Pernikahan Paksa Anak SMA

"Ya ampun, siapa itu? Cantik banget," ucap salah satu siswa dari SMA lain, menunjuk ke arah kiri. Perkataan orang itu membuat Zio, Denis dan Arka menoleh.

Di arah sana terlihat Zea dan Nina berjalan dengan santai setelah selesai berganti pakaian. Mereka sangat cantik berbalut pakaian tim cheers. Pakaian yang mereka pesan 3 hari yang lalu, dengan menjahit sendiri agar tidak terlihat ketat di tubuh.

"Ada bidadari berjalan," puji Denis, mereka terpesona melihat Nina. Rambut Nina tergerai indah, dengan senyum yang begitu manis.

"Nina ternyata istri idaman," sahut Arka.

"Enak aja, dia calon istri masa depan gue," jawab Denis.

"Itu calon istri gue," kata Arka tidak terima.

"Yang berjilbab cantik banget, pengen deh gue minta nomor wa dia," kata siswa tadi, terdengar lagi, sedang memuji kecantikan Zea. Perkataan siswa itu membuat Zio kesal.

"Jangan mimpi," sahut Zio, langsung menoleh ke belakang.

"Lo siapa? Terserah gue dong," jawab siswa itu lagi.

"Gue Alzio Ray Ketua OSIS SMA 25 sekaligus pacar cewek itu," sahut Zio lagi.

"Apa?" orang itu terkejut.

"Sejak kapan Zea pacaran sama Lo?" sahut Denis. Membuat mata Zio melotot menatap Arka, meminta Arka untuk menutup mulutnya agar tidak bicara seenaknya.

"Cewek tadi namanya Zea? Lo bohong kalau Lo pacar tuh cewek? Men, jangan main curang dong. Harus bersaing sehat," kata siswa itu lagi.

"Kalau Lo berani minta nomor wa dia, Lo berhadapan sama gue," ancam Zio. Zio langsung berdiri. "Ayo pindah tempat duduk!" titah Zio pada Denis dan Arka.

"Kenapa? Pindah ke mana?" tanya Denis.

"Diem, ikut aja ke mana gue pergi," jawab Zio dengan ketus. Terpaksa Denis dan Arka menuruti Zio.

Zea dan Nina melihat Zio, Denis dan Arka pindah berjalan mencari tempat duduk lain. Mereka bertiga tampak berjalan ke arah depan dibagian ujung, menuju kursi kosong sebelah Robbi, Vani dan Yuni.

"Kok mereka pindah?" tanya Zea.

Nina hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban tidak tau.

"Ya udah, ayo kita ke sana," kata Zea.

"Kok cuma kursi ini yang kosong? Panitia gimana sih? Kenapa jumlah kursinya pas-pasan?" kesal Zio, dia terpaksa duduk di sebelah Robbi. Jika dia tidak pindah, maka siswa tadi hanya bisa membuatnya kesal karena tertarik pada Zea.

Keberadaan Zio tidak digubris oleh Robbi karena mata Robbi tertuju pada Zea. Robbi berdiri melihat Zea datang, mereka sudah tidak fokus lagi memperhatikan acara di panggung.

"Zea," ucap Robbi. Ekspresi wajah Zio berubah saat Robbi menyebut nama Zea.

"Robbi?" jawab Zea. Sejak mereka putus, dikelas mereka jarang bicara karena tidak punya kesempatan, sekarang mereka memiliki kesempatan itu.

"Boleh aku bicara? Ini mengenai nomor wa ku yang kamu blokir," pinta Robbi.

Sesaat Zea menatap Zio, karena Zio lah yang memblokir nomor Robbi, bukan dirinya.

"Tolong Zea, sebentar saja," pinta Robbi lagi dengan sopan.

"Kalau Zea gak mau, jangan dipaksa," sahut Zio.

"Waduh, apa perang dunia ketiga bakal terjadi? Mantan pacar dan suami sedang berebut Zea," batin Nina.

"Aku gak keberatan, ayo," jawab Zea. Jawaban itu membuat Robbi tersenyum. Mereka pun pergi menjauh untuk bicara berdua.

"Gue harus menyusul mereka." Zio berdiri.

"Lo mau ke mana?" tanya Denis, mencegah kepergian Zio.

"Bukan urusan Lo!" jawab Zio.

"Zio, Zea kan bukan siapa-siapa Lo. Biarin aja mereka berdua ngomong, siapa tau mereka mau balikan," kata Denis lagi.

"Balikan? Gak akan," jawab Zio makin kesal.

"Lo suka sama Zea? Kok Lo gak terima mereka balikan? Lo cemburu?" celetuk Arka.

"Zea istri gue, puas?" jawab Zio, dia pun pergi menyusul Zea dan Robbi.

Denis dan Arka tertawa, mereka pikir Zio hanya asal bicara. Mereka berdua bahkan geleng-geleng kepala. "Kayanya Zio emang suka sama Zea? Kodok dan Keong kayanya di masa depan bakal bersatu," kata Denis, masih tertawa.

"Tapi kalau gue jadi Zea, mending sama Robbi. Walau Robbi ngeselin sama kaya Zio, setidaknya Robbi selalu lemah lembut sama Zea. Gak kaya Zio yang ngegas terus," kata Arka.

"Denis, Arka, menurut kalian Zio dan Zea gak serasi jadi pasangan suami istri beneran?" tanya Nina.

Denis dan Arka menggeleng.

"Kenapa?" tanya Nina lagi.

"Karena mereka gak pernah akur. Bayangin aja kalau mereka menikah beneran, yang ada UFO tiap hari terbang di rumah mereka. Coba aja mereka akur sedikit, mereka pasti jadi pasangan serasi," jawab Denis.

"Menurut gue mereka serasi. Mereka saling suka tapi gengsi." Nina menghela nafas berat. "Gimana ya caranya biar mereka akur? Gue harus melakukan sesuatu," batin Nina.

Beralih ke Robbi dan Zea, mereka berdua sedang berada di ujung koridor gedung. Beberapa menit mereka terdiam, karena mereka bingung harus memulai dari mana.

"Zea, aku masih suka sama kamu," ucap Robbi.

Zea terdiam mendengar perkataan Robbi. Beberapa waktu yang lalu Zea memang masih kesal pada Robbi, tapi sekarang kekesalan Zea sudah hilang. Jika jadi Robbi, Zea juga pasti marah melihat pacarnya dicium oleh laki-laki lain di depan matanya. Walau cara Robbi marah sangat salah.

"Jujur, sudah lebih dari dua minggu aku gak nafsu makan, tidur pun gak nyaman. Aku mikirin kamu terus. Zea, beri aku kesempatan sekali lagi, aku akan membuktikan kalau aku adalah cowok terbaik buat kamu. Aku tau aku salah karena marah ke kamu dengan cara yang salah. Aku juga udah merenung. Kalau kamu mau maafin aku dan nerima aku lagi, aku janji gak akan nyakitin kamu lagi. Aku akan percaya sama kamu sepenuhnya. Aku gak bisa hidup tanpa kamu. Kamu tau sendiri sejak pertama masuk SMA, aku udah cinta sama kamu," ujar Robbi, berusaha meyakinkan Zea.

Perkataan Robbi membuat hati Zea kembali bimbang. Terlebih selama ini Robbi tidak pernah menyakitinya, kecuali saat marah waktu itu. Di mata Zea, Robbi sangat berbeda dengan Zio. Zio selalu membuat dirinya kesal dan mereka selalu ribut setiap saat, sementara Robbi selalu menunjukan cintanya, membuat Zea merasa dicintai dan spesial. Kalau begini, keputusan terbaik apa yang harus dibuat oleh Zea.

"Aku serius sama cinta aku. Aku mau di masa depan kamu jadi istri aku. Aku mau menikah sama kamu, hidup bahagia, dan bersama sampai maut memisahkan kita," kata Robbi lagi.

Setelah Robbi mengucap kalimat ini, terlihat Zio datang dan berjalan perlahan mendekati mereka. Melihat kedatangan Zio, Zea pun langsung menjawab perkataan Robbi. "Bagi kamu, apa sih arti pernikahan? Aku ingin pernikahan yang bahagia dimana suami dan istri saling mencintai, apa kamu bisa memberikan aku pernikahan seperti itu?"

Perkataan Zea pada Robbi membuat langkah Zio terhenti. Padahal tinggal beberapa langkah dibelakang Robbi lagi, Zio akan sampai.