Gadis yang tengah patah hati karena kekasihnya kedapatan tengah bermesraan di dalam kamar dengan adik tiri itu memilih pergi ke sebuah pulau untuk menenangkan hatinya. Ia merasa begitu hancur setelah kematian sang ibu, karena ayahnya menikah lagi. Dan hal tergilanya, adik tirinya tidur dengan kekasihnya sendiri. Dalam kekalutan, ia memilih pergi ke sebuah club malam untuk melampiaskan kemarahannya. Namun kondisinya yang tengah mabuk membuat ia tak sadar dan merayu seorang pria hingga malam itu menjadi malam terburuk dalam hidupnya. Ia kehilangan mahkota yang telah ia jaga selama ini. Hidupnya bahkan semakin hancur setelah pria yang telah merenggut kesuciannya itu datang dan terus mengusik kehidupnnya. Sampai pada akhirnya ia positif hamil dan mencoba mengakhiri kehidupannya yang begitu rumit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nickname_12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentang Nica
Di pagi yang dingin di kamar hotel mewah di pulau Dewata, Nica berjalan terseok-seok, tubuhnya gemetar sambil menangis tersedu-sedu. Meskipun telah berlalu dua hari, rasa nyeri yang menghujam *************** masih terasa tajam, mengingatkannya pada luka yang mendalam. Dengan air mata yang membanjir, Nica menyesali kebodohan yang tak terampuni, dimana ia telah menyerahkan kesuciannya kepada seorang lelaki asing yang tak pernah ia kenal sebelumnya.
Amarah dan kekecewaan bercampur menjadi satu, membara di dalam dada, mengingat hubungan hampir lima tahunnya dengan kekasihnya kini hancur berantakan. Perselingkuhan kekasihnya dengan adik tirinya adalah tamparan yang menyakitkan, mendorong Nica untuk melarikan diri dari Jakarta menuju Bali, mencari kedamaian yang kini tampaknya semakin jauh dari jangkauan. Hatinya hancur, impian dan harapannya berkeping-keping, seperti reruntuhan yang tak dapat lagi dibangun.
Namun setibanya di pulau dewata ia bukan mencari kedamaian melainkan justru melampiaskan kekecewaannya dengan cara yang salah. Hingga Saat fajar menyingsing, segala sesuatu terasa runtuh. Pagi itu membawa pencerahan pahit. Nica baru menyadari bahwa bukan hanya hatinya yang terkoyak oleh pengkhianatan adik tiri dan kekasihnya, melainkan juga kehilangan mahkota kesuciannya yang selama ini ia pertahankan dengan segala upaya. “Hiks hiks hiks, aku benar-benar bodoh!!” Tangisnya pecah, menggema di kamar sunyi. Semua yang ia banggakan, harga diri dan cinta sejatinya, kini seolah lenyap ditelan keputusasaan. Dia merasa tak ada lagi arti hidup yang tersisa, dan pikiran kelam tentang mengakhiri segalanya berkelebat di benaknya. Namun, di balik rasa sakit dan kehancuran, sebuah tekad mulai tumbuh—tekad untuk bangkit dan memulai segalanya dari awal, meski di jalan yang paling gelap sekalipun.
Nica, seorang perempuan paripurna dengan kecintaan yang mendalam terhadap dunia otomotif, bukanlah berasal dari kalangan biasa. Anak tunggal dari seorang tycoon properti, dia telah kehilangan ibunya beberapa tahun yang lalu, dan ayahnya kemudian mempersunting seorang wanita lain yang juga memiliki putri dari pernikahan sebelumnya, dua tahun lebih muda daripada Nica. Namun, tragedi dan keadaan tak membuatnya lemah. Sejak masa SMA, Nica telah menjelma menjadi sosok mandiri, merintis dan mengelola NC Auto Service, sebuah showroom serta bengkel mobil mewah yang kini berkembang menjadi langganan kalangan elit untuk merawat tunggangan mewah mereka. Bukan manja, tapi Nica adalah simbol kekuatan dan kecerdasan, mengukir namanya dalam dunia otomotif yang kebanyakan didominasi oleh pria.
Nica menghapus air mata nya, dan sadar jika ia tak boleh selemah ini. Ia musti bangkit dan buktikan pada dunia jika ia mampu melewati semua.
"Andai mama ada di sini," gumam Nica dengan suara serak, lirih yang dipenuhi kegetiran. Tangannya yang gemetar menghapus air mata yang jatuh membasahi pipinya, sebelum ia bangkit dari kasur dengan langkah gontai. Cepat-cepat ia mengemasi pakaiannya, jemari gemetar saat mengetik pesanan tiket penerbangan kembali ke Jakarta. Di kamar mandi, saat menanggalkan pakaiannya, matanya tertumbuk pada bercak darah di pembalut yang menempel pada celana dalamnya. Ya, sejak malam itu, pendarahan itu terus menghantuinya, membuat rasa nyeri dan ketakutan bergelora di hatinya. Dengan tergesa-gesa Nica menyiramkan air ke tubuhnya, berharap kesegaran air dapat membersihkan rasa sakit dan ketakutan yang menderanya. Setelah merapikan diri, ia melangkah keluar dari hotel dengan hati berat, menuju bandara. Ia tahu, ia tidak bisa terus meninggalkan perusahaan dan bengkel miliknya. Ia harus bertindak profesional dan bertanggung jawab. Tepat pukul sepuluh pagi, Nica tiba di Jakarta. Langkahnya tertatih-tatih mencari taksi online tanpa menelfon satupun anak buahnya untuk menjemput. Ia mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk menghadapi dunia yang telah begitu kejam terhadapnya.
***
Di tengah kesunyian apartemen yang berpendar remang-remang, Dave yang baru saja terbangun dari tidurnya, terjaga setelah semalaman berpesta pora di klub malam hingga fajar menyingsing di angkasa. Otot-ototnya terasa kaku, memaksanya meregangkan tubuh sejenak sebelum beranjak untuk mandi. Selesai mandi, ia mengenakan kaos hitam, celana jeans abu-abu, dan sneakers putih. Matanya yang masih mengantuk, tersihir oleh semerbak kopi yang menggugah indranya. Dengan secangkir kopi di tangan, Dave melangkah keluar apartemen, merasakan dinginnya pagi yang telah berubah menjadi hiruk-pik siang. Kala matahari telah tergelincir naik, menunjukkan jam sepuluh, sebuah tekad membulat di hatinya. Hari ini, ia harus menjenguk mobil kesayangannya di bengkel. Dave segera memanggil taksi online. Di dalam taksi, ia duduk santai, menyelubungi wajahnya dengan masker, sambil mata tertutup di balik kacamata hitam. Jari-jarinya lincah mengirim pesan pada Tommy, sahabatnya yang bekerja di bengkel itu, memberitahu kedatangannya. Begitu tiba, Dave langsung melibas kerumunan, mencari sosok Tommy di antara deru mesin dan aroma oli yang khas.
"Hey bro!!" seru Tommy dari kejauhan. Segera, Dave menanggalkan kacamata dan maskernya sebelum bergegas mendekati Tommy. "Gimana, mobil gue udah jadi belum?" tanya Dave dengan nada penuh antisipasi. "Tenang, sudah 75% kelar. Yuk, naik. Kita ngobrol di atas," ajak Tommy sambil menuntun Dave ke lantai atas bengkel. Di sana, mengintip panorama indah kota yang berkelap-kelip di kejauhan. Tommy, teknisi handal dan asisten kepercayaan Nica, CEO cantik yang tak hanya memesona tapi juga terkenal akan kebaikannya, memberikan minuman dingin pada Dave. "Lo udah lama kerja di sini?" tanya Dave, menyesap minumannya. "Lumayan," jawab Tommy, tersenyum. "Betah amat ."
"betah lah. Apalagi bossnya cantik" seru Tommy, penuh kekaguman. "Oh, pemiliknya cewek?" Dave tampak cuek. "Yoi," konfirmasi Tommy. "Tom... lo di atas? Bawain koper Kak Nic dong, Tom!" tiba-tiba terdengar teriakan salah satu montir dari bawah.
"Oke, tunggu di sini dulu ya, bro," sahut Tommy sebelum bergegas menuruni tangga. Di bawah, terlihat Nica baru saja turun dari taxy.
"Tolong bawa ke ruang kerja gue, Tom," ucap Nica sambil menyerahkan kopernya. Tangannya bergetar sedikit, menandakan ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. "Okay, tapi kaki kamu kenapa?" tanya Tommy, mengamati langkah Nica yang tertatih. Di balik pertanyaannya, ada rasa khawatir yang mendalam. Tommy telah lama menyimpan perasaan pada Nica, tapi Nica seolah tak pernah memberi kesempatan untuk Tommy mengungkapkan isi hatinya, meskipun Nica tahu betul bagaimana Tommy selalu memperlakukan dia dengan kelembutan yang tak terukur. Sambil menghela napas berat, Nica melangkah ke lantai atas menuju ruang kerja. Di ruangan itu, Dave sedang duduk menikmati minuman, hatinya dipenuhi rasa penasaran tentang CEO cantik yang baru saja dibicarakan oleh Tommy. Ketika Nica muncul di puncak tangga, Dave segera menoleh. Detik berikutnya, mata mereka bertemu dalam tatapan yang membekukan waktu. Sebuah gumpalan emosi yang tak terdefinisi memicu Nica untuk berbalik dan berlari menuruni tangga. Dave yang melihat kepergian Nica bergegas bangkit dan mengejar Nica.
Tommy yang melihat kepergian Nica dan Dave hanya diam terpaku tak mengerti.
"Bro, kemana lo?!" Teriak Tommy ketika melihat Dave berlari mengejar Nica. Akan tetapi, Dave seakan tak mendengar dan terus menuruni anak tangga dengan cepat untuk mengejar Nica yang merasakan nyeri yang luar biasa di kakinya, menghambat langkahnya. Dave berhasil menyusul dan menarik tangan Nica dengan keras. "Tunggu!!" jeritnya sembari mencengkram pergelangan tangan Nica dan menyeretnya ke sudut ruangan. Dari lantai atas, Tommy hanya bisa memperhatikan dengan bingung, tidak menyadari bahwa Nica dan Dave memiliki kenangan buruk yang belum terungkap. Nica berusaha melepaskan genggaman Dave. "Lepasin tangan gue, atau gue teriak!" katanya dengan suara terengah-engah, ketakutan membanjiri raut wajahnya saat ia berhadapan lagi dengan pria yang dulu pernah menghancurkan segalanya bagi dirinya. Air mata menggenang di matanya, tidak percaya bahwa nasib telah membawanya kembali pada kenangan pahit yang ingin ia lupakan itu.
"Oh ya... berteriaklah, dan mereka akan tau semua tentang kita malam itu di bar, bagaimana?" Ancam Dave, dengan senyum yang menyembunyikan niat jahat. "Sinting! Lepasin gue, gue gak kenal lo!" teriak Nica sambil berusaha melepaskan diri. "Lo yang gila, tapi memaksa untuk tidur dengan gue," bisik Dave sambil mendekat, menekan tubuh Nica ke dinding dingin yang membuatnya menggigil. "Please! Jangan pernah ungkit lagi, dan mulai sekarang, tolong lupakan semuanya." Dave hanya tertawa kecil, "Kenapa? Lo malu sampai ingin gue lupa semua itu?" "Cukup, tolong... gue mohon lupakan," ucap Nica dengan suara lirih, sambil air mata mulai meleleh di pipinya, membuat Dave bingung. "Heh, mengapa lo musti menangis? Semua ini adalah keinginan lo, bukan? Tidak perlu bersikap seolah-olah lo sedih?" Nica menatap tajam, "Cukup, b*ngsat... Aku bilang cukup, itu berarti cukup!" katanya dengan suara yang rendah namun penuh kekuatan, berharap agar para pekerja di sekitar mereka tidak mendengar perdebatan mereka. "Anda pikir setelah ini aku akan melepaskanmu nona? Jangan bermimpi! Lo sendiri yang memasuki hidup gue, jangan pernah berpikir lo bisa lepas dengan mudah."
Ucap Dave kemudian pergi ke atas meninggal kan Nica. Nica sendiri tak habis fikir dengan apa yang terjadi pada diri nya,kenapa tiba tiba masalah datang bertubi tubi menerpa hidup nya dan lagi,laki laki yang merenggut Kesucian nya tiba tiba muncul di depan matanya.