🥈JUARA 2 YAAW S2 2024 🏆
Perceraian, selalu meninggalkan goresan luka, itulah yang Hilda rasakan ketika Aldy memilih mengakhiri bahtera mereka, dengan alasan tak pernah ada cinta di hatinya, dan demi sang wanita dari masa lalunya yang kini berstatus janda.
Kini, setelah 7 tahun berpisah, Aldy kembali di pertemukan dengan mantan istrinya, dalam sebuah tragedi kecelakaan.
Lantas, apakah hati Aldy akan goyah ketika kini Hilda sudah berbahagia dengan keluarga baru nya?
Dan, apakah Aldy akan merelakan begitu saja, darah dagingnya memanggil pria lain dengan sebutan "Ayah"?
Atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#7
#7
Widya memandang pantulan dirinya di cermin, sejak dulu ia selalu mengakui akan kecantikan dirinya, karena itulah Aldy begitu terpikat padanya sejak mereka masih di bangku kuliah semester pertama. Sayangnya kedua orang tua Widya tak merestui hubungan mereka karena Aldy masihlah seorang pegawai biasa di sebuah Bank Swasta.
Hingga akhirnya cinta mereka direnggut secara paksa, Widya tak kuasa menolak keinginan kedua orang tuanya. Widya terpaksa menikah dengan Burhan yang bekerja di sebuah perusahaan bonafit dengan jabatan mentereng.
Dua tahun pertama pernikahan mereka berjalan harmonis, walau Widya tak mencintai suaminya, tapi ia selalu berusaha menjadi istri yang baik, tapi urusan anak Widya tak mau buru-buru mengingat ia sendiri belum meyakini perasaannya pada sang suami. Hingga tanpa sepengetahuan Burhan, Widya mengkonsumsi pil kontrasepsi, padahal Widya tahu, Burhan sangat menginginkan hadirnya seorang anak dalam pernikahan mereka.
Setahun lamanya Widya menyembunyikan fakta pil kontrasepsi dari sang suami, hingga suatu hari Burhan mengetahui perbuatan istrinya tersebut. Burhan sangat marah, bahkan amarahnya terbilang mengerikan pada saat itu, ia sangat mencintai Widya hingga berharap akan hadirnya seorang anak dal pernikahan mereka, tapi ternyata diam-diam Widya tak meng aminkan doa, serta harapannya.
Selama beberapa bulan berikutnya, hubungan mereka memburuk, Burhan menjadi dingin, dan Widya semakin merasa bersalah karena sudah memicu konflik diantara mereka.
Widya sudah tak tahu, harus dengan cara apa lagi meminta maaf pada suaminya, ia memohon bahkan berlutut agar Burhan memaafkan kesalahannya.
Hingga suatu hari berita mengejutkan itu datang, Dokter memvonis Burhan menderita sebuah penyakit langka, yang membuat Burhan harus bolak-balik ke Rumah Sakit di Singapura untuk melakukan pemeriksaanserta pengobatan. Dan sebagai istri yang baik, Widya berusaha menunjukkan kasih sayang serta perhatian pada sang suami.
Namun takdir Tuhan berkata lain, Burhan meninggal setelah berbulan-bulan berjuang melawan penyakitnya, Widya sangat terpukul, padahal ia sudah berjanji pada Burhan, akan melakukan program kehamilan jika Burhan sembuh dari penyakitnya.
Berita meninggalnya suami Widya sampai ke telinga Aldy, hingga ia pun hadir di tengah kesedihan dan duka sang mantan kekasih.
Segala bentuk Perhatian pun Aldy berikan, tanpa sadar hal itu kembali memupuk cinta di hati Widya. Walau masih dalam masa iddah berkabung, Widya mulai berambisi untuk membuat Hilda diceraikan oleh Aldy, hingga ia bisa memiliki Aldy sepenuhnya. Terlebih kini Aldy sudah memegang jabatan bergengsi dengan penghasilan menggiurkan, pasti kedua orangtuanya tak akan lagi menolak Aldy.
Sepertinya semesta memang memberi mereka kesempatan, karena lama kelamaan Aldy kembali berbunga-bunga ketika Widya mulai sering mencurahkan isi hati dan menunjukkan bahwa perasaan nya masih seperti dahulu.
“Mas … bagaimanapun caranya, aku tak akan membiarkanmu kembali merujuk mantan istrimu.” Gumam Widya pada dirinya sendiri, kemudian ia berpaling pada cawan kecil berisi urine serta alat test kehamilan di dalamnya.
Bibir merah itu tersenyum ketika mendapati 2 garis merah pada alat test kehamilannya, gembira bukan kepalang, karena akhirnya ia berhasil mengabulkan keinginan Aldy untuk memiliki buah hati, satu-satunya yang tak bisa Hilda persembahkan untuk Aldy.
“Maaass … “ Seru Widya dari arah kamar mandi. Ia menghampiri Aldy yang masih meringkuk memeluk guling dan selimut.
“Maaaass … bangun …” Widya menggoyang pundak Aldy, bahkan meciumi pipi pria itu, namun Aldy masih betah memeluk mimpinya.
“Maaaass … bangunlah, aku ada berita bahagia buatmu.”
Nampak nya usaha Widya mulai membuahkan hasil, karena Aldy mulai menggerakkan kelopak matanya, “lihat ini… lihatlah… “ Widya menunjukkan alat test kehamilan yang sudah ia cuci dengan air.
Aldy yang belum terjaga sepenuhnya menatap istri serta benda misterius yang Widya tunjukkan padanya. “Apa ini?” Tanya Aldy polos.
“Iiiiihh … masa gak tahu sih ini apa?”
“Iya, memang aku tak tahu.” Jawab Aldy, karena dahulu, Hilda tak pernah menunjukkan wajah kecewanya, ketika alat test kehamilan, tak memberikan jawaban sesuai harapannya. Jadi sangat wajar jika Aldy tak tahu berda yang ada di genggaman Widya.
Widya mengulas senyuman, kemudian membawa telapak tangan Aldy ke perutnya yang masih rata. “Alat ini namanya alat test kehamilan,” Widya mulai menjelaskan secara perlahan, “jika ada dua garis di alat ini, itu artinya, disini sedang tumbuh buah cinta kita.”
Aldy membeo sesaat memastikan bahwa pendengarannya tidak bermasalah, kemudian beralih menatap telapak tangannya yang kini berada di perut istrinya, “kamu tidak sedang bercanda kan, sayang?” Tanya Aldy yang kini masih menatap perut rata Widya.
“Mana mungkin aku bohong, untuk berita membahagiakan yang kita tunggu-tunggu.” Jawab Widya.
Air mata Aldy menetes, “Hamil… Alhamdulillah… terimakasih Allah sudah memberiku kepercayaan menjadi seorang Ayah, dan Istriku menjadi seorang Ibu.”
Aldy merengkuh Widya dalam pelukannya, dalam hati dan kepalanya kini hanya ada rasa bahagia, mendadak ia lupa akan niatnya untuk diam diam mencari keberadaan Hilda.
Yah Aldy terlalu bahagia, karena sudah sejak pernikahan pertamanya ia menginginkan seorang anak dalam pernikahannya. Dan akhirnya Allah mengabulkan keinginannya melalui rahim istri keduanya. “Aku mencintaimu sayang.” Gumam Aldy di tengah tangisannya.
“Yang bener, katanya kemarin menyesal … “ Widya tak melanjutkan kalimatnya, karena Aldy sudah bertubi-tubi mencium wajah serta bibirnya.
“Maaf … maafkan aku,” sambung Aldy di sela ciumannya. “Kamu mau kan memaafkan aku?”
Widya mengangguk cepat, “berjanjilah, jangan lagi ada Hilda di antara kita, walau hanya namanya yang kamu sebut.”
“Iya … aku janji…” jawab Aldy tanpa pikir panjang, ia kembali memeluk Widya karena merasa teramat bahagia, sebentar lagi akan menyandang predikat seorang Ayah.
.
.
2 buah mobil box keluar dari halaman rumah Bu Ratih, mobil tersebut mengantar makanan untuk acara ngunduh mantu di rumah salah seorang pejabat teras kota Jogja. Rumah besar Bu Ratih semakin semarak dengan banyak pekerja, mengingat beberapa bulan ini, bisnis Catering Bu Ratih mulai naik daun, dengan Hilda sebagai koki utama sekaligus pencipta semua resep masakan yang ada di daftar menu.
Hilda dengan kehamilannya yang semakin besar, sama sekali tak merasa keberatan terjun langsung ke dapur, ia bahkan ikut mengaduk masakan dalam kuali besar, atau kadang menghitung pendapatan, serta total laba yang mereka hasilkan.
Karena alasan kehamilan itulah, Hilda kini di ajak tinggal di rumah besar Bu Ratih, hitung-hitung sebagai teman, karena Bu Ratih tinggal seorang diri di rumah tersebut, hanya bersama seorang asisten rumah tangga, sementara putra tunggalnya merantau di Negeri seberang, masih terikat kontrak kerja, hingga Bu Ratih harus merelakan ketiadaan sang putra di sisinya.
Dan Hilda merasa seperti menemukan seorang Ibu, karena itulah, ia juga memperlakukan Bu Ratih dengan baik seperti layaknya seorang anak pada sang Ibu, menyayangi wanita tersebut seperti ibu kandungnya, bahkan tanpa segan memarahi Bu Ratih, jika wanita itu melanggar pantangan makan, yang membuat Hipertensinya kambuh.
“Yang 2 Box di depan, untuk catering di Camelia Cosmetic.” Hilda memberikan arahan pada kurir yang akan mengantar pesanan makan siang rutin di sebuah perusahaan.
“Iya, Bu …” Jawab sang Kurir tanpa membantah, ini adalah pengantaran terakhir hari ini.
“Istirahat dulu, Nak, kasihan bayi kamu kalau kamu kelelahan,” Pinta Bu Ratih, ia mulai ngilu sendiri melihat Hilda yang nyaris tak bisa duduk diam, sementara kehamilannya semakin besar, dan tak boleh kelelahan, karena beberapa hari kedepan ia akan melahirkan.
“Gak papa Bu, kalau tidak dikerjakan sendiri, gak marem rasane.” Jawab Hilda, yang kini berpindah menatap ke keranjang berisi sayuran untuk memasak Mie Godog spesial untuk acara ulang tahun salah seorang konglomerat di Yogyakarta.
Kesibukannya saat ini, membuat Hilda melupakan kesedihannya, melupakan lelaki yang kini sedang berbahagia dengan keluarga barunya, setelah menyingkirkan segala cerita dan kenangan tentang Hilda dari kehidupan Aqsa Rifaldy.
Hilda masih sibuk dengan catatan di tangannya ketika sebuah suara melantunkan salam kebakkan.
“Assalamualaikum Ibuku…”
3 pasang mata yang ada di tempat itu, sontak menoleh ke sumber suara, wajah tenang serta rupawan, menatap penuh kerinduan pada Bu Ratih. Tubuhnya lelah, usai menempuh perjalanan jauh, namun wajahnya tersenyum bahagia manakala berada di hadapan sang Ibunda.
andai..andai.. dan andai sj otakmu skrg