Karena sebuah wasiat, Raya harus belajar untuk menerima sosok baru dalam hidupnya. Dia sempat diabaikan, ditolak, hingga akhirnya dicintai. Sayangnya, cinta itu hadir bersama dengan sebuah pengkhianatan.
Siapakah orang yang berkhianat itu? dan apakah Raya akan tetap bertahan?
Simak kisah lengkapnya di novel ini ya, selamat membaca :)
Note: SEDANG DALAM TAHAP REVISI ya guys. Jadi mohon maaf nih kalau typo masih bertebaran. Tetap semangat membaca novel ini sampai selesai. Jangan lupa tinggalkan dukungan dan komentar positif kamu biar aku semakin semangat menulis, terima kasih :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandyakala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali
Selama Ezra pergi, Sindy terus memantau pergerakan suaminya di negara X. Lelaki yang sudah ia bayar untuk memata-matai Ezra sudah beberapa kali mengirimkan foto-foto kebersamaan Ezra dengan Raya.
Kedua mata Sindy menatap penuh kebencian pada foto Raya yang kini ada di tangannya. Di foto itu, Raya terlihat tersenyum manis dan tampak cantik saat bersama suaminya.
"Dasar wanita murahan. Aku tidak akan membiarkan suamiku menjadi milikmu!", tegas Sindy sambil meremas kesal foto di tangannya. Dia lupa bahwa dirinya lah yang sebetulnya merebut Ezra dari Raya.
.
.
"Sayang, lusa aku harus kembali ke negara Y. Papa sudah berkali-kali menghubungiku untuk segera pulang ke sana", dengan berat hati Ezra menyampaikan berita buruk itu pada Raya.
Raya yang tengah merapikan tempat tidur menghentikan sejenak aktivitasnya. Ia beralih menatap suaminya yang duduk dengan lesu di sofa.
"Apa ada masalah lagi Mas di sana?", tanya Raya hati-hati. Dari ekspresi suaminya, ia melihat ada yang tak beres.
Ezra menarik nafas berat, "Ya. Saat ini Papa sedang mengembangkan bisnis keluarga di negara tetangga dan Papa belum bisa mempercayakan bisnis itu pada orang lain. Jadi, mau tidak mau aku yang harus mengelolanya, sayang".
Raya tersenyum tipis. Selama ini dirinya memang tidak banyak tahu tentang bisnis keluarga Hadinata, bahkan ia jarang sekali berkomunikasi dengan kedua mertuanya membahas urusan bisnis.
"Ya sudah, tak apa, Mas. Kapanpun Mas pergi, aku akan selalu mendukungmu, Mas", Raya menghampiri suaminya lalu menggenggam tangan Sang suami.
Ezra menatap wajah Raya dalam. Kini satu tangannya menangkap wajah itu.
Rasa bersalah itu kembali menyeruak. Entah sampai kapan dia akan terus membohongi istrinya. Meski di negara Y, benar adanya Ezra memang membantu Sang Papa mengembangkan bisnis keluarga. Tapi di sana juga dia memiliki ikatan sah dengan wanita lain.
"Besok, aku siapkan semua keperluan Mas Ezra, ya", ujar Raya.
Ezra menganggukkan kepalanya dan ia menarik Raya dalam dekapannya, "Maafkan aku, sayang", bisik Ezra.
Di balik pelukan itu, Raya tersenyum tipis, "Tidak ada yang perlu dimaafkan, Mas. Tidak ada yang salah di sini", jawab Raya lembut.
Ezra terus memeluk istrinya, seolah dia tidak ingin melepaskan pelukan itu.
"Mas, sudah malam. Sebaiknya kita istirahat, ya", Raya membujuk suaminya.
Perlahan, Ezra mulai melepaskan pelukannya. Namun saat Raya berdiri, Ezra menarik tangan Raya hingga ia terjatuh di pangkuan Ezra.
"Ah, Mas ...", Raya memekik kecil karena terkejut.
Ezra tersenyum penuh cinta pada Raya. Ia menangkap tubun Raya dengan sempurna, lalu menggendong istrinya ke tempat tidur.
"Besok dan lusa, aku minta kamu tidak ke toko, ya. Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu", ucap Ezra setelah ia merebahkan tubuh Raya di tempat tidur.
Raya menganggukkan kepalanya diiringi senyum manis di bibirnya.
Ezra tak ingin membiarkan malam ini berlalu begitu saja. Tanpa meminta persetujuan, Ezra meraup bibir ranum Raya dan menjadikan malam ini sebagai malam yang diliputi kebahagiaan bagi mereka berdua
Tak terasa, hari keberangkatan Ezra pun tiba. Selepas subuh, Raya sudah sibuk di dapur mempersiapkan sarapan untuk suaminya. Jam delapan nanti ia akan mengantarkan Sang suami ke bandara.
Ezra turun dengan wajah yang segar selepas ia mandi. Aroma maskulin menyeruak dari tubuhnya, membuat Raya yang baru selesai memasak mengalihkan pandangan.
"Selamat pagi, Mas", sapa Raya hangat.
"Pagi, sayang", Ezra merangkul pinggang istrinya dan memberikan kecupan pagi di pipi Sang istri.
"Ayo Mas, kita sarapan", ajak Raya.
Ezra menganggukkan kepala. Raya dengan sigap mengambilkan sarapan untuk suaminya.
"Nanti setelah kamu mengantarku ke bandara, jangan ke toko, ya. Kamu harus kembali ke rumah dan beristirahat dengan baik. Pertempuran semalam pasti membuatmu lelah dan aku tidak ingin kamu sakit", ucap Ezra di tengah sarapan paginya.
"Iya, Mas", jawab Raya pendek dengan wajah yang merona karena Ezra mengingatkannya kembali dengan aktivitas mereka semalam.
Ya, semalam Ezra benar-benar menggempurnya tanpa henti, bahkan aktivitas itu baru selesai setelah Raya lemas di atas tempat tidur.
Setelah sarapan selesai, sesuai dengan jadwal, Raya mengantarkan Ezra ke bandara. Pak Seno dengan fokus membawa mobil yang mereka kendarai.
"Jaga diri kamu baik-baik, ya, sayang. Mas janji akan segera kembali", Ezra menatap dalam kedua mata Raya.
Ada air yang menggenang di pelupuk mata itu. Meski ini bukan kali pertama suaminya pergi ke negara Y, tapi entah kenapa hati Raya selalu merasa berat melepasnya.
"Mas hati-hati ya. Kabari aku kalau Mas Ezra sudah sampai di sana. Aku titip salam buat Papa dan Mama juga", ucap Raya dengan suara bergetar.
Ezra menganggukkan kepala dan mencoba tersenyum di depan Raya. Tak lupa, ia mengecup dalam kening Raya sebelum akhirnya ia melepas pelukannya pada Sang istri.
Raya menahan air matanya. Ia tak ingin memberatkan langkah kaki Ezra.
Ezra berjalan menuju jalur keberangkatan dengan diiringi lambaian tangan dari Raya.
Bro, gue hari ini kembali ke negara Y. Gue titip Raya, ya.
Ezra mengirimkan pesan pendek pada Dion sebelum pesawat yang ia tumpangi lepas landas.
Dion yang saat ini sedang menghabiskan waktu bersama Aura segera merespon pesan dari Ezra.
Ok, Bro. Take care and safe flight.
"Pesan dari siapa, sayang?", tanya Aura yang saat ini duduk di depan Dion.
Sepasang kekasih baru itu sedang berada di sebuah restoran untuk makan siang bersama.
"Oh, ini, boss kamu nitipin istrinya ke aku".
Aura mengernyitkan dahi, "Maksudnya?".
"Eh, oh itu ... maksudnya kan Ezra lagi ada urusan ke luar negeri dan ya dia minta tolong sama aku untuk memastikan keberadaan istrinya di sini baik-baik saja selama dia pergi", terang Dion gelagapan.
Aura mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia percaya pada kekasihnya itu, tidak mungkin Dion bermain api dengan istri bossnya sendiri.
Dion dan Aura baru resmi menjalin kasih selama dua bulan terakhir. Semenjak kejadian beberapa waktu lalu saat Dion menggodanya di ruang kerja Ezra, lelaki itu pantang menyerah untuk mendekati dirinya hingga akhirnya Aura luluh dan bersedia menerima Dion sebagai kekasihnya.
"Oh, gitu. Iya sih, Mas, sebaiknya kamu bantu Pak Ezra. Meski aku belum kenal baik dengan istrinya, tapi berita yang aku dengar dari karyawan lain, istri Pak Ezra itu sangat baik. Aku pernah bertemu dengannya satu kali saat Pak Ezra baru kembali dari luar negeri beberapa waktu lalu", terang Aura.
"Ya, Raya memang baik. Kapan-kapan aku ajak kamu ke toko pastry miliknya ya, sekalian kenalan sama istri boss. Gimana?".
"Oh, istrinya Pak Ezra punya toko pastry? wah, aku baru tahu. Boleh, Mas. Aku penasaran seperti apa toko pastrynya?", Aura semangat merespon tawaran Dion.
"Sip. Di sana semua kuenya enak. Aku sudah beberapa kali jajan ke sana, malah kantor Mamaku kerja sama dengan toko pastry milik Raya untuk memenuhi kebutuhan coffee break", jelas Dion lagi.
"Wow, berarti istrinya Pak Ezra hebat ya, Mas. Padahal istri boss, tapi masih punya usaha sendiri juga, luar biasa", Aura terkagum-kagum mendengar penjelasan kekasihnya tentang Raya.
Dion tersenyum, "Sebentar lagi kamu juga jadi istri boss kok".
"Apaan sih Mas Dion ini ...", Aura tersipu malu dengan ucapan Dion padanya.
Ya, meski hubungan mereka baru berjalan dua bulan, tapi semenjak menjalin kasih dengan Aura, ada banyak hal yang berubah dalam diri Dion. Salah satunya adalah komitmen.
Selama ini di antara Ezra dan Bagas, Dion adalah satu-satunya orang yang sulit menjalin komitmen dengan wanita. Dia lebih senang berhubungan baik dengan banyak wanita tanpa status apapun. Tapi entah kenapa, kehadiran Aura di hidupnya memberi warna baru yang membuat Dion yakin bahwa tidak perlu waktu yang lama untuk membuat gadis di depannya itu menjadi menantu keluarga Ragawijaya.
semoga tidak ada lagi yang menghalangi kebahagiaan kalian
setelah aku ikuti...
tapi cerita nya bagus biar diawal emosian 🤣🤣🤣
semoga aja raya bisa Nerima anak kamu dan Sindi ya...
semangat buat jelaskan ke raya
aku penasaran kek mana reaksi Sindi dan papanya tau ya kebusukan anak nya
semoga tidak terpengaruh ya....
taunya Sindi sakit tapi kalau kejahatan ya harus di pertanggung jawaban