NovelToon NovelToon
Melelehkan Hati Si Pria Dingin

Melelehkan Hati Si Pria Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Moka Tora

Hari pertama di SMA menjadi langkah baru yang penuh semangat bagi Keisha, seorang siswi cerdas dan percaya diri. Dengan mudah ia menarik perhatian teman-teman barunya melalui prestasi akademik yang gemilang. Namun, kejutan terjadi ketika nilai sempurna yang ia raih ternyata juga dimiliki oleh Rama, seorang siswa pendiam yang lebih suka menyendiri di pojok kelas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moka Tora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 Mendekati Rama

Hari kedua di SMA dimulai dengan lebih tenang bagi Keisha. Meskipun semangatnya tetap membara, kini ia mulai memikirkan strategi. Setelah kejadian kemarin, nama Rama terus terngiang di kepalanya. Ia merasa penasaran sekaligus tertantang. Bagaimana bisa seorang siswa yang begitu pendiam menyembunyikan kecerdasan luar biasa? Keisha, yang terbiasa menjadi pusat perhatian, merasa ada sesuatu yang menarik dari pria itu, sesuatu yang belum ia pahami.

Saat tiba di kelas, Keisha melihat Rama sudah duduk di tempat yang sama seperti kemarin, pojok kanan belakang. Kepala pria itu tertunduk, tampaknya sibuk mencatat sesuatu di buku. Keisha mengamati Rama dari kejauhan, memperhatikan setiap gerakan kecilnya. Namun, ia segera menyadari bahwa ia tak bisa hanya diam memperhatikan. Ia harus bertindak.

Ketika istirahat tiba, Keisha memutuskan untuk mendekati Rama. Ia membawa buku catatan Matematika sebagai alasan untuk berbicara dengannya. Ia berjalan ke meja Rama dengan senyum percaya diri.

“Rama, ya?” sapanya.

Rama mengangkat kepalanya perlahan, menatap Keisha dengan mata gelapnya yang dingin. Ia tidak menjawab, hanya mengangguk singkat.

“Boleh aku tanya sesuatu? Tadi aku lihat kamu cepat banget ngerjain soal Matematika. Ada tips khusus?”

Rama menatapnya sejenak sebelum kembali menunduk. “Nggak ada. Aku cuma latihan.” Suaranya terdengar pelan, hampir seperti bisikan.

Keisha mengernyit, tapi ia tidak menyerah. “Latihan? Wah, pasti kamu sering banget belajar, ya? Aku juga suka Matematika, tapi kadang ada soal yang bikin bingung. Mungkin kita bisa belajar bareng?”

Rama tidak menjawab. Ia hanya mengangguk kecil lagi, lalu kembali mencoret-coret di bukunya. Keisha merasa usahanya tidak membuahkan hasil, tapi ia menolak untuk mundur.

“Oke, kalau gitu, aku nggak ganggu lagi,” ujar Keisha sambil tersenyum. Ia berjalan kembali ke mejanya, meskipun merasa sedikit kecewa.

Rina, yang duduk di sebelah Keisha, menyadari usaha temannya itu. “Gimana? Susah kan deketin Rama?” tanyanya sambil terkekeh.

“Banget,” jawab Keisha sambil menghela napas. “Dia kayak dinding es. Tapi aku nggak akan nyerah. Pasti ada cara buat bikin dia lebih terbuka.”

Rina mengangkat bahu. “Kalau kamu bisa melakukannya, aku bakal salut banget sama kamu.”

~

Hari demi hari berlalu, dan Keisha terus mencari cara untuk mendekati Rama. Ia mencoba berbagai pendekatan, mulai dari menawarkan bantuan saat tugas kelompok hingga mencoba berbicara dengannya di sela-sela istirahat. Namun, Rama tetap bersikap dingin dan menjaga jarak.

Hingga suatu hari, sebuah kesempatan tak terduga datang. Guru Bahasa Indonesia, Bu Santi, mengumumkan bahwa akan ada tugas kelompok yang harus diselesaikan dalam waktu seminggu. Bu Santi membagi siswa ke dalam kelompok secara acak, dan Keisha terkejut ketika namanya disebutkan bersama Rama.

“Kelompok 4: Keisha, Rama, dan Dani,” kata Bu Santi sambil melanjutkan daftar kelompok lainnya.

Keisha merasa ini adalah peluang emas. Ia akhirnya mendapat kesempatan untuk bekerja lebih dekat dengan Rama. Setelah kelas selesai, ia segera mencari Dani dan Rama untuk mendiskusikan tugas mereka.

“Rama, Dani, kita mau mulai kapan ngerjain tugasnya?” tanya Keisha penuh semangat.

Dani, yang terlihat santai, langsung setuju. “Besok sore di perpustakaan aja, gimana? Biar sekalian cari referensi.”

Keisha mengangguk. “Setuju. Gimana, Rama?”

Rama, seperti biasa, hanya mengangguk tanpa banyak bicara. Namun, Keisha merasa itu sudah cukup. Setidaknya, ia tidak menolak.

~

Keesokan harinya, Keisha datang lebih awal ke perpustakaan. Ia memilih meja di sudut yang tenang dan menyiapkan beberapa buku yang mungkin mereka perlukan. Tak lama kemudian, Dani datang, diikuti oleh Rama yang berjalan pelan sambil membawa buku catatan kecil.

Selama diskusi, Dani lebih banyak bercanda, sementara Keisha mencoba menjaga fokus pada tugas mereka. Namun, perhatian Keisha terus tertuju pada Rama. Meski ia jarang bicara, setiap kali ia membuka mulut, pendapatnya selalu tajam dan penuh logika. Keisha semakin terkesan.

Setelah hampir dua jam, Dani pamit lebih dulu karena ada keperluan lain. Kini tinggal Keisha dan Rama di meja itu. Keheningan terasa canggung, tapi Keisha melihat ini sebagai kesempatan untuk mendekat.

“Rama,” panggil Keisha pelan. “Kamu keren banget, lho. Tiap kali kamu ngomong, semuanya selalu masuk akal.”

Rama menatapnya dengan tatapan bingung, seolah tidak terbiasa menerima pujian. “Nggak juga,” jawabnya singkat.

“Tapi itu bener, kok. Kamu kayak… jenius yang nggak mau terlihat jenius,” canda Keisha sambil tersenyum. Ia berharap leluconnya bisa mencairkan suasana.

Rama tidak tertawa, tapi ada sesuatu yang berbeda di wajahnya. Meskipun hanya sekejap, Keisha merasa melihat bayangan senyum di sudut bibir pria itu.

“Kenapa kamu selalu sendiri, sih?” tanya Keisha akhirnya, memecah keheningan.

Rama terdiam sejenak sebelum menjawab. “Aku nggak suka ribut. Itu aja.”

Keisha mengangguk, meskipun ia tahu jawabannya lebih dalam dari itu. Namun, ia tidak ingin memaksa Rama untuk bercerita lebih banyak. Ia memutuskan untuk sabar menunggu sampai Rama benar-benar siap membuka diri.

~

Malam itu, saat di rumah, Keisha merenungkan interaksinya dengan Rama. Meski ia belum berhasil membuat pria itu lebih terbuka, ia merasa ada sedikit kemajuan. Setidaknya, Rama mulai merespons, meskipun masih sangat terbatas.

“Aku nggak tahu apa yang terjadi di hidupmu, Rama,” gumam Keisha sambil menatap langit-langit kamarnya. “Tapi aku janji, aku akan menemukan cara untuk masuk ke duniamu.”

Keisha tahu, perjalanan ini tidak akan mudah. Tapi ia juga tahu, sesuatu yang berharga memang selalu membutuhkan usaha keras. Dan ia siap berjuang untuk mencairkan hati si pria dingin itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!