NovelToon NovelToon
Perjalanan Hidup Pahlawan Kota

Perjalanan Hidup Pahlawan Kota

Status: sedang berlangsung
Genre:Epik Petualangan / Light Novel
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Abdul Rizqi

karya ini murni imajinasi author jika ada kesamaan nama itu hal yang tidak di sengaja

Galang Bhaskara adalah anak yang dibuang oleh ayah kandungnya sendiri waktu masih bayi. Setelah Galang tepat berumur tujuh belas tahun, Galang bermimpi bertemu kakek tua bungkuk yang mengaku sebagai leluhurnya.

Bagaimana perjalanan Galang untuk menjadi pahlawan kota? Dan, akankah Galang menemukan keluarga kandungnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

teknik tameng mistik

Di sisi lain...

"Mbah, kapan bulan purnamanya? Apa masih lama?" tanya Jonathan pada Nek Rumi yang sedang di dalam gubuk.

"Besok malam, jam 12 malam. jawab Nek Rumi.

"Kenapa Mbah tidak turun tangan langsung saja dan membunuh bocah itu?" tanya Jonathan.

"Hahahaha, seharusnya kamu bersyukur aku sudah mau menggunakan pusakaku. Tetapi kau malah menyuruhku untuk turun tangan langsung hanya untuk membunuh bocah kemarin sore," ucap Nek Rumi.

Jonathan hanya tersenyum kecut menanggapi ucapan Nek Rumi.

Malam pun tiba. Saat ini Galang masih duduk bersila dan menyerap energi supranatural. Tiba-tiba Galang merasakan energi merah meluap-luap dalam tubuhnya.

"Apa aku berhasil?" gumam Galang dalam hati. Dia bisa merasakan energi merah dalam tubuhnya, walaupun tidak sekuat energi milik pusakanya.

Galang keluar dari alam ghoib, dia sekarang berada di hutan Demit. Singokolo memanggil Galang, dan Singokolo langsung menunjukkan wujudnya.

"Apa aku berhasil?" tanya Galang.

"Tuan benar-benar hebat, bahkan belum sehari tuan bisa menguasai energi supranatural," jawab Singokolo.

"Apa tuan akan menuju langkah selanjutnya untuk menguasai teknik Tameng Mistik?" tanya Galang.

"Tentu saja, tetapi tidak sekarang. Apa langkah selanjutnya?" tanya Galang.

"Langkah selanjutnya, tuan hanya perlu memfokuskan energi supranatural tuan untuk membentuk tameng," jawab Singokolo.

"Apa hanya seperti itu? Kedengarannya memang sederhana, tuan, tetapi membentuk energi menjadi tameng sangat sulit, bahkan lebih sulit dari menyerap energi supranatural."

"Baiklah, terima kasih sudah membantuku, Singo," ucap Galang sambil berjalan pergi.

Galang kembali ke rumahnya. Galang bingung melihat ibunya yang biasanya memarahinya saat pulang malam dan menanyainya, tetapi hanya memandang Galang seperti orang asing.

"Maaf, yah, Bu. Galang pulangnya malam," ucap Galang.

"Bu Sari kaget, kamu bisa ngomong lagi, Lang?" tanya ibunya.

"Hah? Galang terkejut. Galang kan emang bisa ngomong, Bu. Ga sejak kamu pagi tadi pergi, ga tau kemana, kamu pulang-pulangnya jadi pendiam terus, tatapannya kosong. Ibu nanya aja, kamu ga jawab sama sekali, kayak orang ga waras," ujar Bu Sari.

Pasti Singokolo, ucap Galang dalam hati.

"Hehe, maaf, tuan. Aku tidak bisa meniru kebiasaan tuan, jadi lebih baik aku diam saja," ucap Singokolo.

"Ga papa, Bu. Tadi Galang cuma lagi banyak mikirin tugas aja. Galang ga papa, ko. Galang juga masih waras," ucap Galang sambil nyengir.

"Ya sudah, syukur kalau kamu masih waras. Sekarang kamu mandi, terus makan," ucap Bu Sari.

"Siap, Bu."

Esok hari pun tiba, Galang kembali berpamitan pada Bu Sari.

"Kamu mau kemana lagi, Lang? Nanti pulang-pulang ga waras lagi," tanya Bu Sari.

"Cuma main, ko, Bu. Bentar bosen di rumah terus," jawab Galang.

Galang melesat ke hutan Demit, dia memanggil Singokolo. Begitu sampai di hutan, "Bagaimana cara membentuk energi supranatural menjadi tameng?" tanya Galang.

"Dalam gulungan ini tertulis, tuan harus fokus dan membentuk energi supranatural tuan lewat pikiran tuan," jawab Singokolo.

Galang langsung mempraktekannya, tetapi dia berkali-kali gagal, bahkan kepalanya pusing ketika mencoba membentuk tameng.

"Susah juga, yah," ucap Galang sambil mengusap peluh di keningnya.

"Jangan menyerah, tuan. Tuan sudah sejauh ini," ucap Singokolo memberi semangat.

Galang kembali mencoba dan gagal, tetapi Galang tidak menyerah. Dia terus mencobanya hingga akhirnya setengah hari, Galang berlatih, dia menguasai teknik Tameng Mistik.

"Hah! Hah! Hah! Nafas Galang memburu, dan kepalanya berdenyut karena efek dari teknik tersebut."

"Selamat, tuan! Tuan sekarang sudah bisa menguasai teknik Tameng Mistik," ucap Singokolo.

"Terimakasih. Apa kau bisa memberiku sedikit tenaga? Aku akan pulang, ibuku pasti sudah kuatir."

"Tentu saja, tuan," Singokolo memberi Galang tenaganya.

Setelah menerima tenaga dari Singokolo, Galang berjalan santai menuju rumahnya.

DI SISI LAIN.

"Mbah, malam ini bulan purnama. Apa persiapan bunuh bocah itu udah siap, Mbah?" tanya Jonathan.

"Tentu saja sudah. Kau tidak usah memperingati ku, aku belum pikun," ucap Nenek Rumi.

Jonathan hanya diam mendengar ucapan Nenek Rumi.

Sementara itu, Galang sudah selesai makan dan kembali ke hutan Demit.

"Kamu ko sering keluar, Lang?" tanya Bu Sari.

"Hehe, iya, Bu," jawab Galang.

Galang ke hutan Demit, dia berlatih menggunakan Tameng Mistik. Singokolo sekarang terkam, aku akan mencoba menggunakan teknik Tameng Mistik ini," ucap Galang.

"Baik, tuan."

Mata Singokolo memerah dan menyala, kuku dan taringnya bertambah panjang. Singokolo langsung berlari menuju Galang.

Galang langsung memfokuskan energi supranaturalnya, membentuk tameng berwarna merah dengan ukuran sebesar Singokolo.

"BANGG!" Singokolo menabrak tameng tersebut.

Singokolo merasa seperti menabrak gunung. Seluruh badannya sakit setelah bertabrakan dengan Tameng Mistik tersebut.

"Akkh! Pantas saja teknik ini sangat sulit dikuasai. Ternyata kekuatan pertahanannya benar-benar kuat!" ucap Singokolo dan terduduk lemas.

"Terimakasih, Singo. Berkat kamu, aku sekarang bisa menguasai teknik luar biasa ini," ucap Galang.

"Tidak usah berterima kasih, tuan. Aku hanya membacakan dan menyemangati tuan. Selebihnya itu berkat usaha tuan," ucap Singokolo.

Malam hari pun tiba. Saat ini, Nenek Rumi dan Jonathan sedang mempersiapkan santetnya.

Nenek Rumi membaca mantra pada tongkatnya. Tiba-tiba paku-paku yang ada di tongkatnya beterbangan dengan asap hitam tipis.

"Sekarang, teteskan darahmu ke daun itu!" ucap Nenek Rumi pada Jonathan.

"Untuk apa, Mbah?" tanya Jonathan.

"Itu bukan hal yang penting. Jika pusakaku gagal membunuh bocah itu, kau yang akan mati, karena pusakaku butuh darah jika sudah diaktifkan."

"Seberapa persen Mbah yakin berhasil?" tanya Jonathan.

"1000 persen, Mbah sangat yakin!" ucap Nenek Rumi.

Baiklah, Jonathan meneteskan darahnya ke daun itu. Seketika, paku-paku yang melayang di udara langsung melesat menuju Galang.

Galang merasakan adanya kiriman santet lagi, kali ini jauh lebih berbahaya, bahkan bisa membunuh Singokolo. Galang langsung ke belakang rumah.

Dia melihat ke arah langit, dia melihat ada tujuh paku dengan nyala warna ungu kehitaman melesat ke arahnya. Galang langsung menggunakan teknik Tameng Mistiknya.

"Serangan cukup kuat, kita lihat apa tameng ini bisa nahan?" tanya Galang dalam hati.

Tanpa lama-lama lagi, Galang membentuk tameng di udara. Kali ini Galang tidak membentuk sebesar tubuh Singokolo karena paku-paku itu sangat kecil.

Nyala tameng berwarna merah terang menerangi gelapnya malam, dan tujuh paku dengan energi gelap yang sangat pekat pun bertabrakan. Terdengar auman singa saat paku-paku tersebut menabrak Tameng Mistik Galang.

Seketika paku tersebut langsung berjatuha di tanah begitu menabrak tameng tersebut.

"Luar biasa kekuatan teknik ini!" ucap Galang dalam hati.

Saat Galang akan melihat paku-paku itu, paku tersebut langsung berbalik dan melesat entah kemana.

Sementara itu, Nenek Rumi hanya diam ketika ditanyai oleh Jonathan.

"Apa berhasil, Mbah?" tanya Jonathan.

Saat Jonathan akan bertanya lagi, matanya melotot, dan dia langsung mati dengan darah yang sudah terhisap habis tepat di punggung Jonathan. Paku-paku berterbangan dan kembali menancap di tongkat milik Nenek Rumi.

Sedangkan mayat Jonathan langsung dimakan oleh gondoruwo, pasukan milik Nenek Rumi.

"Hebat juga bocah itu bisa membalikan santet dari pusaka miliku. Sepertinya bocah itu bukan cuma punya khodam yang sudah ratusan tahun hidup, tetapi dia juga bocah yang berbakat. Biarkan saja lah, yang penting bocah itu tidak mengusikku," gumam Nenek Rumi dan berjalan masuk ke gubuknya tanpa memperdulikan Jonathan yang sudah dimakan oleh gondoruwo.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!