Dominic seorang pemimpin pasukan bayaran yang dijuluki 'Pasukan Penjagal' terpaksa harus mencari keberadaan seorang puteri kerajaan yang hilang. Awalnya Dominic dan pasukannya menyerah karena tidak berhasil menemukan puteri tersebut. Tapi di tengah petualangannya tanpa sengaja ia menemukan sesuatu diluar dugaannya.
Apakah yang terjadi?
Mampukan Dominic menemukan puteri yang hilang dan apa yang akan terjadi selanjutnya di perjalanan Dominic?
Yuk simak kisahnya....
Warning! Cuma buat yang Dewasa aja yah...yang masih bocil mending Skip ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
Menjadi wanita malam
Luvi mencoba mengatur nafasnya yang terengah-engah. “Hufft, huuft … “
“Apa-apaan rencana itu?!” suara Luvi seolah tercekat oleh keheranannya sendiri.
“Tenanglah Luppy, kenapa sampai panik seperti itu. Kau tidak akan celaka, aku akan mengawasimu” ujar Dominic seolah santai dengan rencananya.
“Tenang katamu Tuan Dom?!. Bagaimana jika sampai aku di bawa makhluk itu?, kemudian kau terlambat datang, lalu aku di … di, di per,-” Luvi menutup wajahnya dengan telapak tangan.
“Ck!, itu tidak akan terjadi. Aku akan datang dan mencegahnya sebelum dia menyerangmu”
Luvi langsung memukul brutal lengan atas Dominic yang kekar. “Kenapa kau yakin sekali, Tuan! Bagaimana jika rencanamu gagal!”
“Hey, hey. Tenanglah” Dominic menggenggam kedua tangan Luvi yang langsung berhenti dengan pukulan brutalnya.
“Percayalah padaku. Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu” tandas Dominic yang langsung meluluhkan sikap Luvi.
Luvi memasang wajah tidak setuju tapi terpaksa menuruti rencana Dominic.
“Besok adalah waktu untuk kita berburu, pagi-pagi kita akan membeli pakaian untukmu dan pakailah di malam harinya. Sekarang cepatlah tidur” kata Dominic sambil merebahkan tubuhnya di ranjang kecil yang berada di kamar penginapan.
“Kenapa aku harus jadi umpan?, menjadi wanita malam?. Ugh!, andai saja ada nona Erita disini, aku ti- …” suara bergumam Luvi terpotong oleh lirikan tajam Dominic.
“Mau berhenti bicara atau ku tinggal kau sendirian disini!” ancam pria itu dengan lirikan intimidasi.
“Tuan, lalu aku tidur dimana? Ranjang ini cuma satu, harusnya anda mengalah tidur di bawah atau diluar. Tuan?!. Akh sial, dia sudah tidur!” gumam Luvi yang melihat Dominic sudah mendengkur dengan pulasnya.
....
“Uuuggh! Hmmpp!… Tu-an, kau - be-rat … seka-li!”
Luvi menarik-narik lengan dan tubuh Dominic dengan sekuat tenaga agar tidur di lantai. Gadis itu sudah menyiapkan alas untuk tidur Dominic.
Dominic terbangun dari tidurnya, dan mendapati dirinya tengah berada di bibir ranjang dan hampir jatuh.
“Hey!, a-pa-apaan kau ini?” suara Dominic lemah setengah sadar.
“Mengalah lah pada seorang gadis. Maaf tapi tempatmu di bawah sini dan aku di atas sini, Tuan”
Kemudian Luvi menghamparkan selimutnya sampai menutupi seluruh tubuhnya. “Selamat tidur … hooaah ... Tuan Dom” ucap Luvi disela menguapnya.
“Apa-apaan gadis ini. Aku seorang pemimpin pasukan harus tidur di lantai. Setidaknya kita bisa tidur sa- …. “ kali ini Dominic yang mendengar suara pulas Luvi tertidur. Pria itu menurunkan pundaknya diiringi helaan nafas dan hanya diam duduk di lantai memegangi selimutnya.
Besok paginya, Luvi yang membuka matanya lalu terperanjat kaget. “Hah! Tuan Dom!”
Di depannya Dominic terlihat pulas tertidur sambil memeluk tubuhnya. Pria itu bertelanjang dada, terlihat jelas oleh Luvi pemandangan tubuh pria kekar di hadapannya. Tangan kokoh pria itu seolah sebuah besi besar yang menimpa tubuh Luvi yang mungil, kepala Dominic sangat dekat dengan kepala Luvi.
“Hah!, apa-apaan tangan ini. Tuan! Sudah pagi, ayo bangun!. Tangan-mu be-rat se-ka-li … ” Luvi mencoba menyingkirkan tangan Dominic yang masih berada di atas tubuh Luvi.
Luvi tercekat kaget ketika justru Dominic menggeliat sambil menarik dan meraih tubuhnya kearah pria itu hingga sangat rapat, seolah Luvi adalah guling yang empuk. Pipi mereka menempel berdekatan. Mata indah Luvi membulat dan nafasnya seolah tersumbat.
“Tu-an!” pekik Luvi mencoba membangunkan Dominic dari tidur bayinya.
Akhirnya Dominic membuka mata, dan pria itu terkejut dengan posisinya yang sangat dekat dengan Luvi.
“Hey!, apa yang kau lakukan?!” tanya Dominic tiba-tiba dengan alis mengerut dan kepalanya yang dimundurkan.
“Hah!, aku tidak melakukan apa-apa Tuan!. Justru anda yang tadi menarik ku hingga bergeser merapat ke tubuhmu. Enak saja menuduhku macam-macam!” mulut mungil gadis itu mengerucut menandakan kesal.
Luvi buru-buru bangkit dari berbaringnya sambil menyingkirkan tangan Dominic yang masih berada di atas tubuhnya, kemudian duduk masih diatas ranjang.
Tapi tiba-tiba saja Dominic memencet hidung Luvi hingga gadis itu memekik.
“Kau mencoba menggodaku ya gadis kecil” kata Dominic yang akhirnya juga sudah duduk di ranjang.
“Tidak!, aku bersumpah, aku tidak pernah meng- Aaah…” Luvi terkejut untuk yang kesekian, ketika tubuhnya tiba-tiba terhuyung ditarik lagi oleh pria kekar itu dan kembali merebah di ranjang.
“Yasudah kalau begitu kita tidur saja lagi” gumam Dominic seolah menyukai candaannya.
“Akh!. Tuan! Ini sudah pagi. Anda bilang kita harus ke toko pakaian!” Luvi kehabisan tenaga untuk melepaskan lagi dekapan tangan kekar Dominic.
“Ah, ini sudah pagi rupanya” Dominic mengangkat kepalanya.
Luvi menutup sebelah wajahnya dengan telapak tangan. “Haduh, Tuan. Apa anda tidak melihat cahaya matahari yang masuk”
“Ah iya, benar juga. Habisnya aku cuma melihat cahaya di wajahmu” senyum Dominic yang mengembang dan kedua alis pria itu yang turun naik membuat kedua pipi Luvi merona merah, kemudian gadis itu buru-buru turun dari ranjang daripada terlalu lama mendengar gombalan pria itu.
“Sudahlah, aku mau mandi dulu” kata Luvi sambil membuka pintu kamar.
“Aku juga mau mandi, bagaimana jika kita menghemat waktu, lalu mandi bersama!” ucap Dominic yang mendapat jawaban dari pintu yang ditutup keras oleh gadis itu.
Dominic tertawa kecil dengan kelakuan Luvi. Ia justru semakin kagum dengan gadis yang selalu membuatnya tertawa itu.
Akhirnya mereka sampai di depan toko pakaian. Luvi sempat ragu dengan rencana tuannya.
“Hah, andai Erita ada disini, mungkin dia sudah tau pakaian yang cocok untukmu” kata Dominic sambil melihat deretan pakaian wanita dari luar kaca toko.
“Jika nona Erita berada disini maka bukan aku yang akan mendapat tugas ini” Luvi menoleh kearah Dominic. “Anda juga selalu menghindarinya”.
“Ya, dia kadang bermanfaat, tapi kadang juga menyebalkan” ujar Dominic yang kemudian masuk ke dalam toko diikuti Luvi.
“Tuan, bagaimana nasib para pemburu semalam?, apa mereka berhasil memburu makhluk itu?, kalau mereka berhasil berati kita tidak perlu repot untuk rencana ini kan?” tanya Luvi.
“Mereka gagal, bahkan ada yang terluka” jawab Dominic.
“Hah?, anda tau darimana?”
“Apa kau tidak lihat pria yang berkerumun di jalan tadi?, mereka adalah para pemburu semalam yang gagal menangkap makhluk itu”
“Be-berati, makhluk itu sangat hebat tuan, apa kita urungkan saja rencana in- …”
“Hey!, ini cocok sepertinya” gumam Dominic seolah mengacuhkan perkataan Luvi sambil mengambil satu pakaian wanita.
Hanya ada satu pakaian yang cocok untuk Luvi. Pakaian yang cocok untuk wanita malam. Gaun itu berwarna ungu muda dan terbuka di bagian dadanya. Panjangnya hanya sebatas paha.
“Tuan, tolong jangan paksa aku untuk memakainya” Luvi menjauhkan pakaian itu dari tangan Dominic.
“Ini sangat cocok untuk memancing Makhluk itu” kata Dominic setengah berbisik.
“Tapi tidak harus yang seperti ini kan, Tuan?!” Luvi bersikeras untuk tidak memilih pakaian itu.
“Kau ingat janjimu untuk tidak membantahku!” kali ini sorot mata Dominic mengandung intimidasi, membuat Luvi mengambil nafas dan menghembuskannya kasar.
Semangat berkarya.
Berkah&sukses selalu.