Erik, seorang tenaga medis menyinggung orang berpengaruh dan hendak dihabisi! namun pada saat kritis, dia memperoleh warisan ilmu pengobatan, dan sejak saat itu Erik mempunyai kekuatan super yang bisa membawa dia kepuncak kejayaan. namun kesuksesannya terasa hampa, karena keberadaan orang tua dan kerabat kandungnya belum ditemukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudoelf Nggeok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikap Keluarga Lidya.
Siang keesokan harinya, kerabat Lidya mulai berdatangan. Orang yang datang kebanyakan kerabat dari pihak Rini. Ayah Lidya sudah lama bercerai dengan ibunya, mereka sudah belasan tahun tidak berhubungan satu sama lain. Begitu juga dengan kerabat pihak sang ayah. Kerabat Rini sangat ramah, tidak terjadi hal menghebohkan yang dibayangkan Erik.
Setiap yang datang Rini dengan ramah memperkenalkan pada Erik,
"Erik,ini paman pertama"
"Dia paman kedua"
"Mereka paman dan bibi"
Erik menyapa mereka satu per satu dengan canggung namun tetap sopan,semua kerabat juga membalasnya. Dengan ramah.
Pada saat ini, sepupu Lidya, Ruby mengitari Erik, ekspresi wajahnya tampak terkejut seolah-olah ada sesuatu di wajah Erik.
Ruby pun berkata dengan penasaran
"Kakak ipar, kakakku sangat selektif dalam memilih pasangannya kriterianya sangat tinggi! Coba ceritakan bagaimana kamu mengejarnya? Kisah kalian pasti sangat romantis 'kan? Kakak ipar tolong ceritakan."
"Ruby!"
Lidya tersipu malu
"Kenapa, kak? Malu? Kakak ipar tidak perlu peduli padanya, ceritakan saja."
permintaan Ruby membuat Erik makin canggung.
ponsel Ruby tiba-tiba berdering, seketika ekspresinya langsung muram, dia segera menjauh dari kerumunan untuk menjawab telepon.
Meski jaraknya lumayan jauh, namun semua orang masih samar-samar mendengar bentakan dari seorang pria dari telponnya. Erik mengangkat alisnya, "Kenapa suara itu tidak asing ya? Sesudah menerima telepon Ruby langsung berpamitan untuk pergi kantornya. "Maaf atasanku menyuruhku untuk lembur, kalian makan saja dulu!"
Semua orang tampak tidak senang, hari ini adalah hari Minggu, seharusnya waktu untuk istirahat, tapi atasan memanggilnya untuk lembur, sangat tidak masuk akal.
Tentu saja di zaman modern sekarang ini, orang biasa tidak punya hak untuk memilih, hanya bisa mengeluh saja. Ketika Ruby hendak pergi tiba-tiba Erik memanggilnya,
"Tunggu!"
"Apakah manager mu bernama Erwin?
"Iya!" Ruby tercengang.
Kakak ipar mengenalnya? tanya Ruby
Erik hanya tersenyum, pantas saja suaranya tidak asing. Ternyata Erwin. Dunia ini sangat sempat.
"Kenal!"
Dia itu teman sekolahku. "Berikan ponselmu biar aku bicara dengannya!
"Tidak perlu, kakak ipar. Aku hanya pergi untuk menyelesaikan sedikit tugas saja, tidak perlu sampai merepotkan mu. Ruby langsung menolak, karena dia memahami karakter manager nya. Dia adalah orang yang hanya bisa menindas bawahannya dan menyanjung atasan dia bertindak berdasarkan keuntungan semata.
Ruby tidak ingin dipermalukan didepan banyak orang. Namun Erik bersikeras, "Berikan saja padaku ponselmu!"
Ruby terpaksa memberikan ponselnya.
"Kaka ipar manager ku memiliki emosi yang buruk, kalau dia mengatakan sesuatu yang tidak enak didengar,jangan masukkan kedalam hati." Erik tersenyum lalu berkata
"Jangan khawatir, dia tidak punya nyali untuk bicara kasar padaku!' Ruby agak bingung, Kaka ipar ini tampak biasa saja, tetapi kenapa begitu percaya diri saat berbicara?
Erik tidak peduli orang berpikir macam-macam tentangnya, diapun segera menelpon kembali
Saat telpon tersambung, terdengar suara Erwin yang tampak kesal.
"Ruby, apa kamu bodoh! Aku menyuruh kamu kembali untuk menangani sistemnya! Apakah masalah sepele ini perlu ku perintahkan berulang kali?
Ruby Marasa sangat dipermalukan dengan sikap kasar sang manager.
"Erwin, kamu berlagak juga ya!" ujar Erik
"Siapa ini? Bukankah ini ponsel Ruby? Apa kamu mengenaliku? Jawab Erwin.
"Hehehe kita baru bertemu dua hari lalu, namun kamu sudah melupakan ku? Jawab Erik lagi.
"Banyak sekali orang yang kutemui setiap hari, mana kutahu kamu bajingan dari mana!?" sampai disini suara Erwin tiba-tiba berhenti, suaranya berubah menjadi ketakutan, "Kamu ...
"Jangan-jangan kamu direktur Erik?"
"hehe ... Ingatanmu lumayan bagus. Erwin, ternyata Di Matamu saya hanya bajingan?"
"Tidak, tidak, tidak, tuan Erik, kak Erik aku tidak pandai menilai orang, tadi aku tidak mengenal suaramu, anda jangan marah ..."
"Aku bajingan, semua keluarga ku bajingan semua ini salahku! Direktur Erik, tolong maafkan aku, kumohon ..."
Seusai bicara Erik menampar dirinya sendiri, suara tamparan terdengar dengan jelas, Erwin hampir menangis!
Karena kejadian waktu itu, Erwin sampai hari ini masih terus merasa gelisah karena tidak punya kesempatan untuk meminta maaf kepada Erik!
Erwin merasa tindakannya kali ini benar-benar mau mengali kuburannya sendiri. berdasarkan status Erik, satu perkataannya sanggup membuat semua yang dimilikinya lenyap.
Erwin sangat menyesali karena sikap buruknya yang mengakar. seandainya dia bisa mengendalikan dirinya sedikit saja, mungkin masalah tidak akan ada dari waktu ke waktu.
Kalau dia tau yang menelpon adalah Erik, biar diberi seribu nyawa pun, dia tidak akan berani .
Suara Erwin membuat semua yang ada dirumah Lidya tercengang. Terutama Ruby, Erik hanya mengucapkan beberapa kata saja, manager nya langsung ketakutan hingga menampar dirinya sendiri. Dari sini menunjukan bahwa status Erik tidak berada dilevel yang sama. Kalau tidak, Erwin tidak akan bersikap seperti sekarang.
Ruby tak menyangka, kakak iparnya ini begitu hebat. Semua kerabat meras kaget, bagaimana tidak hanya beberapa kata saja dari Erik bisa mengubah sikap sombong seseorang menjadi katak dalam tempurung. Para kerabat sudah menanyakan kondisi Erik sebelumnya, ketika mereka tau bahwa Erik pinda ke villa ini untuk tinggal bersama Lidya sebelum menikah, mereka merasa Rini dirugikan.
Karena menurut mereka, Erik sedang mengambil keuntungan dari keluarga Rini. Sebagai pria sejati sangat memalukan kalau tinggal dirumah mertua.
Dan yang namanya hidup mengandalkan wanita selalu akan dihina baik mertua maupun para kerabat. Namun mereka baru mengetahui, kalau Erik sangat luar biasa. Beberapa perkataannya bahkan membuat manager bank terkemuka ketakutan. Kekuatan dibaliknya pasti sangat mengerikan.
"sudahlah."
setelah beberapa saat Erik pun berkata; "Ruby adalah adik sepupuku,kami sedang makan bersama. lagi pula hari ini, hari Minggu. Waktu istirahat harus digunakan untuk istirahat. Aku memintamu untuk tidak menyuruhnya lembur lagi."
"Baik, baik, baik, ucapan direktur Erik benar."
Erwin lanjut berkata; "sekarang anda ada dimana? Saat itu aku melakukan kesalahan dan belum sempat meminta maaf secara langsung."
"Kamu cukup lakukan tugasmu dengan baik saja," ujar Erik dengan nada kesal.
"Baik pak Erik! Berdasarkan kemampuan nona Ruby, sayang kalau dia menjadi teller. Bagaimana kalau aku promosikan dia jadi supervisor divisi keuangan saja! Gimana menurut anda?
Erwin tidak punya kesempatan untuk menyanjung Erik, jadi cara untuk menstabilkan kemarahan Erik dengan menyanjung Ruby.
"Kamu atur saja sesuai kondisinya!" ujar Erik santai.
Seusai bicara Erik langsung menutup telponnya.
"Kakak ipar!"
Mata Ruby berbinar-binar, diapun berkata dengan penuh semangat, "Kamu hebat sekali, aku, aku bahkan tidak tahu bagaimana caranya berterimakasih padamu ..."
...
Selanjutnya mereka sekeluarga mulai makan bersama dengan suasana hati yang baik.
Sikap semua keluarga Lidya
Terhadap Erik sepenuhnya berubah, sebelumnya mereka hanya bersikap sopan, namun sekarang mereka menunjukan rasa hormat, karena mereka tahu bahwa Erik dapa mengubah nasib mereka hanya dengan satu kata.