Sequel MENIKAH MUDA cerita hanya Fiktif belaka,jika ada kesamaan tempat ,nama,itu hanya kebetulan semata.Karena cerita ini cuma halu si Othor yang labil.Kalau nggak suka mending SKIP saja nggak usah koment yang nggak ada manfaat..🙏
Abia Kiradzki Mahardika gadis 20th yang terlihat berbeda dengan penampilan yang tertutup dan misterius.
Di pertemukan dengan seorang dosen muda bernama Harraz Al'Gifari dengan wajah tampan namun punya sifat terkesan dingin.
Kehidupan keduanya berubah kala sebuah insident yang merubah hidup mereka.
Apa yang terjadi antara mereka berdua,ikuti kisahnya..
Luv u sekobon..💜💛
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Arum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#Membuat Teh
Setelah Sholat Isya berjamaah mereka berkumpul di meja makan.Sementara Bia kedapur ingin membuat teh favoritnya.
Namun,saat mendengar seseorang menyebut nama nya dia berhenti.
"Ternyata,Ning Bia cantik banget yaa.."ucap Jihan
"Cantik sih tapi, apa dia bisa seperti kita-kita yang sudah didik dari kecil di lingkungannya pesantren.Apalagi dia istri seorang Gus,pasti sangat berat beradaptasi terus sewaktu-waktu nanti dia mendampingi Bu nyai buat ngisi kajian masa dia mau diem saja.Apalagi dia tidak tahu dasarnya."ucap Hilya dengan sinis.
"Kenapa Ustadzah bilang begitu,setiap orang bisa kok belajar.Kita pun sampai sekarang itu belajar.Sebenarnya aku rasa Ning Bia sama Gus Arraz saling melengkapi.Ning Bia dengan pemikiran tentang dunia luar dan Gus Arraz mengimbanginya dengan menanamkan ilmu agama.Jadi,jangan anggap remeh juga Ustadzah,bisa saja dia lebih ahli dari kita.walaupun background nya bukan dari kalangan pondok Insyaallah Ning Bia bisa belajar dengan cepat ."terang Jihan.
"Benar juga tuh Ustadzah,Wati juga lihat ning Bia sopan santun nya dan adabnya juga baik kalau di depan orang yang lebih tua."ujar salah satu santri yang di tugaskan sebagai mba ndalem.
"Kalian malah buat saya jengah dengarnya,saya mau balik ke pondok saja deh."ujar Hilya.
Hilya berdiri dari kursinya saat akan melangkah tiba-tiba dia melihat Bia masuk kedapur
"Assalamu'alaikum." ucap Bia pada ketiga orang yang tersisa di dapur karena yang lainnya sedang membawa makanan ke pondok untuk makan malam para santri.
"Wa'alaikumsalam."jawab ketiganya.
"Ning Bia ada perlu apa bisa Wati bantu."ucap Wati mengajukan diri.
"Nggak usah mba,kalian makan saja .Semua hidangan sudah di atas meja depan kan,saya mau buat teh saya saja."ucap Bia melirik Hilya dari ekor matanya.
"Mau di bantu buat Ning,biar Wati juga belajar.Kali aja nanti kalau Ning lagi sibuk tinggal panggil Wati."ujar santriwati itu.
"Boleh, sini aku ajari.Setiap orang yang mau belajar niscaya dia akan bisa juga.Walupun prosesnya nggak mudah dan butuh perjuangan pastinya akan di lakukan dengan baik jika dia punya niat untuk bisa.Seperti Wati awalnya nggak bisa apa-apa kan,kalau nggak belajar mana mungkin akan bisa.Namun,setiap proses itu beda-beda.Jadi Wati harus semangattt...!!"ucap Bia dengan menyindir Hilya.
Wati dan Jihan menahan tawa,mereka tahu jika Ning nya itu sedang menyindir Ustadzah Hilya.
Tanpa pusing lagi mikirin Hilya yang terlihat tak suka padanya dia mengajari Wati membuat teh kesukaannya .
"Kalau boleh tahu ini teh apa Ning?"tanya Wati
"Ini teh Chamomile gunanya buat kesehatan pencernaan dan mencegah sakit maag,buat mengontrol gula darah ,apalagi kalian yang suka hapalan bisa merelaks kan tubuh juga bisa kok,nanti kalian coba saja."ujar Bia
"Nggak berani saya Ning,pasti mahal .."ucap Wati dengan polosnya.
"Hahaha..jangan pernah ngomong harga di hadapan saya,kalau untuk hal yang baik."ucap Bia.
"Maaf Ning..."ucap Wati tak enak hati.
"Sudahlah,jangan merasa sungkan.Kalian saya anggap teman baru .Mau berteman dengan saya Ustadzah,soalnya saya juga butuh bimbingan belajar dari Ustadzah.Wati juga,pasti ilmu agama Wati lebih dari saya. Terus terang saya bukan orang suci,saya fakir ilmu agama.Jadi,saya minta tolong sama Ustadzah Hilya dengan kerendahan hati mau mengajarkan saya tentang bagaimana menjadi seorang santri nantinya."terang Bia menatap wajah Hilya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Dek,kamu kok masih disini...sudah di tunggu makan malam lho.."ucap Harraz yang tiba-tiba muncul di ambang pintu dapur.
"Maaf a' adek lagi bikin teh.Ayo..terima kasih mba Wati Ustadzah Jihan dan Ustadzah Hilya ,saya kedepa dulu."ucap Bia melangkah meninggalkan dapur.
.
.
"Maaf semua,Bia telat .."ucap Bia tak enak hati pada semua orang yang sudah menunggu makan malam bersama.
"Nggak apa-apa ndok' ," ucap Bu nyai
"Memangnya kamu buat apa Bi,sampai kamu turun sendiri ke dapur,"tanya Aisyah pada adik iparnya itu.
"Teh Chamomile mba,soalnya kan Bia belum tahu kalau ada yang bisa buat atau nggak,makanya Bia pastikan dulu."ucap Bia
"Jangan diet-dietan ndok' ."ucap Kyai Said
"Nggak kok bah,nanti Bia bisa buatin buat semua kalau mau,teh nya juga untuk kesehatan kok."ujar Bia.
"Nanti yaa,kita makan dulu."ucap Harraz menepuk nepuk kepala Bia dengan pelan.
Bia mengangguk dan tersenyum pada suaminya ,tanpa ragu Bia menyiapkan makanan suaminya baru dia.Semua yang di lakukan Bia begitu luwes dan langsung terlihat semua anggota keluarga.
Mereka tersenyum, pernikahan mereka selayaknya pernikahan paksa namun,mungkin mereka tak mau berlarut-larut karena masalah itu.
Setelah selesai makan Bia serta Aisyah membereskan peralatan makan mereka ,karena bagaimana pun jam sudah menunjukkan hampir jam 9malam tentunya Wati dan yang lain sudah kembali kepondok untuk belajar karena sebelum subuh mereka berkutat kembali di dapur untuk menyiapkan sarapan para santri.
Terlihat semuanya sudah berkumpul di ruangan keluarga .Terlihat Abah sedang membaca kitab,Umi juga,Abang Zaf dan Zidan sedang berdiskusi tentang pesantren.Terlihat Harraz dan Umay sedang berbicara serius dengan laptop di depan mereka .
Bia berjalan kembali ke dapur dan menyiapkan teh Chamomile berharap semoga mereka suka dengan teh buatannya .
"Lho Bi,kamu buat apa?"tanya mba Aisyah yang masuk dapur untuk mengambil termos untuk menyeduh susu buat Maira.
"Buat teh mba,cobain deh.."ucap Bia.
Aisyah pun tak keberatan dengan permintaan adik iparnya dan mencoba teh hangat yang terasa membuatnya relaks.
"Ini kayaknya akan jadi Favorite deh.Biasanya kalau tanggal segini memang pada sibuk apalagi Harraz sama Umay kerjanya banyak makanya Abah nggak bisa mengandalkan Harraz karena memang dia tak terlalu fokus di pesantren.Tapi, kayaknya Abah minta dia buat sesekali mengajar sih.."ucap Aisyah.
"Mba Ais,Bia minta tolong boleh nggak?" tanya Bia dengan ragu.
"Minta tolong apa dek?"
"Mba bisa ajarin Bia ngaji kan,"
"Ngaji,mba sih bisa aja tapi, mendingan kamu minta sama Harraz dia walaupun tidak suka di kehidupan pondok tapi, dia jago kalau ngaji."ucap Aisyah .
"Okelah...kita bawa tehnya mba."ucap Bia
Mereka berdua pun membawa nampan dengan beverage cangkir dan sebuah teko yang sudah berisi air teh.
Mereka mulai mencoba dan ternyata Kyai Said dan Umi Kalsum langsung menyukainya dan Kyai Said mengatakan jika kopinya di ganti dengan teh itu.Begitu pun yang lain,namun kalau Harraz pagi tetap kopi malam baru teh.Bia dengan senang hati membuat nya nanti dan mengatakan jika tak ada dia Wati dan Ustadzah Jihan sudah dia ajari.Dia tak menyebut nama Hilya karena tahu walaupun Hilya ada di dapur saat Bia memberikan contoh pada Wati.
.
.
Bia dan Harraz saat ini ada di dalam kamar.Terlihat Bia sibuk dengan ponselnya.Bia senyum-senyum melihat Chatt group keluarga namun anggota nya istri empat sekawan dan tambah Nia.
Bia melirik suaminya yang masih sibuk dengan laptopnya .
"A'a lagi ngerjain apa sih,kayaknya sibuk banget?"
Jiwa kepo Bia tiba-tiba merontah apalagi melihat tingkah laku suaminya yang terlihat sangat serius di depan laptop.
"A'a lagi kerja,kemarin tertunda . Kenapa,mau bobo ?"
"Iya sih,nggak papa kan Bia tidur duluan ?"tanya Bia memandang wajah suaminya.
"Ya nggak papa ,emang kenapa.Apa adek mau....
"Mau apa,jangan macem-macem ya A..." sentak Bia menyilangkan kedua tangannya di depan aset nya.
"Hahahaha"
Tawa Harraz pun pecah melihat tingkah istrinya yang begitu menggemaskan.
Harraz mendekatkan wajahnya pada wajah Bia.Tindakan Harraz membuat Bia gugup dan merasakan detak jantung nya yang jedag jedug.
Pletak..
"Auuutttss..sakit a'." ringis Bia mengusap keningnya yang kena sentil suaminya.
"Kamu itu,kalau suami ngomong jangan di potong biar otaknya nggak ngeres.Kalaupun yang aku mau sekarang cuma pengen satu macem,nggak perlu yang macem-macem sayang.." ucap Harraz begitu mendengar mendayu-dayu membuat bulu kuduk Bia meremang.
"A'a apaan sih,buat Bia merinding disko nih.."ucap Bia dengan menarik bed cover untuk menutupi tubuhnya.
"A'a kan nggak ngapa-ngapain adek,kenapa merinding kamu kata aku setan."ucap Harraz mengacak rambut istrinya gemas.
" Ya habisnya Aa liatin aku gitu."gerutu Bia.
"Iya maaf,sebentar deh.."ucap Harraz dengan beranjak dari tempat tidur nya dan melangkah ke lemari pakaian nya.
Dia membawa kotak dan amplop berwarna coklat.Dia duduk kembali di atas tempat tidur namun,dia duduk dengan menghadap istrinya.Dia mengulurkan tangannya memberikan apa yang dia pegang.
"Buat aku?"tanya Bia dengan ragu.
"Iya,buat siapa lagi.Itu hak kamu."ucap Harraz
Bia membuka kotak kecil itu dan melihat sebuah kunci berlogo kuda jingkrak.Bia pun melongo di buat nya .Dia memandang wajah suaminya yang tersenyum ke arahnya.
"A'a nggak salah ngasih ini buat Bia,ini mahal loh..."ucap Bia dan membuka amplop coklat yang ada di tangannya dia melihat surat-surat yang berhubungan dengan. Kunci yang dia terima.
"Terima yah,itu hak kamu.Itu tambahan mas kawin kamu saat malam itu.Gimana suka?"tanya Harraz
Bia mengangguk dengan cepat dan dengan mata yang berkaca-kaca.Tanpa terasa perasaan nya merasa bersalah pada Harraz karena dia sempat menyulitkan suaminya dengan memenuhi persyaratan yang dia inginkan.
Bersambung