Samael dan Isabel, dua bersaudara yang sudah lama tinggal bersama sejak mereka diasuh oleh orang tua angkat mereka, dan sudah bersama-sama sejak berada di fasilitas pemerintah sebagai salah satu dari anak hasil program bayi tabung.
Kedua kakak beradik menggunakan kapsul DDVR untuk memainkan game MMORPG dan sudah memainkannya sejak 8 tahun lamanya. Mereka berdua menjadi salah satu yang terkuat dengan guild mereka yang hanya diisi oleh mereka berdua dan ratusan ribu NPC hasil ciptaan dan summon mereka sendiri.
Di tengah permainan, tiba-tiba saja mereka semua berpindah ke dunia lain, ke tengah-tengah kutub utara yang bersalju bersama dengan seluruh HQ guild mereka dan seisinya. Dan di dunia itu, di dunia yang sudah delapan kali diinvasi oleh entitas Malapetaka, orang-orang justru memanggil mereka; Kiamat Dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif R. F., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#16 – Our First Morning In Another World
Mereka melakukannya dengan begitu fokus, sampai akhirnya, pagi pun tiba tanpa terasa.
Mikael merentangkan tubuh nya, seakan sedang memamerkan otot-otot nya. “Akhirnya … pagi juga,” ucapnya, sementara di belakangnya tumpukan senjata dan zirah sudah menggunung tinggi.
Jezebel menyelesaikan barang terakhirnya, lalu memutar tubuhnya sedang masih duduk di kursi. “Rasanya aneh sekali, semalaman padahal kita terbangun tapi tidak merasa lelah sama sekali.”
“Yah, ke depannya kita memang harus sudah terbiasa dengan semua ini,” balas Mikael sembari berjalan menuju tumpukan barang-barang yang sudah ia buat semalaman. Lalu mulai memasukkan semua nya ke dalam inventaris.
Jezebel mulai membereskan semua peralatannya, menaruh setiap perlengkapan Alkimia nya kembali ke inventaris yang tidak memiliki batas penyimpanan itu. Sementara Mikael, dia baru saja selesai memasukkan semuanya ke dalam Inventaris dan langsung segera berjalan mendekati Jezebel.
“Apa yang kamu buat selama semalaman ini?” tanya Mikael dengan santainya, berdiri dengan begitu dekat di sebelah Jezebel.
Jezebel menoleh, sedang dirinya baru saja selesai memasukkan semua perlengkapan. Ia kemudian berdiri, memutar tubuhnya hingga menghadap Mikael dengan begitu dekat. Wajahnya yang hanya sejajar dengan leher Mikael, ia kini bisa melihat dengan jelas keringat mengalir di sana.
“Malaikat … memangnya malaikat bisa berkeringat ya?” tanya Jezebel tiba-tiba seolah pikirannya teralih kan oleh otot-otot dan keringat yang mengucur di tubuh Mikael. Ia lalu berdehem, menyadarkan dirinya yang hampir tersesat sementara pipi nya memerah. “Ahem .. aku barusan membuat banyak [supernova seed] … untuk jaga-jaga jika seluruh dunia mulai memusuhi kita, aku jadi tinggal meledakkan mereka.”
Mikael menggelengkan kepalanya, tatapan nya terlihat cukup kecewa dan bangga secara bersamaan. “Kita bahkan belum tahu apa-apa tentang mereka, tapi kamu sudah membuat persiapan sejauh itu.”
“Aku juga membuat itu, bukan karena satu alasan saja,” jawabnya dengan ekspresi merajuk, membuang pandangannya ke samping. “Aku juga ingin mencoba banyak hal, dan ternyata dari hasil percobaan itu, seperti yang sudah kamu tahu, batasan efek nya bisa dipasang banyak di dalam satu item yang sama.”
“Jadi … dari supernova seed buatan kamu, efek apa saja yang sudah kamu masukkan selain dari ledakan nuklir?”
Jezebel menggaruk pipinya, masih membuang pandangannya namun dengan sesekali melirik ke arah kakak nya dengan cemberut. “A-aku berjanji … aku tidak akan menggunakannya kalau bukan sesuatu yang sangat genting, sumpah!”
Mikael menghela nafas panjang, mulai memegang kedua bahu Jezebel dengan lembut. “Iya … aku juga tahu, kok. Kamu mana mungkin melakukan itu. Kamu membunuh kecoa saja tidak tega.”
Jezebel tersenyum miring saat mendengar ucapan Mikael. Kemudian teringat akan perubahan mentalnya yang mulai seperti iblis sungguhan, dengan tatapan sungguh-sungguh menatap kakak nya, ia pun kembali bertanya, “kak … apakah kamu yakin tidak merasa ada perubahan apa-apa pada keadaan mental kamu?”
Mikael melepas genggaman nya dari bahu adik nya, kemudian mulai kembali berpikir dalam sambil mengusap dagu nya. setelah berpikir sejenak, dia langsung menggelengkan kepala nya, merasa bahwa tidak ada yang berubah di dalam dirinya.
“Ayo coba pikir-pikir dan rasakan lagi, aku yakin pasti ada yang berubah,” ujar Jezebel menekankan.
Mikael tampak menghela nafas berat, kemudian mulai berkata dengan mulut yang ragu untuk terbuka. “Kalau boleh jujur … sebenarnya … aku merasa aneh dengan keadaan ini … keadaan kita lebih tepatnya. Secara kamu adalah adik ku dan aku masih menganggap mu dengan demikian, tetapi … secara bersamaan … dengan tubuhmu ini … ini sulit diungkapkan. Aku takut kamu malah membenci ku.”
Kini di benak Jezebel, meski jawabannya tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan, namun secara mengejutkan, perkataan Mikael seakan menembak tepat ke dalam hati nya. Kini yang bisa dia rasakan hanyalah perasaan hangat yang enggan untuk dilepaskan.
Bibir Jezebel bergetar, sesaat mendengar apa yang Mikael ucapkan kan, kini dia hanya bisa terdiam, menatap dalam tatapan Mikael yang tampak memelas dan bersalah. Mimpi nya di waktu kecil dulu, seakan kini memberikannya sebuah harapan baru, di dunia yang baru.
Keduanya hanya saling tatap, dengan wajah keduanya yang perlahan mulai saling mendekat. Namun, Mikael secara spontan menarik kembali kepalanya, menjauh sambil memegang telinga kirinya.
Jezebel memutar badannya membelakangi Mikael, menahan rasa tersipu dan hati nya yang berdegup begitu cepat, seakan peredam emosi yang selama ini meredam perasaannya tidak berfungsi. Jezebel sedikit menoleh, mencoba memastikan apa yang kakak nya lakukan dengan jari nya yang kini menekan telinga kiri nya.
“Baik, datanglah ke dimensi lantai 100,” kata Mikael mengeluarkan suaranya dengan sengaja agar Jezebel yang mengintip ke arahnya tahu apa yang sedang dia lakukan. “Vishanya akan ke sini sebentar lagi, memberikan artefak yang sudah jadi untuk kita pakai nanti.”
Jezebel meredam emosi nya dengan paksa, kemudian memutar kembali tubuh nya menghadap Mikael. “Artefak? Untuk apa?” tanyanya.
Mikael hanya tersenyum, seakan tidak mau memberitahu adik nya. “Lihat saja nanti.”
Di tengah itu semua, sebuah suara terdengar, dan tak jauh dari tempat mereka berdiri, sebuah kendaraan seperti jet ski terlihat terbang ke arah mereka. Di atas jet ski itu adalah Vishanya bersama dengan Feliciel yang ia bonceng di belakang.
Dan dengan begitu cepat, mereka pun tiba di dekat keduanya.
“Master, saya sudah selesai membuatnya,” ucap Vishanya sambil turun dari jet ski terbang nya. “Oh, master Jezebel, saya kemari untuk memberikan ini kepada master Mikael,” sambung nya sambil mengeluarkan dua cincin dari inventaris nya, sesaat melihat Jezebel berdiri di sebelah Mikael.
Mikael mengambil dua cincin dari tangan nya. “Sudah jadi … akhirnya ….”
Sementara Mikael berbincang singkat dengan Vishanya, Jezebel hanya terdiam sementara pandangannya terpaku pada Feliciel yang mulai turun dari jet ski yang terparkir.
Dengan memperlihatkan keanggunan nya, Feliciel pun berjalan mendekat dan langsung membungkuk di depan Jezebel. “Salam, master Jezebel.”
Jezebel ingat dia. Dari wujud nya sampai suara nya, Jezebel mengingatnya. Dengan pandangan yang merendahkan, Jezebel pun berkata, “Feliciel … apakah kamu membutuhkan sesuatu disini?”
“S-soal itu, Master … saya ….” Dengan masih menunduk, jawaban Feliciel terputus seakan enggan memberitahukannya.
Jezebel di sisi lain langsung merasa aneh dengan Feliciel. Meski wujud dan suara nya masih sesuai dengan apa yang dia ingat, tetapi sikap nya … sikap nya sama sekali tidak dia kenal. Dia tidak mengingat Mikael membuatnya seperti itu. Feliciel seharusnya adalah wanita dengan karakter yang nakal dan agak agresif.
“Kamu tampak berbeda, Feliciel … aku tidak ingat kamu se pemalu ini. Ada apa denganmu?” tanya Jezebel, “dan berdiri lah dengan tegak. Kau hanya membuat suasana menjadi canggung.”
“B-baik, Master … mohon maafkan saya,” ucap Feliciel sambil berdiri dengan tegak, namun wajah nya tetap tertunduk seakan malu untuk menatap. “Saya … saya sebenarnya kemari karena ingin sekadar bertemu dengan master Mikael.”
“Kenapa memangnya? Apa kamu membutuhkan sesuatu dari kakak ku?” tanya Jezebel dengan nada yang terdengar menyindir.
Wajah Feliciel tampak memerah, sementara matanya terus melirik ke arah Mikael meski wajah nya terus tertunduk. “Itu … saya tidak bisa menjelas—“
Jezebel tiba-tiba langsung mengangkat wajah Feliciel dengan menghimpit dua pipi nya melalui dagu nya. “Katakan dengan jelas … apa yang kamu butuhkan dari kakak ku?”
Feliciel terlihat menahan tangis dengan matanya yang terpejam, takut untuk menatap Jezebel.
Mikael dari belakang langsung memegang tangan Jezebel. “Hentikan!” ucapnya pelan, “dia ke sini hanya ingin menemani Vishanya, secara mereka tinggal di lantai yang sama.”
Jezebel dengan keras melepas cengkraman nya. “Oh, begitu …,” ucapnya singkat.
Mikael dengan tatapan khawatir mulai menatap Feliciel, dan mulai menanyakannya. “Kamu … kamu tidak apa-apa kan?”
“T-tidak apa-apa master,” jawab Feliciel yang ekspresi nya berubah menjadi lebih tersipu dengan pipi nya yang semakin memerah.
“Dia sudah lama meninggal, lagipula … masih saja,” ucap Jezebel tiba-tiba dengan nada yang sangat menyindir.
Mikael tersentak sesaat mendengar perkataan itu keluar dari mulut adik nya. kini kedua NPC yang berada di dekat mereka, langsung menatap Jezebel dengan agak heran.
“Meninggal?” tanya Vishanya yang mulai penasaran.
Mikael menoleh ke arah keduanya, Vishanya dan Feliciel. “Kalian berdua, kembali lah.”
Dengan langkah tegas, keduanya pun langsung menaiki jet ski mereka, kemudian bergegas meninggalkan lokasi.
Mikael bergerak mendekati Jezebel dan mulai mengelus kepala nya. “Kambuh lagi, deh,” ucapnya, “Hem? Ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba mengatakan hal itu?”
Sesaat suara yang menenangkan keluar dari mulut Mikael, Jezebel pun tiba-tiba langsung kembali sadar seolah hal tadi yang dia lakukan berada di luar kendali nya. Mata nya kini menatap kakak nya dengan tatapan memohon. “M-maafkan aku kak … tiba-tiba saja tadi … entah bagaimana aku malah bersikap seperti itu.”
“Kamu pasti melakukan itu karena masih menganggap mereka sebagai NPC biasa, bukan?” tanya Mikael, masih mengusap kepala Jezebel yang mana langsung dibalas dengan anggukan nya. “Kalau begitu, mulai sekarang kita harus lebih memanusiakan mereka karena mereka kini memiliki perasaan yang bisa disakiti, mereka sudah bukan lagi AI dengan algoritma yang bisa ditebak. Seperti yang sudah kita ketahui, di dunia ini, semuanya sudah menjadi nyata.”
Jezebel tiba-tiba memeluk Mikael, dan mulai berbisik dengan suara nya yang lembut dan menenangkan. “Entah … entah kenapa, barusan aku malah marah saat melihatnya. Maafkan aku, kak.”
“Iya, iya, aku tahu.” Mikael melepaskan pelukan Jezebel, dan mulai memperlihatkan dua cincin di genggaman nya. “Lihat ini … kita akan menggunakan ini untuk ber petualang di dunia luar. Bagaimana? Sebagai ganti gagal nya liburan kita, hehehe.”
Jezebel tersenyum lebar, matanya berbinar melihat keindahan dua cincin di telapak tangan kakak nya. “Keren … dan fungsi nya untuk apa?”
Mikael tanpa banyak bicara langsung memegang tangan Jezebel, dan mulai memasangkan cincin itu ke jari manis nya. “Ini? ini berguna untuk menyamarkan kita dengan mengubah wujud kita menggunakan [perfect disguise]. Selain itu, di dalam nya juga terdapat [Perfect Invisibility], [Status Window], [Additional Interface] dan [Aura Concealments].”
“Wow,” Jezebel terpukau sementara Mikael menjelaskan itu semua. “Apakah ini artefak dewa? bahkan ada perfect invisibility juga?”
“Seharusnya sih ... bukan ya, tapi karena banyak nya efek yang dikandung, ini memang jadi terkesan seperti Artefak dewa.” Bergantian, kini Mikael hendak mengenakannya sendiri, namun Jezebel langsung menahan tangannya.
“Sini, biar aku saja, hehe,” kekeh Jezebel tampak menikmati momen itu, memasangkan cincin ke jari manis kakak nya.
Mikael dengan senyuman yang tulus pun memberikan kesempatan kepada adik nya yang mulai memasukkannya perlahan ke dalam jari manis nya. "Hahaha, kamu memang yang terbaik, kalau hal yang seperti ini. Selalu tidak mau kalah dengan kakak nya sendiri."
Dengan keduanya kini memasang dua cincin OP, keduanya pun siap untuk keluar untuk ber petualang di dunia baru yang sama sekali belum mereka kenal, berharap di luar mereka akan menemukan jawaban sembari mengganti liburan mereka yang gagal.
***.
Bersambung ….