjang. Lelaki itu membuka bungkusan nasi dan mulai makan.

" Mulai besok kita masak sendiri. Itu jadi tugasmu setiap hari! " Lelaki itu menoleh sejenak. Lalu kembali menyuap menggunakan sendok plastik yang diberi gratis setiap membeli sebungkus nasi.

" Dapur ada dibagian ujung. Jangan gunakan seenaknya, gas mahal! Kebun belakang kamu bersihkan. Tanami apa saja yang bisa dijual! Pekerjaan selanjutnya akan aku kasi tau jika memang ada! " Laki-laki itu mengibaskan tangan, isyarat agar Segara meninggalkannya.

" Baik, bang San! " Segara kembali beranjak menuju pintu dan menghilang dengan kesibukannya di depan losmen. Menyapu halaman.

Berbulan-bulan Segara menjalani kehidupan barunya. Sebisa mungkin dia tidak menampakkan diri di siang hari di luar losmen. Khawatir ditemukan pengurus dan anak-anak panti yang masih tinggal di sana.

Bangun subuh, memasak, membersihkan losmen_yang walau tempatnya dipinggiran kota, terpencil, dan berada diujung jalan kecil, namun tamu yang menginap datang silih berganti_berkebun, untuk kemudian di malam hari Segara melakukan misinya.

Bang San tidak menghalanginya melakukan apa pun selama tugas yang diberikannya selesai dengan baik. Tidak risau dia pulang subuh, tidak mencari walau dia tidak pulang sekali pun, asal saat dia bangun pagi sarapan dan kopinya tersedia diatas meja.

" Abang tidak sekolah? " Diza memotong tak sabar. Segara menatapnya datar. " Informal " jawabnya pelan.

" Abang sering ke panti? " Diza menatap antusias. Segara menghela napas panjang. Memperhatikan mata lentik yang berbinar menatapnya penuh rasa ingin tahu itu. Dia merasa khawatir menceritakan semuanya pada Diza.

Khawatir gadis ini memiliki keinginan menyelidiki kasus yang juga masih dia ikuti perkembangannya.

" Kamu mau masuk kuliah 'kan? " Segara menyesap susu di gelasnya hingga tandas. Diza cemberut.

" Ceritakan lagi, bang! " sahutnya sedikit ketus. Segara melirik jam dinding. Dia tertawa.

" Pulang sana! Masih banyak waktu. Abang ceritakan semuanya lebih panjang nanti! " Segara bangkit menuju wastafel membawa gelasnya.

Diza menatap jam di pergelangan tangannya. Berhitung dengan waktu. Dia memang harus segera pulang. " Nanti malam Diza kesini lagi, ya, bang! " gadis itu segera beranjak mencuci gelasnya.

" Datang saja kapan pun kamu mau! " lelaki itu berdiri dengan bersandar di dekat wastafel. " Buka saja pintu belakang itu, tidak dikunci. Lakukan apa yang kamu mau walau abang tidak di rumah! Masak, makan, tidur. " Segara mengikuti langkah Diza hingga ke pintu. Gadis itu mengangguk senang.

" Hati-hati, dik! Dan jangan ke gedung lagi! " suara Segara berubah dingin saat mengatakannya. Diza tersenyum kecut. Bergegas menjauh sebelum lelaki itu memberinya petuah disertai ancaman seperti Arya.

*****

Mengikuti mata kuliah ekonomi kali ini Diza terus menguap. Bukan saja kantuknya kembali karena kurang tidur, tapi dia merasa tidak bersemangat lagi dengan jurusan ini. Entah mengapa dia jadi terpikir ganti prodi.

Diza terpaksa mengikuti hingga jam kuliah selesai. Setengah tiga kebosanannya berakhir. Diza melesat mengikuti sebagian teman-temannya yang bergerak meninggalkan kelas.

Ponselnya bergetar. " Diz, kamu ngga ikut ekskul? Ada materi fotografi hari ini! " Zeta berseru dari kelasnya.

" Lagi males, Ze! Aku mau pulang aja " sahut Diza lesu.

" Kamu sakit? " Zeta serius.

" Ngga! Cuma mager aja, males mikir, males dengar! " Diza hampir menguap.

" Owh, kamu ngantuk? Kurang tidur 'kan, ya! Kamu pulang aja, deh! Tapi jadi sendiri lagi, ngga papa? " cerocos Zeta.

" Anak-anak kemana? " Diza terus melangkah mendekati motornya.

" Mentari dan Tatiana mau belanja lagi. Ngga tau, tuh, mereka jadi keranjingan nyari barang-barang entah apa " sahut Zeta.

" Oh, ya, udah! Aku duluan, Ze! " Diza mengakhiri panggilan. Memasang helm dan mulai menyalakan motor.

" Hai! " Tepukan di bahunya membuat Diza menoleh kaget. Cukup keras terasa. Dan matanya memicing begitu menyadari Witri yang mendekatinya.

" Ehm, mungkin ini terlalu tiba-tiba! " Witri mengangkat bahu. " Papa mengundangmu ke rumah! " sambungnya sambil mengusap pelan kaca spion motor.

" Aku ngga ada ... " Diza langsung diam saat Witri mengangkat tangannya cepat, menghentikan ucapannya.

" Tidak harus sekarang! Kapan saja jika kamu ada waktu! " Witri mengulurkan kartu nama sambil memandanginya dengan ekspresi entah.

Dan gadis dengan rok sebatas betis yang dilengkapi ikat pinggang besar itu berlalu begitu Diza menerima kartu yang disodorkannya. Tanpa melihat lagi Diza memasukkan benda persegi panjang itu ke laci motor.

Dia pulang dengan memacu motor dalam kecepatan tinggi. Masuk ke rumah dan segera mandi, berganti baju, makan, dan bersiap kembali pergi. Dia akan memaksa Segara menyelesaikan ceritanya sore ini.

Diza mengeluarkan sepeda dari garasi. Kali ini dia akan melewati jalan aspal di jalan Adipura. Melintasi beberapa rumah besar di pinggir jalan utama lalu berbelok memasuki jalan cukup besar di sebelah kiri. Gedung tiga lantai berdiri kokoh di sebelah kanan. Diza hanya memandanginya dari jauh.

Rumah-rumah yang tampak bagian belakangnya saja saat dia melewati gang kecil itu ternyata lebih bagus begitu dia melintasinya dari arah depan. Diza berhenti di depan rumah yang hanya satu-satunya memiliki pagar sebatas pinggang itu. Sementara di kiri kanannya pagar jeruji setinggi leher.

Rumah tampak sepi. Diza memperhatikan taman hijau mini di depan rumah. Garasi tertutup rapat. Perlahan dia melangkah menaiki teras dengan kursi panjang itu lalu mengetuk pintu. Walau sudah mendapat izin dari pemilik rumah tapi dia masih menjaga etika.

Pintu terbuka disertai sebuah kepala yang muncul di baliknya dengan wajah dingin. Mereka saling tatap beberapa saat lamanya. Dia lelaki yang menyuruh Diza dan ketiga temannya untuk pergi meninggalkan gedung waktu itu.

Tanpa bicara Bren membuka pintu lebar. Dan beranjak kembali ke dalam tanpa bicara. Diza mengerjap beberapa kali. Dia tak tahu jika ada orang lain di rumah ini. Entah siapa dan pastinya Segara tidak ada di rumah.

Diza memutuskan kembali menuju sepedanya. Mungkin dia akan berkunjung lagi kapan-kapan pikirnya menahan kecewa. Dan Bren terlambat meneriakinya begitu dia sadar Diza tidak masuk ke rumah. Gadis itu melesat memasuki gang kecil dan menghilang.

1
Titien Muliasari
Alhamdulillah...perlahan mengurai kesalahpahaman di antara anak dan ortu
Titien Muliasari
diza jatuh cinta, tapi tidak menyadari nya
Titien Muliasari
aku suka, pemilihan kata2 dan rangkaian kalimat di novel ini bagus banget
Cahaya Bintang Cahaya Bintang
nunggu kelanjutan nya...
Cahaya Bintang Cahaya Bintang
lanjut
Cahaya Bintang Cahaya Bintang
nungguin moment Diza dan Segara...
Cahaya Bintang Cahaya Bintang
wow kuereeennn pokoknya...
Cahaya Bintang Cahaya Bintang
hemmm penuh teka teki..
Cahaya Bintang Cahaya Bintang
makin penasaran kelanjutan nya...
Cahaya Bintang Cahaya Bintang
suka banget cerita nya, baguss banget, perjuangan seorang kakak buat adeknya.. Semangat trus kakak, Sehat N Berkah Barokah selalu,... 💪💪👌
Iza Kalola
Nyamaannnn kena tombok. 😃😃 pasti si Witri kek kucing garong.
Iza Kalola
bawaan sakit hati dan dendam yang belum kelar 🥺
Iza Kalola
Asli jadi ikutan nangis 😭😭😭
Jumi Saddah
andai sja aq punya kakak laki2 kyak arya,,,huh bahagia nya,,
Aisha Lon'yearz: /Smile/
total 1 replies
Iza Kalola
Palingan kena jebak oleh Witri dan Cindy manfaatin keadaan karena udh tahu dr awal kalau Segara suka sm Diza.

persepupuan compleks... 😒
Iza Kalola
Bang Tama selalu datang tiba-tiba 😄
Lestari Setiasih
bagus ceritanya
Lestari Setiasih
baru baca sdh sedih
Iza Kalola
cieeeeee... /Proud/
Iza Kalola
takda akhlak ni keluarga Beno dan Beyna. gerammm liat kelakuannya yg tak tau malu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!