Raika, telah lama hidup dalam kesendirian sejak kematian ayahnya. Dunia yang berada diambang kehancuran memaksanya untuk bertahan hidup hanya dengan satu-satunya warisan dari sang ayah; sebuah sniper, yang menjadi sahabat setianya dalam berburu.
Cerita ini mengisahkan: Perjalanan Raika bertahan hidup di kehancuran dunia dengan malam yang tak kunjung selesai. Setelah bertemu seseorang ia kembali memiliki ambisi untuk membunuh semua Wanters, yang telah ada selama ratusan tahun.
Menjanjikan: Sebuah novel penuhi aksi, perbedaan status, hukum rimba, ketidak adilan, dan pasca-apocalipse.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahril saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Apa yang ingin kau sampaikan?
"Raika, datang lagi yah ..." teriak Emi sambil mengayunkan tangannya dari jauh.
Aku mengayunkan tangan kembali. Mungkin, suatu saat nanti aku akan berkunjung lagi.
"Hah ... Kenyangnya, aku rasa bisa tahan sampai besok," Mio tersenyum, sambil menepuk perutnya.
"Wanita ini memang Gorila." Yuto bergumam dengan tangan menutupi mulutnya.
"Baiklah, sekarang waktunya pergi. Aku juga ingin berbicara beberapa hal nanti, Raika," jelas Yuya.
"Baik ..." Jawabku.
Kami terus berjalan di sepanjang trotoar. Orang-orang di sekitar seperti menghindari kami dengan tatapan tajam. Meskipun tanda Crusemark yang kumiliki berada pada bagian bahu, yang seharusnya tidak nampak dengan mata telanjang, tetapi, dengan mereka mengaktifkan fury mode, maka tanda ini akan menyala seperti cahaya.
Itulah kenapa, meskipun tanda ini di tutupi sekalipun, mereka tetap mengetahuinya. Yuya, memiliki tanda di bagian leher. Yuto, pada jidatnya. Mio, tertutupi oleh seragam hitam yang ia pakai, seharusnya berada di bagian tangan. Semua tanda ini memiliki kesamaan yaitu, sebuah bola dengan dua cincin melingkar membentuk tanda X.
***
Setelah cukup lama berjalan, akhirnya sebuah gedung berlantai 7 berada di hadapanku.
"Raika, ini adalah tempat yang nanti akan kamu tinggali kalo menerima tawaran mereka," jelas Yuya.
"Sejujurnya, Yuya, apakah tujuan kita masih sama? Bukankah, jika kalian bergabung dengan pasukan D 11 kalian tidak akan pernah menggapai tujuan," ucapku ingin mempertanyakan keputusan mereka menjadi pasukan.
"Baiklah ..." Yuya merenggangkan kedua tangannya. "kita akan membicarakan ini di dalam."
"Yah, kau pasti akan terkejut, setelah melihat dalamnya loh," tambah Mio.
"..."
Tenangkan dirimu Raika, mungkin mereka memiliki sesuatu alasan untuk itu. Namun, apakah alasannya karena diriku? Mengingat jika mereka tidak menerima itu, mungkin kondisiku waktu itu menjadi lebih buruk, bahkan bisa saja mati.
Yah ... Lebih baik, dengarkan apa yang akan mereka sampaikan. Apapun yang terjadi, Yuya, kuharap kau masih menjadi dirimu sendiri.
Pintu putih dengan beberapa lampu, otomatis terbuka. Menampilkan; sebuah ruangan luas, dengan 2 tangga melengkung menuju lantai 2. Aneh, bukankah seharunya terdapat lantai lain, mengingat terdapat 7 lantai yang aku lihat.
Aku kira, gadung ini tidak begitu ramai, tapi ternyata tidak seperti itu. Kebanyakan dari mereka adalah orang Crusemark. Dari seragam mereka yang sama seperti Yuya, bisa kusimpulan hampir seluruh dari mereka adalah pasukan D 11.
Ramai, suara tawa, suara bising, suara permainan dari mesin. Ini aneh ... Bukankah mereka sedang berada di lokasinya orang-orang Eldritch, kenapa mereka bisa tertawa sebegitu-nya.
"Yo...Yuto. Hey-hey lihat rekor baru yang telah ku pecahkan," seseorang berambut oren menghampiri Yuto.
"Hah ... Apa kau serius telah menyaingi ku?" tanya Yuto balik.
"Heh! Kau pikir kau adalah raja shooter, jangan mimpi," ujar orang itu dengan nada konyol.
"Yuya, Mio, Raika, kalian duluan saja. Aku memiliki pasien gangguan kesehatan yang harus di urus."
"Oi...jangan sampai mabuk lagi, kacamata sialan," teriak Mio.
Sepertinya mereka berdua telah saling mengenal.
Berjalan mengikuti Yuya, menuju tangga. Setelah ku lihat-lihat ke kanan dan kiri, ternyata memang tidak ada tangga lain. Bagaimana cara kita bisa naik nanti, apakah harus mengaktifkan fury mode?
"Raika ... Ayo!" ujar Mio, yang telah berdiri di sebuah ruangan sempit yang tiba-tiba muncul.
Tunggu, kenapa ada ruangan itu? Bukankah tadi tidak ada.
Kami memasuki ruangan kecil itu, yang hampir sama seperti waktu menuju lokasi Dobura ketika di dalam Camp.
TENT
Yuya menekan tombol sama seperti Feilin dulu.
GRUDUK
"Huh!"
Menoleh ke arah Yuya dan Mio, mereka ... seperti menahan tawa.
"Anu ...."
"Astaga. Mungkin, kau harus banyak beradaptasi, karena ini masih belum seberapa," jelas Mio, tersenyum kecil.
"Jangan khawatir, ini adalah Lift. Aku juga baru tau tidak lama ini, tepi, alat ini mampu membawa kita pergi ke lantai atas," jelas Yuya.
"Begitu, yah,"
"Hihi...kau ini," Mio mengelus kepalaku, dengan mendadak. Tubuhnya memang lebih tinggi, namun entah kenapa aku merasa seperti anak kecil.
TING
Lorong dengan beberapa pintu putih bersih terpampang di hadapanku. Lampu menyala di setiap sudut tempat, menerangi jalan menjadi terang dan rapih.
Kami terus berjalan hingga sampai di depan pintu, no 27 yang paling sudut dari tempat ini.
"Raika, coba letakan tanganmu pada hologram," suruh Yuya.
Aku meletakan tangan di Hologram hijau sebelah pintu.
[Pemilik terindentifikasi. Penilaian selesai. Selamat datang tuan, sekarang anda adalah Pemiliki kamar ini.]
Pintu terbuka, menampilkan sebuah ruangan serba putih dengan campuran warna biru sebagai pencahayaannya. Karena kamar ini berada di ujung, aku bisa melihat keluar jendela yang terdapat balkon kecil di sana. Terdapat kasur putih bersih dan meja, serta lemari yang menempel pada dinding.
Bisa di bilang, suasana di sini sangat berbeda dengan kamar yang biasa ku tinggali. Meski begitu, apa sebenarnya yang ingin Yuya sampaikan?
End bab 34
gabung yu di Gc Bcm..
caranya Follow akun ak dl ya
untuk bisa aku undang
terima kasih.