Kisah cinta dua sejoli, yang kembali terjalin setelah beberapa tahun terpisah, kini diuji kembali. Sosok dari masa lalu yang mencoba menghancurkan hubungan mereka, hingga membuat keduanya berada dalam pilihan yang sulit, bahkan hampir meregang nyawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10
Pagi itu menunjukan pukul 06.00, dan Raisya terbangun dengan tubuh yang lebih segar, walau matanya sedikit sembab sisa ia menangis semalam. Setelah selesai mandi dan bersiap-siap, ia memutuskan untuk ke cafe dulu sebelum masuk kerja. Menikmati secangkir Cappuccino dan rokok seperti biasa.
Pukul 07.00 pagi, setelah memesan dan membawa kopinya, ia duduk dipojok luar dekat jendela. Sambil mendengarkan musik melalui headsetnya, ia memejamkan mata, menikmati pagi itu dengan tenang, menyesap aroma cappuccino membuat pikirannya relaks.
Namun saat ia membuka mata, hendak meminum kopinya, ia terkejut melihat ada seorang pria yang duduk satu meja dengannya, sedang memperhatikannya sambil tersenyum manis.
Sontak saja ia hampir menumpahkan kopi yang sedang ia pegang, untungnya tangan Al yang gesit segera membantu Raisya memegang cangkir itu, sehingga tidak tumpah mengotori baju Raisya, dan hanya mengenai tangan Al saja.
"Ma-maaf pak, saya tidak sengaja!!! tangan anda kotor!!!, biar saya bersihkan!!!." Sambil memegang tangan Al yang ketumpahan kopi, dengan menggunakan tissu basah yang ia bawa ditasnya.
"It,s ok, bahasa kamu jangan terlalu formal dong, agak kurang enak didengar." Protes Al tidak suka.
"Ba-baik Pak Alvian." Jawabnya masih fokus membersihkan tangan Atasannya itu sambil membolak balikkannya.
"Kamu gak berubah ya Sya, masih sama seperti dulu." Jawab Al sambil tersenyum sendu menatap Raisya.
"Hah, gimana pak?? Maksud pak Alvian apa ya??." Tertegun mendengar ucapan atasannya itu, sejujurnya Raisya merasa familiar dengan wajah Alvian terutama mata dan bibirnya.
"Eeh itu hmm, nggak, maksudnya kamu seneng banget minta maaf sama saya, kan harusnya saya yang minta maaf sama kamu!!!," Kikuk Al ketika mereka berpandangan, membuatnya hampir saja keceplosan didepan Raisya.
"He'em iya, maaf pak Alvian ada perlu apa ya.??," Tanya Raisya sambil melepaskan tangan Alvian.
"Ga ada apa-apa, tadi saya datang terlalu pagi, rencananya pengen ngopi dulu, dan kebetulan liat kamu disini sendirian, jadi saya kesini deh!! Saya numpang ngopi dimeja ini boleh??," Tanya Al sambil tersenyum manis sekali.
Raisya yang melihat senyum Al, mengingatkan ia kepada Vian, matanya tak berhenti memandang senyum itu. Sampai keceplosan salah memanggil nama.
"Iya Vian, boleh banget kok," Jawab Raisya sambil membalas senyum Al tanpa berkedip.
"Maaf, barusan kamu bilang apa??,"
"Aaaah i-iya boleh pak silahkan!!!," Jelas Raisya sambil sedikit tersentak, meralat ucapannya. Pasalnya ia keceplosan memanggil nama orang lain.
"Tadi saya dengar Vian??? Kamu panggil nama saya kan itu maksudnya, atau...???," Tanya Alvian memastikan sambil menatapnya tajam.
Raisya yang kikuk, bingung mau menjelaskan bagaimana, pasalnya nama mereka sama hanya berbeda awalannya saja, ditambah senyumnya sama persis, membuatnya terhipnotis seperti hilang akal.
"Eeeh..hmmm itu-itu.. Saya salah panggil nama aja pak, maaf!!!," Sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Oouh it's oke Sya!" Jawab Al tertawa santai.
"Barusan bapak panggil saya Sya??," Kali ini Raisya yang balik bertanya memastikan.
"Iya, nama kamu Raisya kan, saya panggil kamu Sya, apa ada yang salah??," Tanya balik Al sambil berusaha tetap santai, padahal dalam hatinya ia sudah gemas ingin segera mengakui pada Raisya bahwa ia adalah Vian, namun ia harus lebih bersabar menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkannya.
"Hmm gak ada kok pak, hanya saja panggilan itu mengingatkan saya pada seseorang!!," Jawab Raisya sendu sambil meminum kopinya.
"Siapa??." Tanya Al penasaran.
"Hanya seseorang dari masa lalu saya,"
"Apa dia seorang pria??."
"Hu'um, iya pak." Jawab Raisya sambil memainkan jemarinya.
"Kekasih kamu??," Tanya Al lebih penasaran
"Aaaaaaah bu-bukan, bukan siapa-siapa saya pak, he-eh," Jawab Raisya semakin kikuk dengan pertanyaan bosnya yang seolah menginterogasinya.
"Kamu mencintainya??."
Raisya terdiam sejenak, sambil menahan air mata yang hendak keluar,"Hmm, i-ituuu aaaah, maaf saya tidak bisa cerita pak!!!"
"It's ok Sya, saya paham, maaf bila pertanyaan saya menyinggung kamu ya, kamu merokok juga kan??" Al yang merasa pertanyaannya keterlaluan berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Aaaah i-iya pak!!"
"Kenapa gak dinyalakan??, apa karena ada saya??, santai aja Sya saya juga merokok." Jelas Al agar Raisya tidak merasa canggung karena kehadirannya.
"Tapi saya gak enak pak, takut ada yang liat nanti dikira saya gak sopan merokok depan atasan!!!." Jelas Raisya yang masih menunduk memainkan jemarinya.
"Tapi kan kita sedang diluar kantor, itu artinya saya bukan atasan kamu!!!," Tegas Al.
"Hmm tapi pak sa..,"
Belum selesai Raisya menjawab, Al tiba-tiba berdiri dan berpindah posisi menjadi duduk di sebelahnya. "Kalo kita lagi berdua kek gini, dan berada diluar kantor, panggilnya aku kamu aja ya, dan panggil nama biar lebih akrab!!!." Jawab Al sambil merangkul pundak Raisya.
Raisya yang bingung melihat sikap Al, hanya bisa bertanya-tanya dalam hati, pasalnya ada apa dengan atasannya ini, namun kebingungannya harus segera ia abaikan dulu, karena Al sedang menatapnya seolah meminta jawaban. "Ba-baik pak, eh" Raisya keceplosan lagi.
"Vian, panggil aja aku Vian!!! Gak masalah kan kamu manggil aku dengan nama itu??" Jelas Al tersenyum sambil melepaskan rangkulannya dan menyodorkan rokok Raisya.
Deeeeg hati Raisya seperti tertimpa batu besar, pasalnya nama yang telah coba ia lupakan selama bertahun-tahun, kini harus ia ucapkan lagi, " I-iya Vian!!!." Jawab Raisya sambil mengambil rokoknya dari tangan Al.
"Ayolah nyalain aja rokoknya, jangan canggung!!!, kan kita sudah lebih akrab sekarang Sya!!!." Jawab Al santai sambil meminum kopinya lagi.
"Hu'um" Jawabnya disertai anggukan, kemudian menyalakan rokoknya.
Tak terasa 15 menit lagi jam masuk kantor pun tiba. Mereka memutuskan untuk segera mengakhiri percakapan pagi itu.
"Sudah hampir masuk kantor ayo!!!" Ajak Al.
"Hmm i-iya!!!."
Ketika hendak berdiri, Al teringat sesuatu seperti di masa lalu nya saat bersama Raisya, "Eh sebentar, kamu gak ada yang lupa??." Tanya Al mengingatkan.
Raisya sempat tertegun sebentar, kemudian ia ingat apa yang Al maksud. "Oia!!!" Sambil menyemprotkan parfume seperti biasa. "Sudah, ayoo!!," Ajaknya sambil bangkit dari kursi.
"Yuk" Al yang sudah berdiri terlebih dahulu, menyodorkan tangan kanannya kepada Raisya, dan ia pun spontan meraih tangan Al.
Mereka berjalan keluar cafe menuju gedung kantor disebelah, tapi Al tidak juga melepaskan genggaman tangannya, membuat Raisya sedikit risih, pasalnya karyawan banyak yang melihat mereka bergandengan tangan, dan itu akan menjadi perbincangan di kantor.
Sambil menunggu di depan lift, Raisya berusaha melepaskan tangannya, tetapi Al masih enggan melepaskan. Raisya yang risih karena dipandangi oleh karyawan lain hanya bisa menundukan kepalanya.
Lift pun terbuka, dan kebetulan lift itu kosong. Al dan Raisya kemudian masuk, tetapi tidak dengan karyawan lain, mereka membiarkan mereka hanya berdua saja disana.
Setelah pintu lift di tutup Al baru melepaskan tangan Raisya.
"Maaf untuk yang tadi ya!!!," Maaf Al karena terus memegang tangan Raisya saat ia hendak melepaskannya.
"Aah i-iya, pak,"
"Nanti siang , kita lunch bareng mau??" Tanya Al, kali ini sambil menatap kearah pintu lift.
Mendengar ajakan Al barusan membuat Raisya sedikit terkejut, dan membuatnya menengokan wajah ke arah Al.
"Aaah i- ituu," Belum selesai Raisya menjawab, Al sudah menimpalnya lagi.
"Saya jemput, ke ruangan kamu ya!!! Silahkan...." Jelas Al sambil mempersilahkan Raisya keluar lift, karena ia hendak menuju rooftop.
"Saya duluan pak, mari...!!!" Jawabnya sambil keluar.