Aku adalah Dara, aku pernah menjalin hubungan dengan Bastian semasa sekolah, tapi karena tidak direstui, akhirnya hubungan kami kandas.
Akhirnya aku menikah dengan seseorang laki-laki lain, Lima tahun kemudian aku bertemu dengan Bastian kembali, yang ternyata sudah menikah juga.
Pernikahanku yang mengalami KDRT dan tidak bahagia, membuatku dan Bastian menjalin hubungan terlarang setelah Lima Tahun.
Salahkah, aku Mendua ~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Enam
Bastian berjalan di lorong rumah sakit dengan senyuman. Sejak dia tahu kalau Dara menikah karena desakan keluarga terutama mamanya, dia langsung melupakan semua kesalahannya. Apa lagi setelah mengetahui jika wanita yang dicintainya itu tak pernah bahagia. Bukannya dia mendoakan keburukan bagi Dara, tapi dengan keadaan wanita itu saat ini, dia akan berusaha membuatnya terbebas dari penderitaan.
Dara memang masih menutupi keburukan sang suami, tapi dengan melihat keadaan saat ini dapat disimpulkan jika dia tak bahagia. Rumah tangganya tak harmonis.
Setiap istri pasti menginginkan kehadiran sang suami saat dia melahirkan. Berbeda dengan Dara, dihubungi suaminya saja dia tak mau menerima. Setiap yang melihat pasti bisa menyimpulkan sendiri keadaan rumah tangga mereka saat ini.
Sampai di kamar rawat inapnya Dara, Bastian mengetuk pintunya dulu. Dia takut jika wanita sedang menyusui anaknya.
"Masuk saja," jawab Dara.
Dara tampak sedang menyusun semua barang miliknya. Dia hari ini telah diizinkan pulang. Sebenarnya dia masih ingin lama berada di rumah sakit, tapi itu tak mungkin. Mau pulang rasanya enggan jika harus bertemu dengan suaminya.
Bastian masuk dan berjalan menuju Dara. Dia melihat wanita itu menyusun semua barang.
"Kenapa di susun, Ra? Apa kamu akan segera pulang?" tanya Bastian dengan suara pelan. Sepertinya agak kecewa melihat wanita itu akan pulang.
Bastian berpikir, jika Dara telah kembali ke rumah, itu artinya tak ada kesempatan baginya untuk melihat bayinya lagi. Selain karena Dara, dia telah jatuh cinta dengan bayi mungil itu. Rasanya berat untuk berpisah.
"Sore ini aku telah diizinkan pulang," jawab Dara dengan tersenyum.
"Itu artinya aku tak bisa melihat baby cantik lagi?" tanya Bastian dengan suara lirih.
"Kenapa tak bisa? Kamu bisa datang ke rumah kalau ingin melihatnya," jawab Dara masih dengan senyuman.
Hal inilah yang membuat Bastian sangat mencintai wanita itu. Apa pun yang terjadi, dia selalu tersenyum. Dalam tangisannya, terkadang dia masih bisa tersenyum. Entah dari apa hatinya terbuat. Dan yang pasti hatinya seluas samudera.
"Nanti suamimu marah, dan apa juga orang katakan nanti jika melihat aku kerumahmu?" Kembali Bastian bertanya.
"Kamu bisa datang berdua dengan istrimu Fanny!" seru Dara.
Bastian menarik napas dalam. Lalu memberikan senyuman miris. Jika bisa memilih dia akan berpisah saat ini juga. Namun, dia masih berpikir. Takut Dara yang akan jadi sasaran kemarahan wanita itu. Dia ingin mengatakan talak saat telah berada di kota X lagi.
"Ra, kenapa bohongi hatimu?"
"Bohong ...? Bohong kenapa?" Dara balik bertanya.
Dara menyudahi menyusun pakaiannya. Dia duduk di kursi yang ada. Matanya memandangi Bastian dengan tatapan menyelidik.
"Kamu tak bahagia dengan pernikahanmu. Kenapa kamu masih menyimpan semuanya dan menutupi aib Rico, suamimu. Dia bukan pria yang tepat untukmu, Ra. Dia menikahi kamu hanya untuk balas dendam karena aku pernah menolak cinta adiknya, Ra!" seru Bastian.
Bastian lalu mengatakan tentang pertemuannya dengan Rico. Dia juga mengingatkan Dara tentang adiknya Rico yang pernah cintanya di tolak pria itu.
Dara tampak terdiam, air mata jatuh membasahi pipinya. Bastian tak dapat melanjutkan ucapannya melihat wanita itu menangis. Ingin rasanya memeluk dan menenangkan dalam dekapan dadanya.
"Jika Rico tak pantas untukku, siapa pria yang pantas itu, Tian? Kamu ... kamu juga tak pantas untukku. Kamu dan aku jauh berbeda. Orang tuamu tak akan pernah merestui hubungan kita, sampai kapanpun. Itulah alasan aku akhirnya menikah. Karena mengharapkan kamu itu seperti pungguk merindukan bulan. Apa lagi sekarang kamu telah menikah. Batas itu semakin jauh," kata Dara sambil terisak.
"Ra, kenapa kamu langsung mundur tanpa perjuangan. Padahal aku sudah katakan padamu jika aku kuliah ke luar kota untuk kelanjutan hubungan kita juga. Mama janji jika aku telah wisuda akan dinikahkan denganmu, tapi sebelum itu terjadi, kamu telah pergi meninggalkan aku," jawab Bastian.
Walau Bastian sudah tahu jika pernikahan Dara dan Rico ada campur tangan mamanya, tapi yang disayangkan kenapa Dara mau menerima perjodohan itu. Kenapa dia tak menolaknya saja? Itu yang menjadi pertanyaan pria itu.
"Apa kamu yakin dengan janji mamamu? Maaf, Tian. Aku tak percaya. Kamu juga tak ada kabarnya saat itu. Aku telah memberikan nomor baruku pada Fanny, untuk diteruskan denganmu. Tapi kau juga tak meresponnya. Kau tak ada memberikan kabar apa pun padaku. Aku sendiri di sini. Aku putus asa," ucap Dara.
Bastian lalu melangkah lebih maju. Dia langsung memeluk Dara. Tak peduli ada yang melihat dan salah paham. Dia tak bisa lagi menahan hatinya untuk tidak memeluk dan memberikan kekuatan pada wanita yang dia cintai itu. Dara yang tampak sangat rapuh.
"Maafkan aku, Ra. Demi Tuhan, Fanny tak pernah memberikan nomormu. Aku tanya sama teman lainnya mereka tak ada yang tau nomor barumu. Saat aku pulang, berharap melepaskan rindu, tapi kenyataannya kamu telah menikah. Hatiku hancur, Ra. Aku berjuang, tapi kamu mundur," ucap Bastian.
Tangis Dara pecah dalam pelukan Bastian. Saat ini akhirnya mereka bisa berbagi cerita dengan sejujurnya. Tidak seperti pertemuan sebelumnya, yang mana mereka saling terbawa emosi sehingga hanya luapan kemarahan saja yang keluar. Saling menyalahkan.
"Ra, maafkan aku yang pernah menuduhmu atas pernikahan ini. Aku sekarang mengerti kenapa kamu memilih jalan itu. Aku yang salah. Seharusnya aku tak meninggalkan kamu walau mama dan papa menjanjikan jika aku akan direstui setelah mengikuti kata mereka. Seharusnya aku berjuang bersamamu di sini. Maafkan, Ra," ucap Bastian.
Kembali tangis Dara pecah. Menyadari jika hubungan mereka terpisah bukan karena keinginan keduanya. Tapi keinginan orang luar. Dan kesalahan mereka, langsung mundur sebelum berjuang.
"Tak ada yang perlu disesalkan, Tian. Semua telah terjadi. Aku dan kamu tak mungkin lagi bersama. Kau telah bersama dengan yang lain, begitu juga denganku. Jarak antara kita semakin jauh," ucap Dara.
"Tidak, Ra. Kita masih bisa bersama. Kita bisa akhiri hubungan dengan pasangan sekarang. Kita mulai lagi lembaran baru berdua. Kau dan aku masih bisa bersama. Bukankah kau dan Rico juga tak harmonis. Begitu juga denganku. Kita berjuang bersama lagi. Maukah kamu melakukan itu, Ra. Kita akan berjuang untuk cinta kita. Kita selesaikan dengan pasangan kita, setelah itu kita mulai lembaran baru lagi. Mau'kan, Ra?" tanya Bastian dengan suara penuh harapan.
Bastian melepaskan pelukannya. Dia mengangguk meminta jawaban Dara.
Dara masih terdiam mendengar ucapan panjang dari pria itu. Dia masih berpikir, apakah jalan itu benar? Ada dua hati yang akan mereka sakiti? Dara memandangi wajah Bastian. Berharap menemukan jawaban dari kegalauannya.
sukses selalu mama reni😍😍😍😍😍
aduh maaf Mak Lom smpt ke cono sibuk..mm🙏🙏🙏ntr saya kejar bap deh mak