Pernikahan adalah sebuah janji seumur hidup di mana semoga orang ingin menikah dengan pilihannya sendiri, namun bagi Maura itu adalah sebuah angan-angan saja.
Dia harus menggantikan sang kakak yang kabur di hari pernikahannya, tekanan yang di dapat dari orang tuanya membuat Maura pun menyetujuinya karena dia tidak ingin membuat keluarganya malu.
Pernikahan ini terjadi karena sebuah hutang, di mana orang tuanya hutang begitu besar dengan keluarga calon suaminya itu, sosok pria yang sama sekali tidak Maura ketahui bagaimana wajahnya.
Bahkan selama beberapa kali pertemuan keluarga tidak pernah pria itu menampakkan wajahnya, dari rumor yang di dapat bahwa pria itu berwajah jelek sehingga tidak berani untuk menampakkan wajahnya, itu juga salah satu alasan sang Kaka memilih kabur di hari-h pernikahannya dan harus menumbalkan sang adik yaitu Maura.
Bagaimana kelanjutannya???
Yukkk kepoin cerita nya.
NB: Kalau ada typo boleh komen ya biar bisa di perbaiki
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26_Semoga
Tak terasa tiga bulan sudah pernikahan Bara dan Maura, selama itu pula Maura merasakan bahagia tiada tara karena dia begitu dicintai oleh keluarga baru nya.
Namun dalam hatinya dia juga merindukan keluarga nya, sudah lama dia tidak pernah mendengar kabar soal papa dan mama nya.
Seperti sekarang Maura berada di samping mbak Bella dan hanya sekedar duduk dengan buah di depannya.
"Kenapa Ra?" tanya mbak Bella karena melihat raut wajah Maura yang tadi cerita sambil memakan cemilannya namun langsung berubah drastis cemberut.
"Enggak kok mbak." jawab nya dengan wajah lesu.
"Ra..." panggil mbak Bella yang begitu tahu ada yang tidak beres.
"Aku cuma kangen sama papa sama mama aku mbak, udah lama sejak aku menikah enggak pernah lihat mereka lagi." ucap Maura mengeluarkan isi hatinya.
"Coba kamu ke rumah kamu aja Ra buat ngecek kondisi mereka, tapi sih menurut mbak ya mereka pasti baik baik aja deh." ucap mbak Bella yang memang sudah tahu perlakukan keluarga dari istri bos nya itu karena memang Max yang memberitahu kan nya.
"Iya mbak, nanti aku coba ke rumah siapa tahu papa sama mama ada di sana." ucap Maura.
Dia merasa kasihan karena sang kakak juga belum kembali karena pernah satu waktu dia bertemu dengan bi Narti yang ternyata masih kerja di sana, beliau mengatakan kalau orang tua Maura sudah cukup lama tidak pulang, apa lagi sang kakak yang tidak pernah pulang sejak kabur di hari pernikahan nya.
Hari sudah sore dan Bara tidak bisa mengantar sang istri pulang karena dia masih ada meeting di luar dengan klien, akhirnya Maura pun pulang sendiri dengan di jemput oleh pak Roni.
"Pak kita ke rumah saya dulu ya, saya mau ketemu sama orang tua saya." ucap Maura membaut pak Roni ragu.
"Nyonya sudah bilang ke tuan Bara untuk ke rumah lama?" tanya pak Roni karena bagaimana pun tuan nya adalah tuan Bara.
"Udah kok pak." jawab Maura berbohong karena dia sama sekali tidak meminta izin, lebih tepatnya tidak akan karena dia tahu kalau suaminya itu pasti tidak akan mengizinkannya.
Sampai di rumahnya dia langsung masuk ke dalam sambil mencari keberadaan mama dan papa nya karena jam segini pasti orang tuanya sudah ada di rumah.
"Non Maura, kenapa non datang ke sini?" tanya bi Narti gugup.
"Saya mau ketemu sama papa sama mama bi, boleh panggilan?" ucap Maura membuat bi Narti bingung.
Majikannya sudah lama sekali tidak pulang, atau lebih tepatnya masuk ke dalam penjara karena kasus korupsi dan juga judi online, jangan lupa mereka juga bermain di kasino dan menumpuk hutang sehingga banyak yang mengejar-ngejar mereka berdua.
"Maaf non bapak sama ibu sudah cukup lama tidak pulang." jawab bi Narti akhirnya berkata jujur.
"Loh kemana bi? Mereka liburan ke luar negeri?" tanya Maura karena .emang baik mama anggun, kak angel dan sang papa memang suka sekali keluar negeri.
"Bukan non, bibi juga kurang tahu." ucap bi Narti tidak mau nona nya syok kalau tahu orang tua nya ada di penjara.
"Terus bibi di sini di gaji siapa bi?" tanya Maura khawatir, jika orang tua nya pergi dan tidak kembali cukup lama terus bagaimana bisa rumah masih terlihat terawat dengan para pegawai tetap berada di sini.
"Eh itu...." bi Narti bingung harus menjawab apa.
"Sayang kenapa ke sini gak bilang bilang," seru seseorang dari arah pintu depan membuat Maura dan bi Narti kompak menoleh ke sumber suara.
Yap siapa lagi kalau bukan Bara, di mana setelah meeting dia langsung menuju ke sini setelah mendengar laporan dari sekertaris nya siapa lagi kalau Bella yang memang dia tugaskan untuk memantau sang istri.
"Mas kok bisa tau aku di sini?" tanya Maura heran.
"Tadi gak sengaja ketemu Bella terus saya tanya kamu udah pulang atau belum tapi Bella bilang kalau kamu bakalan ke sini, jadi ya aku susulin." ucap Bara bohong namun terlihat tidak seperti berbohong.
"Mau nginep di sini?" tanya Bara karena dia tidak pernah menginap di rumah istrinya itu.
"Emang boleh?" tanya Maura dengan wajah berbinar.
"Boleh."
"Wah ayo mas aku udah kangen banget sama kamar aku." ucap Maura dengan antusias nya.
Bara yang melihat tingkah sang istri hanya bisa menggelengkan kepalanya kemudian mengikuti langkah istrinya itu menuju ke kamar Maura yang ternyata berada di dekat kamar pembantu.
Sebelum itu Bara melihat ke arah bi Narti terlebih dahulu dan mengatakan sesuatu.
"Terima kasih bi sudah mau membantu saya, saya harap bibi tetap tutup mulut." ucap Bara kemudian pergi dari sana.
Yap yang menjebloskan orang tua Maura adalah dirinya, awalnya dia ingin memberikan ke rumah bordil atau ke tempat casino namun seperti nya memberikan pelajaran terlebih dahulu tidak masalah bukan.
Dan selama di tinggal oleh orang tua Maura, rumah ini Bara yang mengelola, dia yang menggaji semua pegawainya bahkan melakukan perawatan, dan jangan lupa bahwa sertifikat rumah ini dan perusahan papa Ilham yang sedang di handle oleh Bara sudah menjadi hak milik Maura tanpa di sadari oleh Maura.
Bara masuk ke dalam kamar yang ukurannya begitu sempit, bahkan mungkin kamar bara tiga sampai empat kali lipat kamar sang istri ini.
"Maaf ya mas sempit, kalau kamu merasa gak nyaman kita pulang aja ya." ajak Maura yang ingin menarik lembut tangan suaminya.
"Enggak saya gak papa kok." jawab Bara sambil melepaskan jas, dasi dan kemejanya hingga sekarang bara bertelanjang dada saja.
"Mau coba di tempat baru?!" tawar Bara dengan godaan yang di layangkan kepada sang istri.
Maura yang mendengar ucapan sang suami pun tak habis fikir, dia langsung melototi suaminya karena bicara begitu vulgar sekali.
Dan semua ucapan Bara harus terjadi, maka terjadilah adegan panas tersebut Maura yang terus mengeluarkan lengkuhan akibat perlakuan sang suami.
"Cantik sekali." gumam Bara setelah percintaan mereka tadi.
Dengan melihat dada Maura yang di penuhi dengan maha karyanya membuat bara begitu bangga sekali karena maha karya nya begitu indah.
Bara pun ikut tidur di samping sang istri tubuh sama-sama masih polos itu, Bara memeluk erat tubuh sang istri dengan sesekali di selingi oleh remasan di dada Maura.
Pagi harinya Maura bangun dan tak melihat sang suami, namun tak lama Bara masuk ke kamar dengan handuk melilit lehernya dan dia sudah berpakaian santai.
"Sudah bangun? Saya sudah meminta BI Narti untuk bikin sarapan, kamu bersih-bersih setelah itu kita pulang." ucap Bara dan di angguki oleh Maura.
Dia berusaha untuk banget namun tetap sama area miss v nya masih saja begitu sakit padahal sudah sering di masukin oleh sang suami.
"Kenapa hm masih sakit?!" tanya Bara begitu khawatir.
"Sedikit." jawab Maura.
"Kamu terlalu candu buat saya sehingga saya bermain begitu brutal, semoga saja bibit unggul saya segera hadir di sini." bisik Bara sambil mengelus lembut perut rata dan mulus milik istrinya itu.
"Amin, aku bersih bersih dulu ya."
Maura keluar dari kamar nya menuju ke kamar mandi belakang dapur, harap maklum karena yang tidak ada kamar mandinya hanya kamarnya saja karena kamar sang kakak dan orang tua nya ada kamar mandi dalam.
.
.
Bersambung.....