NovelToon NovelToon
Wanita Bayaran Sang Penguasa

Wanita Bayaran Sang Penguasa

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:6.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Reni Juli

Demi biaya pengobatan sang ibu membuat seorang gadis bernama Eliana Bowie mengambil jalan nekad menjadi wanita bayaran yang mengharuskan dirinya melahirkan pewaris untuk seorang pria yang berkuasa.

Morgan Barnes, seorang mafia kejam di Prancis, tidak pernah menginginkan pernikahan namun dia menginginkan seorang pewaris sehingga dia mencari seorang gadis yang masih suci untuk melahirkan anaknya.

Tanpa pikir panjang Eliana menyetujui tawaran yang dia dapat, setiap malam dia harus melayani seorang pria yang tidak boleh dia tahu nama dan juga rupanya sampai akhirnya dia mengandung dua anak kembar namun siapa yang menduga, setelah dia melahirkan, kedua bayinya hilang dan Eliana ditinggal sendirian di rumah sakit dengan selembar cek. Kematian ibunya membuat Eliana pergi untuk menepati janjinya pada sang ibu lalu kembali lagi setelah tiga tahun untuk mencari anak kembar yang dia lahirkan. Apakah Eliana akan menemukan kedua anaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari Yang Luar Biasa

Waktu sudah menunjukkan tengah malam, Morgan sudah tidur karena besok ada rapat penting yang tidak boleh dia lewatkan pukul sembilan pagi. Untuk hari ini dia sudah menemani kedua putranya, setidaknya Edwin dan Elvin tidak menangis sepanjang hari.

Damai rasanya tidak mendengar tangisan mereka, malam ini dia pasti dapat tidur dengan nyenyak sehingga besok dia bisa berada di ruang rapat. Dia harus hadir karena itu rapat yang sangat penting.

Suasana hening karena semua sudah tidur, damai rasanya namun kedamaian itu hanya sesaat karena suara tangisan Elvin mulai terdengar di susul dengan suara tangisan Edwin.

Mata Morgan yang terpejam langsung terbuka saat mendengar suara tangis kedua bayinya. Jam yang ada di atas meja pun diambil, ternyata sudah tengah malam. Suara tangisan kedua bayinya semakin keras terdengar, kedua perawat yang tersisa pun berusaha menenangkan Edwin dan Elvin.

Morgan mengambil bantal lalu menutupi telinganya menggunakan bantal. Dia yakin para pengasuh bisa menenangkan kedua bayinya namun semakin lama tangisan Edwin dan Elvin justru semakin kencang.

"Oh, Boys. Sepertinya kalian berdua sangat suka menyiksaku!" bantal disingkirkan, Morgan beranjak dari atas ranjang dan melangkah keluar.

Suara tangisan Edwin benar-benar semakin kencang. Salah satu pengasuh berlari keluar dari dapur dengan dua botol susu di tangan. Morgan menggeleng, rasanya ingin memaki namun tidak bisa dia lakukan karena Edwin dan Elvin adalah putranya.

Morgan masuk ke dalam kamar si kembar, kedua pengasuh Edwin dan Elvin sedang menenangkan kedua bayi yang semakin menangis dengan keras karena mereka tidak mau susu.

"Apa kalian sudah mengganti popoknya?" tanya Morgan seraya melangkah mendekati pengasuh yang sedang menggendong Elvin.

"Sudah, Tuan. Kami baru saja menggantinya" jawab pengasuh Elvin.

"Berikan padaku!" Morgan mengambil Elvin, botol susu juga dia ambil. Dia harap mereka kembali tidur karena dia juga sudah lelah dan mengantuk. Morgan menenangkan Alvin yang sudah berhenti menangis tapi tidak dengan Edwin yang tidak juga berhenti menangis. Mungkin karena iri, biasanya Edwin akan berhenti menangis tapi tidak malam ini.

Kepala Morgan terasa mau pecah akibat tangisan kedua putranya yang saling bersahutan. Elvin sudah tenang, Edwin yang menangis sehingga Elvin juga menangis.

Mau tidak mau dia harus menenangkan tangisan kedua putranya karena dua pengasuh itu tidak bisa melakukan apa pun. Morgan membawa kedua bayinya ke dalam kamar, namun sebelum masuk ke dalam kamarnya, Morgan melewati kamar Ray dan mendengar suara batuknya.

Morgan menghentikan langkah sejenak. Sambil menggendong dan menenangkan Edwin dan Elvin yang masih menangis, Morgan melangkah mendekati kamar Ray. Suara batuk Ray masih terdengar, dia jadi curiga karena Ray memang memiliki penyakit paru-paru.

"Ray, apa kau baik-baik saja?" bagaimanapun pria itu sudah seperti orangtuanya.

"Aku baik-baik saja, Tuan Muda," jawab Ray dan suara batuknya kembali terdengar.

"Besok pergilah ke rumah sakit, ini perintah!" ucap Morgan, kakinya pun melangkah pergi menuju kamarnya.

Ray memiliki penyakit paru-paru yang sudah kronis, semua itu diakibatkan dirinya yang terlalu banyak merokok saat muda. Walau dia sudah berhenti tapi penyakit itu sulit disembuhkan.

Morgan mencoba menidurkan kedua putranya tapi Edwin dan Elvin justru segar bugar. Setelah tangisan mereka berhenti, terdengar suara tawa mereka yang seperti sedang bermain.

Edwin dan Elvin bahkan tidak menangis saat Morgan membaringkan mereka ke atas ranjang. Bagus, dunia kembali damai namun dia tidak bisa tidur karena kedua putranya tidak mau tidur lagi.

Morgan meminta kedua pengasuh Edwin dan Elvin untuk menjaga mereka tapi ketika si kembar dibawa keluar, Edwin dan Elvin menangis dengan keras bahkan setelah Morgan membiarkan mereka berada di dalam kamar dan memilih keluar, kedua putranya pun menangis dengan keras keras karena mereka ingin bermain dengan ayah mereka.

Mau tidak mau Morgan menemani kedua putranya bermain sambil menahan rasa kantuk luar biasa. Dia bahkan tidak sadar tertidur akibat sudah tidak tahan dengan rasa kantuk. Setidaknya dia tidur bersama dengan kedua putranya namun saat waktu menunjukkan pukul enam pagi, alarm alami berbunyi. Tentunya alarm itu adalah tangisan kedua bayinya yang menangis karena lapar dan karena popok mereka yang penuh.

Kepala Morgan sakit luar biasa, suara tangisan kedua bayinya semakin terdengar. Rasanya enggan beranjak tapi tangisan kedua putranya yang semakin keras membuat kepalanya sakit.

"Ray!" Morgan berteriak, sungguh sudah tidak tahan tapi dia yang menginginkan pewaris. Dia hanya tidak menyangka kedua putranya begitu cengeng.

"Kau memanggil aku, Tuan Muda?" tanya Ray yang sudah masuk ke dalam kamar.

"Panggil pengasuh mereka, sepertinya Edwin dan Elvin sedang lapar," ucapnya.

"Baik," Ray keluar dari kamar dan memanggil dua pengasuh yang sudah menyiapkan susu.

Morgan sudah beranjak dari atas ranjang, saat kedua perawat itu masuk. Pria itu pun sudah berdiri di depan jendela dengan banyak pikiran. Morgan berpaling sejenak untuk melihat kedua putranya yang dibawa keluar lalu dia kembali termenung.

Seharusnya dia kembali tidur lagi tapi dia tidak melakukannya. Morgan pergi mandi, sebaiknya bersiap-siap untuk menghadiri rapat dan setelah itu dia akan pulang. Morgan sudah rapi saat waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Suara tangisan kedua putranya sudah tidak terdengar, karena Edwin dan Elvin sedang mandi.

Morgan segera menuju dapur untuk sarapan di mana Ray sudah menunggu. Segelas kopi sudah tersedia, dengan dua potong roti bakar.

"Bagaimana penyakitmu, Ray? Apa kau tidak memeriksanya dengan rutin?"

"Tentu saja, Tuan Muda. Tapi aku sudah tua dan mungkin saja sebentar lagi aku akan mati," ucap Ray.

Morgan berhenti sejenak untuk mengangkat gelasnya. Dia melihat ke arah Ray sejenak barulah kopi diteguk. Entah kenapa dia benci jika mengungkit masalah perpisahan. Hal itu mengingatkan dirinya pada perpisahan yang menyakitkan dengan sang ibu yang pergi meninggalkan dirinya karena seorang pria.

"Pergi, periksakan keadaanmu!" ucapnya.

"Baik, Tuan Muda. Aku harap kau cepat kembali untuk menemani anak-anak."

"Aku akan kembali setelah rapat selesai. Awasi kedua perawat itu dengan baik!"

Ray mengangguk, dia harap Morgan cepat kembali untuk menemani kedua putranya. Kopi sudah habis, roti juga sudah habis. Sudah saatnya pergi ke kantor, Morgan merapikan sedikit jas dan dasinya. Dia sudah siap menghadiri rapat namun sebelum kedua kakinya melangkah melewati pintu, suara tangisan di cengeng Elvin terdengar. Morgan menghela napas. Lagi?

Dia sangat ingin mengabaikan kedua putranya yang menangis tapi tidak bisa. Dia tahu mereka tidak akan berhenti menangis seperti yang sudah-sudah.

"Oh, astaga. Bisakah membiarkan aku pergi bekerja hari ini?" wajah diusap dengan kasar, Morgan kehabisan kata-kata

Morgan tidak jadi pergi dan memilih menenangkan tangisan kedua putranya terlebih dahulu tapi dia semakin kehabisan waktu. Setiap kali dia membaringkan Elvin, putra bungsunya selalu menangis seperti tidak mau berpisah dengannya.

Morgan menggeleng, lama-lama dia akan menjadi boneka yang selalu menggeleng. Waktu rapat sudah akan dimulai, dia benar-benar tidak punya pilihan.

Hari itu untuk seumur hidup dia menjadi pusat perhatian karena harus membawa dua bayi saat sedang rapat. Tidak ada pilihan lain selain melakukan hal itu, Morgan bahkan mendengarkan rapat sambil memberi kedua putranya susu dan menidurkan mereka. Dia juga meminta para karyawannya untuk tidak berbicara terlalu keras.

Morgan bersandar di kursinya, kedua kaki diletakkan ke atas meja dan satu tangannyan menggoyang kereta bayinya agar kedua putranya tidur. Matanya bahkan terpejam, membuat para karyawannya tidak ada yang berani bicara.

Sungguh hari yang luar biasa, setelah ini dia akan menjadi bahan perbincangan para karyawan yang ada di kantor.

1
Rizqi_Achmad
alurnya asik
Sa Tokkin
Luar biasa
Mmh Alfatih
klw ga dikasih kehidupan bahagia ...keterlaluan banget Thor ...kasih pelajaran dong buat si penjahat kelamin bikin dia bucin abis jatuh cinta sampai klepek klepek sama eliana
Endang Nurhayati
Kecewa
Endang Nurhayati
Buruk
Victoria Neka
semakin seru
arsi hafis
Luar biasa
Endah Kuswiatun
Kecewa
Endah Kuswiatun
Buruk
Lidya Singerin
Luar biasa
Siti Sa'diah
duh ikutan leweh
Siti Sa'diah
aduduh pikaserieun aslona ngakak
Siti Sa'diah
kkkkk
Siti Sa'diah
hihihi kok aku senyum2 sendiri yaaa
Siti Sa'diah
tengah peting maca nu kieu duh gakgakna 🤪😭🤣🤣
H
😂😂😂😂
H
hahahaha
H
😂😂😂 nakal sgt2
Diana Budhiarti
thanks thorrr... suka sekali akhirnya happy, lucu jg sich masak adiknya di panggil adik bau
mrsdohkyungsoo
❤️❤️❤️❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!