Akmal seorang dokter gigi yang introvert seketika hidupnya berubah saat mengetahui kalau dirinya dimanfaatkan
Dia berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan kehormatan yang sudah diinjak-injak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deri saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eksekusi
Mendapat pengusiran dari Akmal, Shakila tidak berlalu pergi. hanya air mata lah yang berbicara sebagai rasa bingung atas pilihan yang diberikan. dia tidak mau terus disiksa oleh suaminya, namun dia tidak berani kalau harus membunuh Ramlan resikonya akan sangat berat dan tidak bisa dibayangkan.
Akmal yang sangat menyayangi Shakila dia meregangkan tangannya memegang bahu sebelah kiri, kemudian mendekatkannya ke arah dada, mengusap lembut tangan dan menyeka air mata yang bercucuran membasahi pipi.
"Sudah jangan menangis! semua akan baik-baik saja. Kamu akan segera menemukan kebahagiaan setelah Ramlan menghilang dari dunia ini." tenang Akmal sambil menyandarkan pipinya ke kepala Shakila, Bahkan dia sedikit mendaratkan ciuman lembut di keningnya.
Wanita yang mendapat perlakuan sangat spesial, Dia tidak menjawab Dia melingkarkan tangannya ke arah pinggang, memeluk Akmal dengan begitu erat, mengisyaratkan bahwa dirinya akan mengikuti semua saran yang diberikan. semilir angin yang menerpa memberikan kenyamanan bagi orang-orang yang sedang terbuai dalam kebahagiaan, mengusir pilu yang sedang diderita.
"Tidak ada panggilan telepon, tidak ada pesan yang terkirim dan tidak ada pertemuan selama seminggu ke depan. aku akan menyelesaikan semuanya secepat mungkin."
Shakila yang sudah tidak punya pilihan semakin mempererat pelukan seolah menyerahkan seluruh kehidupannya ke tangan pria introvert yang sangat mencintainya, tidak ada pilihan yang terbaik untuk keluar dari masalah yang dihadapi.
Puas berpelukan, Akmal pun melepaskan genggaman tangannya kemudian menatap wajah Shakila dengan begitu lekat penuh kekaguman, semua kehidupan sudah diambil oleh kecantikan wanita yang sudah menjadi istri orang lain.
"Sekarang kamu pulang dan Tenangkan dirimu agar semuanya berjalan dengan lancar. aku berjanji seminggu lagi akan menjemputmu untuk segera menikah, hidup bersama dipenuhi kebahagiaan."
"Berhati-hatilah, Aku akan selalu menunggumu dengan penuh Kerinduan."
"Baik sekarang kita berpisah terlebih dahulu sebelum kebahagiaan itu datang."
Setelah mendengar semua maksud dan tujuan yang diberikan oleh kekasih selingkuhannya, Shakila pun mengikuti kemauan Akmal untuk segera kembali pulang ke rumah, agar tidak menimbulkan luka yang baru, luka yang mungkin akan semakin menyakiti dirinya. sedangkan Akmal yang masih memiliki waktu bekerja dia pun dengan segera pergi ke klinik, melanjutkan pemeriksaan pasien-pasien yang datang untuk memeriksa giginya.
Sore hari sebelum pulang ke rumah, Akmal menyempatkan diri untuk berjalan-jalan terlebih dahulu mencari angin dan menikmati senja yang terlihat begitu indah. warna matahari yang mulai menguning merubahkan benda-benda yang tersinari oleh sinarnya menjadi keemasan. ketika melewati Taman Akmal pun memutuskan untuk beristirahat sejenak, sambil terus mencari-cari cara yang tepat untuk melenyapkan Ramlan .
Akmal duduk di salah satu bangku yang di samping kanan kirinya terlihat berbagai bunga indah yang bermekaran, khayalannya kembali terbang menuju antariksa, membayangkan Bagaimana dirinya kalau sudah sah menjadi suami dari Shakila. bahkan dia pernikahan yang mewah dan berkesan tidak luput dari pemikirannya, apalagi ketika sedang memasangkan Cincin Di Jari Manis Shakila, itu akan menjadi momen yang sangat membahagiakan dalam hidupnya.
"Lah kenapa tanganku seperti ada yang menggerakkan." gumamnya sambil menurunkan tangan yang seperti sedang memegang cincin yang hendak dipasangkan kepada calon mempelai wanita. khayalan, keinginan yang begitu kuat membuat tubuhnya tidak terkendali.
"Hehehe kamu memang benar-benar mampu Mengalihkan Duniaku Shakila, Shakila..! aku sangat mencintaimu, Kamu yang sabar, karena sebentar lagi aku akan datang membawamu menuju kebahagiaan." gumam Akmal yang menyandarkan punggungnya ke sandaran bangku, membayangkan tentang Shakila tidak membuatnya merasa bosan, yang ada semakin termotivasi untuk segera melenyapkan suaminya.
"Secepatnya aku harus melenyapkan Ramlan, karena kalau laki-laki Brengsek itu masih hidup maka kebahagiaanku tidak akan pernah terwujud. Ramlan, tunggu pembalasanku, sebentar lagi kamu akan pergi ke neraka." ancamnya sambil mengepalkan tangan Tidak sabar ingin segera mengeksekusi.
Matahari sore semakin turun di kota Jakarta, menciptakan pemandangan yang memukau di langit yang berwarna-warni. Cahaya matahari yang merah jingga meresapi gedung-gedung pencakar langit dan menciptakan bayangan yang panjang di sepanjang jalan-jalan yang ramai. Langit yang dihiasi dengan warna oranye dan ungu yang khas senja, menciptakan pemandangan spektakuler yang memanifestasikan keindahan seni alam. Gedung-gedung yang mencerminkan sinar matahari sore menambah kesan dramatis pada panorama kota yang sibuk.
Di jalanan, lampu-lampu jalan mulai menyala satu per satu, memberikan sinyal akan peralihan dari siang ke malam. Suara hiruk-pikuk kota menciptakan kontras dengan ketenangan langit senja, menciptakan suasana yang memikat dan kontrast yang memesona. Pada saat yang sama, orang-orang ada melihat momen ini sebagai kesempatan untuk berhenti sejenak dan menikmati keindahan senja kota Jakarta. Namun ada beberapa orang berjalan-jalan di taman dan duduk di kafe untuk menikmati suasana senja yang tenang dan damai.
Matahari yang semakin merosot di horizon menandakan akhir dari satu hari yang sibuk, sambil memberikan sentuhan magis pada kota yang tidak pernah tidur. Sampai akhirnya matahari itu tenggelam di balik gedung-gedung pencakar langit meninggalkan warna jingga yang begitu memukau. Akmal masih terdiam di taman masih terlarut dalam khayalan dan keinginan.
Plak!
"Kurang ajar, dasar nyamuk sialan! tidak mengerti apa orang sedang asik melamun?" gerutu Akmal sambil menggilas pipinya, berharap nyamuk itu berubah menjadi daki.
"Haduh, ternyata sudah gelap. keasyikan melamun sampai lupa dengan keadaan sekitar." Mata Akmal memindai keadaan sekitar yang sudah diterangi oleh lampu-lampu yang menyala.
"Secepatnya aku harus segera membereskan pengganggu dalam kebahagiaanku. ya, biasanya pria itu akan berlari di malam hari, aku harus memantau rutenya, agar aku bisa memilih tempat yang mana yang paling aman." putus Akmal sambil bangkit dari tempat duduknya kemudian menuju ke mobil untuk segera pergi meninggalkan taman.
Akmal mulai mengemudikan mobilnya menuju ke arah rumah Shakila, dia tidak memutuskan pulang ke rumah. Kebahagiaan yang selalu mengganggu pikirannya harus segera diwujudkan. agar dia tidak berlalut larut dalam khayalan, agar secepatnya memiliki Shakila seutuhnya tanpa harus takut dengan siapapun.
Setibanya di tempat yang dituju, dia memarkirkan mobilnya tidak jauh dari rumah Shakila, matanya terus menatap ke arah rumah itu seolah tidak mau ada suatu kejadian yang terlewat.
"Aku lari dulu ya!" teriak Ramlan kepada istrinya yang berada di dalam kamar, semenjak dari penyiksaan Shakila tidak pernah keluar dari kamar.
"Akhirnya kamu keluar juga!" gumam Akmal yang mengulum senyum ketika melihat Ramlan keluar dari rumahnya. pria itu terlihat melakukan pemanasan sebelum berlari malam hari.
Setelah tubuhnya dirasa siap, Ramlan pun mulai berjalan dengan berlari kecil, meninggalkan rumahnya untuk berolahraga di malam hari. Akmal yang sejak dari tadi menunggu, dengan segera mengikutinya dari belakang, matanya terus memindai ke arah depan sekali melirik ke arah sekeliling ,membaca situasi dan kondisi tempat yang akan dijadikan eksekusi.
"Kayaknya tempat ini adalah tempat paling pas untuk melakukan eksekusi. jalanan yang berada lumayan jauh dari pemukiman, ditambah pencahayaan yang kurang dan sangat sepi, sangat cocok untuk menghilangkan nyawa tanpa meninggalkan jejak." gumam Akmal sambil mematikan lampu depan, agar keberadaannya tidak mengundang kecurigaan.
"Mampus kau Ramlan! aku akan merebut istrimu dan hidup penuh kebahagiaan dengannya." umpat Akmal sambil mengalihkan persneling gigi dia hendak menuntaskan pekerjaannya malam itu, namun baru saja dia hendak menabrak Ramlan, Dia sangat terkejut ketika melihat sesuatu yang bergerak di pinggir trotoar.
Cccckiiiìt!
1 like for you
jangan lupa mampir ya ke novelku ya 🤗