Kisah seorang gadis desa yang merantau ke ibukota, dikhianati oleh sang tunangan yang selingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Nasib tragis kembali menimpa, dia di pecat dari perusahaan tempatnya bekerja dengan tidak hormat.
Hingga takdir kemudian mempertemukannya dengan seorang pengusaha muda yang juga memiliki masa lalu kelam, melalui putra kecil pengusaha tersebut yang sangat menyayangi Nabila.
Akankah kebahagiaan berpihak pada Nabila?
Yuk, ikuti perjalanan cinta Nabila dan sang pengusaha, yang mengharukan, romantis, sekaligus kocak 🥰
____
Dalam tahap revisi PUEBI ☺🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merpati_Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obat Perangsang
"Duh gimana ini? Memang minuman yang dibikin sama Bu Runi apakah kopi spesial yang hanya khusus untuk Pak Bos, hingga karyawan lain tak boleh meminumnya?" Pertanyaan demi pertanyaan memenuhi benak Nabila, dia terlihat gelisah.
Pak Yuda memulai pembicaraannya, dia menjelaskan bahwa penawaran proposal yang telah dibuat oleh Nabila dan sudah mereka ajukan kepada perusahaan rekanan disetujui. Dan beberapa hari ke depan pihak perusahaan rekanan mengundang mereka untuk mendengar presentasi langsung dari narasumber, bos besar itu terlihat antusias dan senang dengan hasil kerja keras karyawannya itu.
Nabila dan Rahmat mendengarkan dengan seksama penjelasan atasan mereka, dan keduanya pun ikut tersenyum lega.
Tapi tak berselang lama, Bos mereka nampak mulai gelisah... bulir-bulir keringat jagung nampak keluar memenuhi keningnya. "Rahmat tolong tambah volume AC nya, udara nya terasa panas," titahnya bergumam sambil melepaskan jas yang melekat di tubuh nya dan melemparnya asal ke sofa.
Rahmat dan Nabila hanya saling pandang, tak mengerti apa yang terjadi dengan Bos mereka, "padahal suhu di ruangan ini sudah sangat dingin," bisik nya pada Nabila.
Nabila hanya mengangguk, membenarkan ucapan Rahmat.
"Huh,,," menghembuskan nafasnya kuat-kuat, "apa yang telah kau campurkan di minuman ku Nabila... kurang ajar!" hardik nya menatap Nabila dengan pandangan membunuh, "kau licik, caramu seperti pe***** murahan," tudingnya kearah Nabila, sambil tangannya mulai membuka kancing bajunya.
Nabila tersentak kaget,,, sungguh dia sama sekali tidak menduga akan mendapatkan kata-kata kasar seperti itu dari Bos nya, atasan yang selama ini terkenal sebagai sosok yang berwibawa. "Tidak ada Pak Bos, saya... saya sama sekali tidak mengerti maksud Pak Bos," jawab Nabila kebingungan dengan isak yang tertahan.
Rahmat yang menyadari kejanggalan pada Bos nya segera menyuruh Nabila untuk keluar dari ruangan Presiden Direktur itu, "keluar dulu Bill, biar aku yang mengatasi Bos," titahnya menatap tajam Nabila dengan menahan emosi.
Nabila hanya bisa mengikuti kemauan Rahmat, dan segera berlalu dari ruangan itu.
Setelah Nabila keluar dari ruangan, "maaf Bos, sebaiknya anda berendam di kamar mandi untuk menetralisir obat perangsang itu," ucap Rahmat memberikan saran kepada Bos nya yang masih gelisah dan mondar mandir di ruangannya, "saya akan panggilkan dokter pribadi Bos untuk memeriksa," lanjutnya sambil membuka pintu kamar mandi dan mempersilahkan Bos nya untuk menuruti sarannya.
"Panggilkan saja istriku,,," titahnya sambil berlalu masuk ke kamar mandi yang berada di sudut ruangan miliknya.
Baru saja Rahmat hendak menghubungi istri dari Bos nya, tiba-tiba brak...
Terdengar suara pintu dibuka dengan kasar oleh seseorang,,, "dimana suamiku?" Kinanti datang dengan tergesa sambil mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan.
Rahmat yang tersentak kaget segera menjawab, "Pak Bos baru saja masuk kamar mandi Nyonya,," balasnya sambil menunjuk kearah pintu kamar mandi yang tertutup rapat.
"Kamu keluarlah, dan tunggu sampai suamiku stabil... aku butuh penjelasan mu," titah istri Bos dengan tegas.
"Baik Nyonya," Rahmat membungkukkan setengah badannya dan segera meninggalkan ruangan Presiden Direktur.
Nabila duduk si sofa yang berada di sebelah meja kerjanya dengan menunduk, tak bersuara,,, hanya sesekali terlihat punggungnya berguncang menahan isak tangisnya.
Rahmat duduk disebelah nya, tanpa kata-kata. Keduanya terdiam, hingga beberapa saat... "Bisa kau jelaskan kepadaku Bill? Kenapa kopinya kau beri obat perangsang?" tanya Rahmat memecah kesunyian.
Deg,,, Nabila tersentak, menatap Rahmat dengan pandangan sendu. Terlihat matanya sembab, dan bulir-bulir air mata masih mengalir membasahi wajah ayunya. "Apa masih ada gunanya saya menjawab?" tanya Nabila balik kepada Rahmat, dan segera menundukkan wajahnya kembali.
"Entahlah, aku juga tidak bisa memastikan kebenarannya," ucap Rahmat gamang, "asal kau tahu Bill, Bu Runi adalah saudara Nyonya besar dan dia sudah lama bekerja di sini," sejenak menghentikan ucapannya, "dan apapun yang dikatakan Bu Runi Pak Bos pasti akan mempercayai nya," lanjutnya dengan suara berat.
"Apapun yang akan terjadi nanti saya akan menghadapinya," ucap Nabila dengan terisak, dia tak sanggup menahan lagi tangisnya.
Rahmat yang mendengar isak Nabila hanya bisa terdiam, dia tahu Nabila gadis yang baik dan tidak mungkin melakukan hal konyol seperti tadi. Tapi mengingat bahwa lawan Nabila dalam memberikan keterangan nanti adalah Bu Runi, kerabat dekat dari istri atasannya... Rahmat hanya bisa berharap dalam hati, bahwa Bos nya nanti masih bisa bersikap bijak tanpa terpengaruh dengan intervensi dari Nyonya besar.
"Maafkan sikapku tadi Bill,,, aku hanya terkejut," lirih nya dengan menyesal.
Nabila menggelengkan kepala, "tidak apa-apa Pak Rahmat, saya mengerti," balas Nabila dengan suara yang lebih tenang. Dia sudah mulai bisa mengontrol perasaan nya, meski masih terlihat sesekali dia menyusut air mata yang turun di sudut matanya.
Cukup lama mereka menunggu di sofa itu, tak terdengar lagi obrolan dari keduanya. Masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri, hanya terdengar sesekali Rahmat yang memainkan sepatu pantofel nya di lantai kantor untuk mengusir kegelisahan hatinya.
Rahmat tahu betul sifat Nyonya Bos nya yang suka mengintervensi keputusan-keputusan suaminya, meski seringkali keputusan yang diambil Bos nya justru merugikan perusahaan.
Hampir dua jam Rahmat dan Nabila menunggu dengan gelisah,, sesekali Rahmat berdiri dan berjalan mondar-mandir mengelilingi ruangan itu.
Cek lek,,,
Terdengar pintu ruangan Presiden Direktur terbuka, terlihat Nyonya besar berdiri ditengah pintu sambil berkacak pinggang,,, "kalian masuklah," titahnya pada Rahmat dan Nabila.
Keduanya segera melangkah masuk kedalam ruangan pemilik perusahaan, dengan di iringi tatapan tajam istri sang Bos yang tersenyum licik mengisyaratkan kemenangan.
"Duduklah," titah sang Bos dengan pandangan dingin kepada keduanya.
Tanpa bicara Rahmat dan Nabila segera duduk.
"Siapa nama kamu?" tanya Nyonya Bos dengan sinis pada Nabila.
"Saya Nabila Nyonya," jawab Nabila dengan suara bergetar.
"Kamu sengaja kan ingin menggoda suami saya?" tuduhnya tanpa minta penjelasan, "dasar murahan, mulai detik ini kamu di pecat!"
trus Selly kebagian ulet bulunya donk kasiannn